9. Rasa Yang Terabaikan

4.5K 287 0
                                    

Ketukan sepatu pada lantai dingin berwarna putih dengan goresan emas itu seakan menemani gadis yang terduduk manis dengan balutan kaos putih juga celana jeansnya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketukan sepatu pada lantai dingin berwarna putih dengan goresan emas itu seakan menemani gadis yang terduduk manis dengan balutan kaos putih juga celana jeansnya itu. Sesekali tangan kanannya ia angkat sejajar dengan dagu untuk melihat benda hitam yang melingkar pada pergelangan tangannya itu.

Sudah satu jam berlalu.

Satu jam di mana seharusnya seorang Raja sudah muncul di hadapannya untuk menepati janji lelaki itu. Ah—sebentar. Apa itu bisa dikatakan sebuah janji?

Jemarinya kembali bermain, bersamaan denan kepalanya yang terus bergerak ke kanan juga ke kiri untuk menemukan di mana keberadaan lelaki itu.

Ia menghela napasnya pelan. Apa Raja akan kembali mengabaikan permintaannya setelah ia melancarkan aksi kaburnya itu?

Senyumnya perlahan terukir tipis sebelum terkekeh pelan. Sepertinya ia terlalu berharap pada seorang Raja yang selalu mengabaikannya itu.

"Kak...,"

Panggilan pelannya yang kemudian mendapat balasan dari seorang perempuan di sampingnya itu berhasil membuatnya tersenyum kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal itu, dan kembali menampilkan raut tidak enaknya itu.

"Aku boleh pinjem handphone gak?"

Jujur, jika pertanyaan itu dilemparkan oleh orang lain padanya, ia akan membalas dengan tatapan was-was. Hidup di jaman yang penuh dengan kata kriminal tentu akan membuat siapa saja was-was untuk memberikan benda pribadinya kepada orang yang tidak dikenal bukan?

Tetapi karena kebodohannya yang percaya saja Raja akan datang di saat gawainya masih berada di tangan Kenanga membuatnya mau tidak mau menerima saja dianggap sebagai seorang kriminal.

Yang ia takuti hanya satu. Ia takut jika nantinya Raja datang di saat dirinya sudah meninggalkan pusat perbelanjaan—tempat janjinya—untuk bertemu dengan Raja.

"Oh, iya boleh kok!"

Syukurlah. Dilihat dari tatapan tulus juga senyuman lebar yang diberikan oleh perempuan di sampingnya itu berhasil membuatnya sedikit menghela napas lega.

"Maaf ya, jadi ngerepotin," keluhnya tidak enak.

"Gak kok! Gak repot!"

Ia kembali tersenyum kikuk sebelum pada akhirnya memasukkan nomor Raja secara lancar di atas layar yang menyala itu.

Kalau diminta menghafal nomor Raja, itu adalah urusan gampang. Lagipula, selama enam belas tahun hidupnya, hanya seorang Raja saja yang berhasil membuatnya ingin menghafal angka. Bahkan ia tidak bisa mengingat nomor telfon Kenanga atau bahkan Farhan. Bukankah Raja beruntung karenaa nomornya di hafal dengan gadis cantik sepertinya? Cieelah. Raja juga muak kali sama lo, batinnya menambahi yakin.

Nada dering pertama.... Sunyi..

Nada dering kedua.... Masih tidak ada jawabaan..

Nada dering ketiga.... Tentu belum ada jawabn juga.

Sinful (Tamat)Where stories live. Discover now