food from hell

1.3K 366 31
                                    

"Tapi Jeong ... Siapapun yang udah masuk kamar gue, gak bakalan bisa keluar lagi."


Lino menyeringai, menikmati wajah Jeongin yang menegang.

Kakinya bergerak maju mendekati Jeongin yang tengah dilanda ketegangan itu. Namun diluar perkiraan Jeongin, lelaki itu malah membekap mulutnya sendiri menahan tawa. Sial, Jeongin sepertinya sedang dipermainkan.

Tawa yang sempat ditahan itu akhirnya pecah juga, menyuarakannya dengan lantang selayaknya suara gaduh bervolume tinggi.

"Hihihi, muka lo ... Hihi." Lino membungkuk memegang bahu Jeongin sebagai tumpuan, dengan tangan kiri memegangi perut.

Jeongin menghela napasnya dengan wajah kesal "Gila lo!" Tangannya mendorong tubuh Lino agar menyingkir darinya.

"Maaf, gue cuma iseng." ujarnya menyeka air yang keluar dari matanya.

Jeongin mengusap wajah kusutnya, bisa-bisanya ia dipermainkan Lino seperti ini.

Dengan raut wajah yang masih kesal Jeongin berbalik hendak kembali ke kamarnya.

Namun saat akan keluar, tubuhnya terhempas jatuh karena bertabrakan dengan seseorang. Jeongin meringis, bokongnya terasa sakit. Kepalanya mendongak, mendapati ibu asrama yang berdiri tepat didepannya.

Ah ... Sungguh tidak masuk akal, Padahal tubuh Jeongin yang lebih besar, tapi entah mengapa justru dirinya yang malah terjatuh. Lelaki itu sampai heran dibuatnya.

Uluran tangan pun Jeongin dapat, namun tak ia hiraukan, dirinya masih mampu berdiri sendiri tanpa bantuan.

"Kalau jalan jangan buru-buru." katanya.

Ah sudahlah, Jeongin tak peduli. Setiap matanya menatap wajah manis wanita paruh baya itu rasanya sungguh tak nyaman.

Jeongin berjalan hendak meninggalkan posisinya, namun sentuhan dibahunya membuat ia berhenti.

"Ayo makan, makanannya udah siap."

Jeongin terpejam. Sungguh,  suara dinginnya itu benar-benar tak ingin ia dengar.

Badannya ia hadapkan kepada ibu asrama, Sudut bibir lelaki itu melengkung ke atas. Bibirnya tidak bicara, namun kepalanya mengangguk mengiyakan.

Pura-pura bersikap normal sepertinya lebih baik.






Cuaca hari ini tampak lembab, mendung namun sepertinya tidak akan turun hujan.


Dihadapannya kini terpampang hidangan yang cukup menggoda, daging panggang yang terlihat sangat sedap, tumis daging cincang dengan cabai hijau yang diiris-iris kecil. Namun hanya sup dengan kuah berwarna coklat keruh yang berhasil menarik perhatiannya. Mengingatkan Jeongin pada ayahnya.

Sebenarnya Jeongin bertanya-tanya, untuk apa mengadakan acara makan-makan seperti ini.

Jeongin melirik ke samping saat menyadari ada yang duduk disampingnya.

Sial, itu adalah guru aneh yang terkikik waktu itu, Pak Yongsik namanya. Sepertinya ini bukan acara biasa, tapi mengapa hanya guru itu saja yang datang?

Sudahlah Jeongin tak mau memikirkan itu.

Pak Yongsik tersenyum padanya, menatap mata Jeongin lekat-lekat.

Itu adalah tindakan menggelikan bagi Jeongin.

Sungguh menyebalkan, mengapa guru aneh itu harus duduk disampingnya, mengapa tak duduk saja disamping ibu asrama.

Anak-anak perempuan pun telah selesai membagikan makanan, kini saatnya menyantap.

Jeongin memperhatikan Pak Yongsik yang tengah mengaduk-ngaduk supnya, matanya menyipit kala melihat sebuah tulang yang tampak aneh, tidak besar ukurannya. Hanya saja dimatanya terlihat seperti jari manusia.

Tunggu ... Jari?

Jeongin menajamkan penglihatannya untuk memastikan.


Sial,

Jantungnya berdesir kala Pak Yongsik mengangkat sendok berisi jari, benar-benar JARIII!! Jeongin tak salah lihat.

Seluruh tubuhnya bergetar, ia tremor, hatinya gelisah, bahkan lelaki itu hampir pingsan saking takutnya.



Apakah selama ini ia tinggal bersama kanibal?









Ceritanya aneh, kek judulnya.

So Weird | Yang JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang