bonchap

1.5K 332 33
                                    

Lelaki bersurai gelap itu duduk termangu seperti orang yang kehilangan akal.

Luka di tubuhnya sudah diselimuti perban, kini ia hanya tinggal menunggu kesembuhan luka-lukanya saja.

Mata indahnya menatapi jari manis dan jari kelingkingnya yang hanya tinggal setengah, 'cacat' batinnya. Berkat ini Jeongin mungkin tak bisa melupakan betapa mencekamnya malam itu, malam dimana semuanya menjadi tak masuk akal.

Setiap malamnya hanya mimpi buruk yang Jeongin dapatkan dikala tidur, bayang-bayang Seungmin yang selalu memohon pertolongannya membuatnya menjadi semakin merasa bersalah. Andai saja, ahh tidak, Jeongin tidak mau lagi berandai-andai. Itu hanya akan membuatnya kecewa.

Jeongin mengambil cermin kecil yang ia taruh di bawah bantal rumah sakit tempatnya dirawat.

Lelaki itu melihat dengan seksama lebam berwarna biru keunguan di wajahnya yang tampaknya akan segera memudar, ini diakibatkan oleh si keparat Lino.

Ngomong-ngomong soal Lino, mungkin si keparat itu telah menuju ke neraka untuk menebus segala dosa-dosanya. Ya... Jeongin harap begitu.

Merasa bosan, Jeongin membawa infusnya untuk ikut bersamanya mencari udara segar di luar, seperti rumah sakit pada umumnya yang selalu bau obat-obatan membuat lelaki itu merasa tak nyaman dengan udara yang ia hirup.

Jeongin memandang cerahnya langit sore hari dengan perasaan iri, Jeongin juga ingin secerah itu.

Tanpa diduga-duga seseorang menabraknya membuat lelaki itu oleng dan terjatuh, Jeongin meringis. Sepertinya tubuhnya masih lemah.

"Astaga! Maaf , aku buru-buru banget sampe gak sengaja nabrak orang." kata perempuan yang menabraknya.

Jeongin diam menunduk.

"Ayo aku bantuin berdiri."

Disaat perempuan itu hendak membantunya berdiri, Jeongin malah menangkis tangannya, "Gak perlu."

"Ahh? Okey."

Segera perempuan itu pergi tanpa sempat Jeongin pandang wajahnya.

Ia bangkit, sesekali meringis karena bahunya terasa nyeri, entah ia yang lemah atau perempuan tadi yang terlalu keras menabraknya.

Bunyi deringan Handphone menyita atensi lelaki itu. Jeongin melihat ke bawah dan langsung menemukan handphone yang sedang berdering, jelas sekali itu adalah handphone milik perempuan tadi.

Jeongin segera berjalan cepat untuk mengejar perempuan yang berada tak jauh di depannya, walaupun dengan serta membawa infus yang lumayan susah untuk dibawa berjalan cepat tapi tak apa, barangkali panggilan ini penting.

Jeongin meraih bahu si perempuan, "Ini handphone lo tadi jat-"

Lelaki itu terdiam untuk beberapa detik, "Yiren?"

Sebagai respon perempuan yang ia panggil Yiren itu mengerutkan dahi.

"Kamu Yiren kan?"

Untuk beberapa saat mereka saling diam menatap satu sama lain.

"Kamu beneran manusia kan? Yiren.."

"Maksudnya?"










-

Akhirnya so weird udah rampung. Aku mau berterima kasih banyak sama kalian yang udah baca so weird dari awal sampe akhir, heuheu. Semoga hari-hari kalian dipenuhi kebahagiaan ya!!!

Sampe ketemu lagi dicerita selanjutnya^^

So Weird | Yang JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang