🌿14🌿

454 74 8
                                    

Berbicara tentang kisah asmara, sebenarnya kisah asmaraku tidak seburuk itu kok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berbicara tentang kisah asmara, sebenarnya kisah asmaraku tidak seburuk itu kok.

Memang benar kalau aku tidak pernah berpacaran sekalipun, tapi bukan berarti aku bakalan kaku setengah mati dihadapan lelaki—eum, sedikit sih. Sedikit ya, cuma sedikit. Itu semua karena semenjak dulu aku sering naik kelas dan biar kuberitahu, tinggal dilingkungan yang setahun-dua tahun diatas terkadang membuatku serba salah. Apalagi ketika guru matematika menulis beberapa soal sulit dipapan dan aku berhasil menjawabnya mendahului teman sekelasku, kemudian guru akan mengatakan kalimat sakral; "Masa kalian kalah sih sama anak yang dua tahun lebih muda?"

Buatku, itu adalah masa-masa tersulit. Semuanya diam, hening, dan mencekam.

Seharusnya tidak ada yang salah dan yang benar, namun entah bagaimana tatapan mereka seakan menyimpan maksud tersirat bahwa akulah pihak yang seharusnya disalahkan disana.

Semenjak bergabung ke sekolah diumur yang lebih muda, aku sudah cukup banyak menyita perhatian. Ternyata itu belum apa-apa dibandingkan setelah salah seorang murid menembakku. Kejadiannya sekitar sebulan selepas sekolah dimulai dan kami sama-sama berada dikelas akselerasi. Dia mengajakku pergi kekantin ketika sepi dan menyatakan perasaan, lalu menyuruhku memberi jawaban dalam waktu dua hari.

Karena baru pertama kalinya ditembak, jangan tanya aku hebohnya seperti apa. Bahkan sampai tidak kepikiran untuk menolak. Naasnya ketika aku hendak mengatakan 'iya', dia malah mendatangiku lebih dulu dengan terburu-buru untuk mengatakan rentetan kalimat yang sampai sekarang belum bisa aku lupakan.

"Dua hari yang lalu itu, anggap gue salah ngomong ya. Diantara kita gak ada apa-apa."

Kesel? Bukan lagi! Disitu aku sadar bahwa aku terlampau berharap, jadi selanjutnya aku berlagak seakan-akan berencana menolaknya karena terlalu memprioritaskan belajar dan takut kehadirannya malah menyebabkan nilaiku turun drastis.

Besoknya, satu sekolah tahu.

Kurang tahu juga ya, mungkin tembok benar-benar punya kuping.

Sejak itu aku dipandang sebagai anak berprestasi yang enggan didekati laki-laki sebab tidak mau rekor nilainya dikalahkan orang. Jaman kuliah pun tidak begitu berbeda, aku disebut anti di-pdkt-in karena kurang bisa memprioritaskan cowok.

Dari penjelasan diatas, sudah kentara ya bagaimana mirisnya kehidupan asmaraku. Lalu ditengah kisah cinta yang jauh dari happily ever after tersebut, Mas Akas tiba-tiba masuk dengan mendaftarkan diri sebagai kandidat calon suami. Jangankan kalian, aku juga masih tidak percaya sudah dilamar orang. Apalagi dua kucrut yang hobi meng-hiperbola-kan segalanya ini.

PRELUDEWhere stories live. Discover now