17 - HBD Christy

2.5K 119 24
                                    


Play lagu di atas ya...

Happy Reading

Kondisi badan Mira sudah sehat dan segar. Ia bisa kembali bekerja dengan baik. Perubahan Mira, ia menjadi manja akan kasih sayang. Rasa takut kehilangan Badrun menyebabkan hal itu terjadi. Firasatnya sebagai perempuan bisa saja kuat intuisinya, walau belum bisa ia buktikan. Posisi Mira jelas kalah jika Chika menyukai Badrun, ia seperti berada pada kelas yang tersisih. Tingkah Chika yang genit saat berpapasan dan bertemu dengan Badrun, lirikan mata mereka, bisikan Chika ke telinga Badrun ditangkap jelas oleh Mira di rumah. Mira tidak posesif, ia benar - benar takut. Tak ada orang lain yang ia harap akan menjadi suaminya kelak selain Badrun.

Tengah malam nanti adalah ulang tahun Christy ke 15. Tidak ada persiapan apapun yang dilakukan keluarga itu. Masakan spesial, kado dari kedua orang tua, apalagi acara ulang tahun yang meriah seperti ultah Eli waktu itu. Sungguh Bapak dan Ibu Richard dibuat heran dengan sikap anak bungsunya. Antusiasme anak itu setiap menjelang penambahan usianya, adalah momen yang selalu ditunggu. Tentu saja ketiga hal tadi. Standar saja bagi keinginan para gadis yang sedang beranjak remaja.

Keinginan Christy hanya satu, diizinkan ke puncak Cipanas dengan Badrun mengendarai motor Honda Africa. Satu hari itu saja. Christy berjanji tidak akan ada hal lain yang akan ia minta di hari ulang tahunnya. Entah apa yang menjadi motivasi dan begitu menggebunya Christy. Ayahnya yang berniat mengantarnya pun ditolak keras. Hanya Badrun. Bukan orang lain, bahkan orang tuanya sendiri. Kedua orang tuanya tentu harus berdiskusi satu sama lain, sebelum mengizinkan begitu saja anak usia 15 tahun pergi jauh.

"Adek mau ke sana ada apa?" tanya Mamanya.

"Adek bisa jaga diri, Ma."

Mamanya mengangguk, "Mama percaya sama Adek."

"Adek udah besar kan, Ma? Adek minta dipercaya. Kali ini aja. Adek janji hanya minta ini. Bukan tas, sepatu, PS, hape. Engga, Ma."

Bu Richard membelai lembut rambut sebahu anaknya. Mendekapnya di bahu. "Mama janji, kamu cerita. Kalo Adek jujur, Mama akan menghargai itu. Mama tidak akan marah asal Adek jelasin ke Mama sama Papa ya?"

"Adek sebel sama Papa ya? Kerja terus? Kangen motoran lagi?" tanya Pak Richard.

Christy menggelengkan kepala. "Adek minta maaf."

"Maaf untuk apa, Dek?" belaian di puncak rambut efektif menenangkan Christy. Memberinya rasa nyaman, terlindungi, dan merasa dihargai pendapat dan isi hatinya sebagai anggota keluarga.

"Adek udah boleh suka sama cowok?"

Bu Richard mengumbar senyumnya, "Sekedar suka boleh. Pacaran yang belum. Adek udah bilang ke cowok itu?"

Christy menganggukkan kepalanya.

"Dia bilang apa? Suka sama Adek juga?"

"Engga. Tapi dia tetep baik. Adek sayang. Sayang banget," jawab Christy.

"Adek ke puncak sama temen - temen juga?"

Christy menggeleng lagi. "Berdua."

Deg.

Bu Richard berbisik sejenak dengan suaminya. Terlihat serius, menjauh dari Christy. Alis saling bertaut dan senyum lebar di bibir kedua orang tua itu. Tidak boleh ada emosi negatif disitu menjelang hari bahagia anak mereka. Membiarkan anak mereka menyampaikan isi hatinya. Pendampingan adalah hal mutlak menjadi pendengar yang baik.

"Adek suka......Kak Badrun?"

"I-ya..." Christy menunduk malu.

"Adek kok bisa suka?"

Bidadari Badung 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang