35. Sesal yang Terlambat

8.7K 376 1
                                    

Keadaan mobil yang sunyi juga senyap itu tentu menjelaskan keadaan di dalam mobil hitam Raja kala ini. Di sebelahnya, Rachel sama sekali tidak berbicara. Sosok yang ia kenal ceria pada masanya itu seolah menghilang dari dunianya begitu saja. Tidak ada lagi Rachel yang bawel atau bahkan cerewet, tidak ada juga Rachel yang selalu menatapnya dengan sinar mata bahagia. Yang ada malah Rachel yang merasa tidak nyaman berada di sekitarnya itu.

Ia sendiri juga tidak memaksa Rachel untuk berbicara. Karena tepat setelah keluar dari Panti Asuhan tadi, tubuh Rachel terus bergerak tidak nyaman di sampingnya dan membuatnya takut untuk mengajak cewek itu berbicara.

"I—ini ke mana, Ja?"

Pertanyaan Rachel yang seolah menyiratkan kekhawtiran itu membuat Raja menghela napasnya pelan.

"Rumah Bang Rungga," balasnya.

Tidak ada balasan lagi, karena tepat ketika mobilnya terparkir dalam bangunan luas itu ia jelas kembali melihat pergerakan Rachel yang gelisah.

"Ada Erika di dalem," katanya pelan, sebelum memilih lebih dulu turun dari mobilnya itu.

Rachel menarik napasnya dalam. Ia jelas mengetahui siapa saja yang hadir di dalam sana. Ia mengenal dengan pasti mobil keluarga Anandita. Tetapi, kenapa harus rumah Rungga yang menjadi tempat pertemuan?

"Ayo turun," pinta Raja setelah membukakan lebar pintu mobilnya itu.

Ia mengangguk ragu sebelum pada akhirnya memilih menururti permintaan Raja.

"Raja, jangan di belakang gue," cicitnya pelan sebelum memilih untuk menyingkir.

Di tempatnya, Raja menghela napasnya pelan, sebelum menuruti kemauan Rachel. Ia tidak tahu arti dari semua perubahan signifikan Rachel yang seolah melihatnya seperti orang asing itu. Tetapi jujur, itu cukup mengganggu bagi dirinya.

"Rachel!"

Seruan yang tanpa perlu Rachel cari tahu dari mana asalnya lagi itu membuat tubuhnya seketika memaku. Kedua matanya kembali terpejam erat kala tanpa aba-aba Erika memeluk tubuhnya erat.

"Er...," cicitnya pelan. Tangannya kembali bergetar bersamaan dengan napasnya yang kembali memburu itu.

"Kenapa?" Erika panik. "Sakit?" tanyanya dengan kedua tangan yang memegang erat lengan Rachel.

Rachel kembali menggelengkan kepalanya pelan bersamaan dengan dengungan yang seolah kembali muncul di telinganya. Ia menatap khawatir pada banyaknya orang di depan sana sebelum melangkah mundur secara perlahan.

"Rachel...,"

Suara pelan Sadewa yang kemudian menjauhkan Erika dari jangkauannya itu membuatnya menundukkan kepalanya takut. Dengungan itu seakan semakin menguasai dirinya bersamaan dengan Sadewa yang mulai berbicara pelan di hadapannya.

"Hel, you good?" tanya Sadewa pelan. Ia dengan pasti meraih tangan Rachel dengan pelan, berusaha membiarkan Rachel terbiasa dengan keadaan kali ini. "Hel, it's okay. Gak ada yang perlu ditakutin." lanjutnya pelan tapi pasti.

Ah, sekarang Sadewa mengerti kenapa memahami perubahan sifat dan sikap seseorang dalam bidang Psikologi sangat penting. Nyatanya, di saat semua mulai khawatir dengan perubah Rachel, hanya dirinya yang bisa maju untuk menenangkan gadis itu.

"Kenalin Rachel, ini Oma Ajeng," kata Sadewa pelan berusaha membuat Rachel nyaman. Lelaki itu memilih untuk mengikuti jejak Rachel meski dengan sebuah jarak.

Pelan tapi pasti, Rachel mengangguk pelan sebelum beralih untuk menyalami wanita tua di hadapannya itu.

Oma tersenyum tipis, memperhatikan bagaimana sosok yang telah hilang lama dari kehidupannya itu sudah tumbuh menjadi gadis manis.

Sinful (Tamat)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu