33. Sama Sama Cemburu

116 21 6
                                    






*** ****

Regan menghirup napas panjang. Ditangannya terdapat semangkuk bubur dan sebotol air mineral. Dari jarak dua meter, Regan dapat melihat seorang gadis tengah tertidur lelap di salah satu brankar UKS. Wajahnya pucat, seperti mayat tapi bernyawa.

Setelah meyakinkan diri, Regan melangkah mendekati brankar. Di letakkannya semangkuk bubur dan air mineral yang dibawa ke nakas di samping brankar. Regan menatap wajah gadis itu. Regan ingin membangunkannya, tapi dia ragu. Bagaimana caranya membangunkan gadis ini? Mengguncang bahu gadis ini kah? Menepuk-nepuk pipi gadis ini kah? Atau, Menggumamkan nama gadis ini?

Dari ketiga opsi tersebut, lebih baik Regan memilih opsi ketiga. Regan menghirup nafasnya panjang.

"Ness, Nessha" Panggilnya pelan. Sudah lama nama itu tidak keluar dari bibirnya.

Nessha merasa ada yang memanggil namanya lantas membuka matanya perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke iris matanya. Menatap ke sekeliling. Hingga matanya menangkap sosok lelaki yang tak asing lagi baginya.

"Re....Regan" Panggilnya dengan suara serak. Memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Apakah ini benar benar Regan?


"I....ini kamu kan Gan?" Tanyanya pelan.

Regan mengangguk pelan. Mengambil bubur yang tadi dibawanya.

"Makan dulu ya Ness. Gue tau lo belum makan"

Nessha terdiam. Panggilan Regan untuknya sudah berubah. Nessha tau, apa yang ia perbuat di masa lalu itu sulit untuk dimaafkan. Apa Regan masih mau menerimanya? Apa Regan akan menganggap hubungan mereka seperti dulu?

"Nessha" Panggilan dari Regan membuat Nessha tersadar dari lamunannya. Bahkan Nessha tidak sadar bahwa sesendok bubur telah berada tepat didepan mulutnya.

"Makan!" Titah Regan. Dengan tangan memegang sendok, hendak menyuapi Nessha. Hal ini membuat Nessha yakin, bahwa Regan pasti memaafkannya dan hubungan mereka akan seperti dulu lagi.
Tanpa banyak kata, Nessha membuka mulutnya dan melahap bubur yang disuapkan Regan padanya.

Nessha makan dengan tenang. Hatinya berbunga bunga, tentu karna Regan. Ia sangka Regan tidak akan peduli lagi padanya. Ia sangka Regan akan membencinya. Ia sangka Regan tidak akan mau lagi berbicara denganya.

Tapi itu semua tidak benar. Buktinya saat ia sakit Regan masih peduli padanya. Bolehkah Nessha berharap pada Regan? Regan yang dulu selalu ada di sampingnya, Regan yang dulu menyayangi nya,Regan yang dulu selalu marah saat Nessha berbicara pada lelaki lain, Regan yang dulu tidak akan membiarkan dirinya terluka, walaupun hanya luka kecil. Katalanlah Regan itu posessiv, tapi Nessha suka dengan sifat Regan yang seperti itu.

Mangkuk yang tadinya penuh berisi bubur kini hanya tersisa sedikit. Regan meletakkan mangkuk nya ke nakas, dan memberikan sebotol air mineral untuk Nessha.

Nessha meneguk air mineral yang di berikan Regan hingga setengah. Lalu meletakkan botolnya di nakas. Suasana UKS ini sangat hening. Dikarenakan hanya ada mereka berdua disini. Bel masuk bahkan sudah berdenting sejak sepuluh menit yang lalu.

Setelah berpikir matang matang, Nessha akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.
"G...Gan, a— aku minta maaf s---"

"Stadium berapa?" Tanya Regan memotong kalimat Nessha. Auranya dingin, sorot matanya tajam.

Nessha terdiam seribu bahasa. Apa maksudnya? Kenapa Regan menanyakan hal itu? Tidak ada kah pertanyaan yang lain? Apa yang harus ia katakan?

RegaNayaWhere stories live. Discover now