11. Kebiasaan

4.1K 243 1
                                    

"Rachel Winata!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rachel Winata!"

"Saya, Bu."

"Hanya kamu yang mendapat nilai dibawah 7. Bahkan jauh...,"

Suara yang disusul dengan desahan pelan itu berhasil membuat Rachel kembali menghela napasnya. Ini sih sama saja membantu Rachel untuk menyerah sebelum memulai.

Ia baru saja memantapkan diri untuk menjadi anak yang lebih baik di masa remajanya. Tetapi kalau ia sudah lebih dulu dibuat stress dengan kenyataan nilai Matematikanya yang kembali remedial, ia bisa apa?

Tidak, ia tidak sedang berada di kelas. Sejak dua jam lalu ia terpaksa keluar dari kelas juga mata pelajaran Bahasa Jepang karena kelakuannya beberapa waktu lalu. Kelakuan di mana ia meninggalkan kelas tanpa menggunakan Bahasa yang menurutnya seperti bahasa alien itu.

Tidak, kedua jemari cantiknya juga tidak sedang menjepit benda berasap itu. Memang tangan kanannya masih menggenggam kotak itu, tetapi hatinya seperti sedang berusaha menolak dirinya untuk mengeluarkan penyambar api saat ini.

Ia kembali menghirup dalam udara yang berhembus di sekitarnya sebelum menyandarkan tubuhnya pada tembok tinggi pembatas taman belakang sekolah juga jalanan luar sekolah itu.

Seharusnya ia tidak berada di sini. Seharusnya ia sedang mencari banyak kata dalam Bahasa Jepang di perpustakan sebagai hukuman dari Sensei Bella. Tetapi mohon maklum, ia belum siap menderita untuk hal-hal seperti itu. Lagipula ia tidak ada niatan tinggal di Jepang, jadi apa fungsi mata pelajaran itu saat ini?

"Rachel Winata—"

Nah, kalau namanya terpanggil dari suara serak yang sangat ia dambakan seperti ini kan siang panas kali ini jadi terasa adem seketika.

Tanpa berpikir ia kembali mengantongi kotak rokoknya, kemudian mengukir sebuah senyum lebar di wajahnya.

Ah, tapi sebentar-sebentar..., Ia tidak boleh melupakan kebiasaan lelaki tampan ini.

"Kali ini disuruh sama siapa, Ja?" tanyanya tenang namun jelas tersirat sebuah kesarkastikan di dalamnya.

Raja menggeleng, kemudian memilih untuk duduk di sebelah Rachel. Tidak dalam jarak yang dekat, tetapi berada di sekitarnya saja Rachel sudah senang, apalagi kalau Raja menggeleng sebagai jawaban pertanyaannya itu.

"Bagi rokok dong, Hel. Punya gue abis." Raja bersuara rendah sembari mengadahkan tangan kanannya ke hadapan Rachel.

Rachel berdesis pelan. Baru saja berniat untuk menjadi gadis baik dan anggun dengan menyembunyikan rokoknya, eh, Raja malah meminta secara terang-terangan.

"Nih!"

Tenang saja, sekuat apapun niatnya, kalau sudah berhubungan dengan Raja, ia rela menggagalkan niatnya kok. Apa ini arti budak cinta yang sesungguhnya?

"Lo gak mau?" Raja menaikkan alisnya sebelah sembari mengangkat kotak itu ke hadapan Rachel setelah menjepit miliknya pada kedua bibirnya itu.

Rachel tersenyum tipis, kemudian menggeleng pasti.

Sinful (Tamat)Where stories live. Discover now