20. Patah dan Hancur

6.1K 329 2
                                    

Tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi kali ini, langkah Rachel kembali berubah menjadi semangat. Bagaimana tidak? Hari ini adalah jadwal seorang Raja kembali mengadakan sparing basket dengan sekolah yang katanya teman SMA Angkasa.

Untung saja Rachel memiliki teman seperti Bian. Kalau tidak, mungkin ia tidak akan mengetahui banyak tentang jadwal Raja. Dan untungnya juga, suasana hatinya sudah kembali seperti biasa dan membuatnya lebih antusias untuk mengikuti langkah Raja sore ini.

"Mau ke mana, Neng?"

Godaan yang disusul dengan kekehan itu membuat langkah Rachel memelan. Ia menatap pada Anta yang sedang menyesap rokok di atas motor hitam besar cowok itu sebelum berdesis jengkel.

"Kepo—"

"Tuh Rajanya!" Anta mengedikkan dagunya ke arah gerbang pemisah bangunan sekolah juga parkiran motor yang menjadi tempat di mana ia juga Anta berada.

Perlahan genggaman erat pada tasnya melonggar digantikan dengan rasa penasaran yang seketika muncul ketika menemukan Karina berjalan lebih dulu dibanding Raja.

Kenapa Raja terlihat sedang mengejar Karina?

"Na!"

"Ya dengerin sebentar dulu dong!"

Seakan sedang mendapat tontonan baru, Anta kembali memperhatikan dua insan yang berada tepat di depan gerbang bangunan Angkasa itu. Aneh. Tidak biasanya Raja menemui Karina secara terang-terangan seperti itu. Apa lagi di kerumunan sekolah seperti ini.

"Ayo pacaran!"

Lantang dan lugas. Dua kata yang berhasil membuat Rachel seketika mematung di tempatnya. Telinganya memanas, jantungnya seketika berdetak dengan irama cepat. Apa ia tidak salah dengar?

Sama halnya dengan Rachel yang nampak terkejut itu, Anta seketika bangkit dari posisinya. Ia benar-benar dibuat terperangah akan perbuatan Raja saat ini. Bagaimana bisa Raja melakukan hal itu di depan kerumunan pulang sekolah? Ah, tidak. Bagaimana bisa Raja melakukan hal itu di depan Rachel?

Di depan sana, Karina berbalik, menatap Raja dengan emosinya yang seketika memuncak. Kenapa tidak dari dulu Raja mengatakan itu? Kenapa ia harus mengeluarkan amarahnya dulu supaya Raja bisa mengatakan itu?

"Ayo pacaran," ulang Raja memelan.

"Ka—kamu serius?"

"Kamu mau status kita jelas 'kan?" Raja bersuara tenang. "Biar satu sekolah juga tahu status kita sekarang," lanjutnya tanpa beban.

Dan perlahan, sebuah senyuman tipis tampil di bibir Karina. Senyuman yang membuat kerumunan siswa riuh seketika, juga senyuman yang membuat Bian juga Erika sama-sama berdecak di tempatnya. Kalau dua sejoli itu menjalin kisah cinta mereka, maka ada seseorang yang hatinya terluka.

"Rachel." Erika menyikut siku Bian kala matanya menemukan keberadaan Rachel saat ini.

Seumur hidup, percayalah, saat ini, adalah saat di mana Bian merasakan emosinya yang paling parah pada Raja. Tidak peduli jika kenyataan Raja menang tidak menyukai Rachel, tetapi ia pikir, Raja bisa bersikap lebih dewasa barang sekali saja.

Dengan langkahnya yang penuh emosi, ia dengan sengaja menabrak bahu Raja, melewati cowok itu dengan amarahnya, sebelum berjalan pasti menunu Rachel.

"Ayo, Chel, balik!" perintahnya yang kemudian menarik paksa pergelangan tangan Rachel.

Percayalah Raja, Bian tidak akan mengenal kamu mulai detik ini.

~~~~

"Udah kali ngerokoknya," desis Bian penuh harap. Kedua matanya menatap kasihan pada Rachel yang seolah terlihat acuh dengan keadaan itu. Tetapi kenyataan bahwa Bian mengenal hati Rachel lebih dari siapa pun, maka ia jelas tahu apa yang saat ini dipikirkan oleh Rachel.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang