11

1.3K 193 7
                                    

Sabtu, 02 Maret 2024

Update lagi

🌾🌾

Happy reading, Hamia✨

Berdiri sendiri di bawah pohon bintaro hiasan parkiran, Eva meremas tali tas ranselnya dengan pandangan mengitari SMA TB yang luas ini. Bahkan ketika anak-anak ekskul Matematika telah pulang pun, Eva tetap masih konsisten berada di kawasan sekolah mencari absen guru yang nyatanya tak kunjung ditemukan hingga saat ini. Helaan napas kasar, campuran antara rasa lelah dan kesal entah pada siapa.

Tergopoh-gopoh seorang satpam sekolah menghampiri Eva hingga gadis itu tersadar dari ketercenungannya.

"Neng! Kenapa belum pulang? Sekolah sudah sepi, guru-guru juga sudah pulang semua. Tinggal Neng sendiri aja." Pak Satpam itu berucap dengan raut yang harap-harap cemas.

Eva menghela napas dibuatnya. Saat ini pikirannya saja masih kusut memikirkan absen guru yang tak kunjung ketemu. Bayangkan beasiswanya akan dipertangguhkan dalam hal ini? Eva nyaris gila dibuatnya. TB adalah mimpinya dari dulu. Yang paling utama ialah, Eva tak dapat bayangkan bagaimana kecewa mamanya itu saat Eva kehilangan beasiswa di TB dan terpaksa didepak karena tak sanggup membayar. Sumpah demi apapun segala pemikiran negatif menggerayangi Eva saat ini.

TB merupakan SMA terfavorit yang menjadi incaran. Lulusan TB akan dipermudah untuk lanjut pendidikan ke perguruan tinggi. Simpelnya ketika daftar sekolah, cukup melihat logo TB di surat kelulusan, sudah pasti akan dipermudah. Apalagi dengan nilai tinggi, maka sudah pasti terjamin kelulusannya.

"Saya masih ada perlu, Pak," jawab Eva. Ia mengelap keringat di wajahnya sendiri dengan jilbab.

Ketidakrespect-an dari gadis ini membuat pak Satpam jadi tersulut emosi. Ingin dibicarakan baik-baik dan sudah disindir secara halus pun tak paham kode.

"Memangnya urusan apa sampai wayahnya sekolah tutup masih keliaran? Mana sendirian lagi. Majelis guru juga jajaran staf nggak ada lagi di sekolah. Anak-anak ekskul juga pada pulang. Tidak liat sekolah sepi tinggal kamu sendiri?"

Kok satpam ini jadi sensi sendiri, ya? Eva meniliknya sinis.

"Saya dapat amanah dari guru. Ini nanti urusannya ke kepsek. Bapak gak bakal ngerti. Pokoknya penting!"

Sejujurnya Eva sadar sekali ucapannya sangat tak sopan tadi. Walau ngeselin bagaimana pun pak satpam ini, tapi beliau tetap orang tua dan adabnya yang muda harus hormati orang tua. Eva setuju akan norma etika itu. Namun, entah kenapa ia tak bisa mengontrol emosi sendiri dan sangat sensitif akhir-akhir ini.

"Nggak bisa dilanjut besok urusannya? Saya juga mau istirahat bukan cuma mau ngejaga sekolah saja. Istri saya ini mau melahirkan. Saya minta tolong kamu untuk pulang sekarang juga."

Astaghfirullah! Mana bisa Eva pulang sekarang!! Absen guru belum ketemu begini Eva tak akan bisa tenang. Jika tak ditemukan sekarang juga, takutnya besok sudah pindah tempat dan hancur. Nasibnya siapa yang tahu 'kan?

Di satu sisi Eva tak bisa egois juga ketika sudah paham bagaimana situasinya. Satpam ini istrinya mau lahiran. Tak mungkin Eva ngotot minta beliau untuk tetap di sekolah 'kan?

"Kunci gerbang aja deh Pak kasih ke saya. Bapak pulang duluan, nanti gerbang biar saya yang gembok."

Ya ampun!! Anak bolot ini tak paham juga ternyata!

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang