Chenle itu polos, saking polosnya dia sama sekali engga tahu siapa itu Kakek Sugi. Beda lagi sama Jisung yang ngakunya bad boy tapi engga punya pengalaman pacaran. Mereka pacaran, tapi garing kayak rangginang baru digoreng. Sampai akhirnya mereka mi...
Setelah merasa cukup, Chenle pergi ke rumah Jisung dengan menggunakan mobil. Bukan dia yang menyetir, Chenle punya supir pribadi. Untung jalanan lancar jadi Chenle cepat sampai di rumah mewah milik Jisung.
Chenle mengetuk pintu dan dibukakan oleh pegawai yang ada di sana. Dia sudah biasa ada di rumah Jisung, jadi semua pegawainya hampir kenal sama si manis ini. Chenle berjalan ke lantai dua, lebih tepatnya ke kamar Jisung.
Sampai di depan dia mengetuk pintu kamar si jangkung. Untungnya cepat dibukakan, Chenle dapat melihat Jisung dengan kaos putih lengan panjang dan kaca mata yang bertengger di hidungnya.
Jisung sendiri kaget kenapa bisa ada Chenle di depan kamarnya dengan celana yang sangat pendek. Jisung segera menarik Chenle masuk kedalam, takut nanti ada yang melihat paha mulus pacarnya, itu asetnya.
"Kamu ko kesini?" tanya Jisung.
"Kamunya di telepon engga diangkat-angkat. Kan sebel." Chenle mengerucutkan bibirnya. Jisung yang melihat bibir berkilau itu sempat tergoda untuk mencicipinya, tapi suara teman-temannya dari speaker PC membuat dia tersadar kalau dia sedang bermain.
Segera Jisung meninggalkan Chenle yang terlihat kesal gara-gara apa yang dia perbuat. Chenle memutuskan untuk tiduran di kasur Jisung. Kata Haechan ini akan berhasil, nyatanya engga.
Chenle menunggu agak lama hingga dia bosan. Jisung ga beres-beres mainnya. Akhirnya dia memberanikan diri untuk menghampiri Jisung yang sedang duduk di kursi gaming kebanggaannya. Chenle duduk di pangkuan Jisung, menghadap ke arah di dominan yang membeku seketika.
Tangan si manis membelai wajah Jisung dengan lembut, sesekali juga memainkan rambut Jisung yang sudah agak panjang. "Kamu mah cuekin aku terus," kata Chenle.
Melihat kelakuan Chenle, Jisung jadi keringat dingin. Ini baru pertama kali wangi bedak bayi bisa sangat menggoda seperti ini. Jisung jadi tidak fokus bermain, atensinya jatuh pada si manis yang duduk di pangkuannya.
"Kan kamu tau sendiri, ini jadwalnya aku main."
Chenle menghela napas kesal. "Ya udah jangan main game lagi kalau begitu, temenin aku aja ya."
"Abis ini deh, jan-"
Belum sempat Jisung menyelesaikan kalimatnya, si jangkung dikejutkan dengan tangan Chenle yang mengelus miliknya dengan lembut. Gila, ini anak belajar dari mana?
"Kata Haechan, kalo gini kamu ga akan bisa nolak, bener?" Chenle bertanya begitu, namun wajah dan nada suara terdengar seperti orang yang polos. Jujur Chenle sendiri tidak begitu mengerti kenapa harus dielus-elus punyanya Jisung ya?
Tangan Chenle masih mengelus milik Jisung yang masih ada di dalam celana. Lama kelamaan si manis dapat merasakan kalau itu mulai mengeras. "Aku mainin kamu aja boleh?" tanya Jisung.
"Emangnya bisa?"
Jisung tidak menjawab pertanyaan Chenle dan langsung mencium bibir si manis dengan lahap. Tangannya ia gunakan untuk mendorong tengkuk Chenle supaya bisa memperdalam ciumannya.
Mata Chenle terpejam, menikmati setiap gerak bibir Jisung di bibirnya. Tangannya masih setia mengelus milik Jisung. Haechan benar, cara ini bisa berhasil. Jisung yang merasa lebih terangsang karena hal tersebut.
Tangan si jangkung masuk ke kemeja Chenle untuk mengelus punggung putih mulusnya. "Ji-eunghhh geli." Tubuh si manis menggeliat karena itu. Jisung mulai melumat bibir Chenle dengan kasar sesekali dia menggigit bibir bawah Chenle agar diberikan akses masuk.
Lidah keduanya mulai bermain. Tangan Jisung berpindah pada puting Chenle. Dia memilinnya membuat dada si manis membusung dan desahan keluar dari mulutnya. "Anhhh~ Jisungie~"
Mendengar itu Jisung segera melepaskan ciumannya untuk menatap Chenle. Mata pacarnya sayu dan kemejanya menjadi kusut. Jisung tersenyum melihat hasil karyanya. Si dominan menyatukan kepala mereka.
"Pacar aku udah bisa desah, pinter." Jisung mengelus lembut belakang kepala Chenle, lalu memberikan kecupan singkat pada bibir plumnya.
Chenle yang kelelahan membenamkan kepalanya di dada bidang milik Jisung. "Cape ah, padahal cuma bujuk kamu doang supaya ga cuekin aku, tapi gini amat."
Jisung terkekeh mendengarnya. "Abis kamu aneh-aneh aja. Kan biasa aku juga main hari ini, baru kali ini aja kamu bosen."
"Ya kamunya ga angkat telepon aku tau. Terus tadi konsultasi ke Haechan, katanya harus begini. Ya udah deh aku nurut aja. Tapi berhasil sih cara Haechan hehe~"
Jisung memeluk Chenle erat, polosnya Chenle tuh bikin gemes tau. Si manis mendongakkan kepalanya, menatap Jisung dengan tatapan bertanya.
"Jisung, tadi pas telepon sama Haechan, masa dia sambil nahan sakit. Kan Lele takut Haechan kenapa napa. Terus dia ngomong tentang masukin jari gitu, kan aku jadi bingung."
Jisung lagi-lagi dibuat gemas dengan pacarnya. Wajar sih Chenle begitu, nonton film yang iya-iya aja belum pernah, solo di toilet pun belum. Polos banget kan dia.
"Itu nahan nikmat tau Le."
"Hah? Maksudnya apa?
"Kamu mau coba?"
Sekarang si manis jadi tambah bingung, coba apa sih maksudnya? Tapi demi menghilangkan rasa penasarannya, harus dia lakukan deh. Akhirnya Chenle mengangguk sebagai jawaban.
"Nanti deh ya, kamu gini aja masih cape."
"Yah Jisungie mah PHP!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sabar ya boss, kata Jisung, Chenle-nya masih kurang stamina buat yang iya-iya. Harap bersabar dan nikmati alur cerita. Next Chapter: