BRAK

Pintu kembali ditutup dengan dibanting sangat keras. Oh, Astaga jikalau Pansy terus melakukan itu saat dia marah bisa bisa pintu kamar ini rusak.

Ya sudahlah, lupakan saja. Aku sudah mengenal baik sifat Pansy, saat dia marah dia akan menolak berbicara denganku sampai 3 hari, dan kebiasaan itu sangat mutlak.

"Tinggal menunggu sehari lagi, huh?" Aku menghela nafas gusar

***

Prediksiku benar, saat aku menuruni tangga dan memasuki ruang utama Slytherin semua memandangku dengan penuh tanda tanya. Ada beberapa diantara mereka yang langsung menghampiriku dan bertanya.

"Veena, ada apa dengan mata kirimu?"

"Astaga Middleton, apa kau terluka?"

"Pantas saja kemarin seharian kau tidak terlihat, apa yang terjadi padamu?"

Satu persatu pertanyaan dilemparkan kepadaku, membuatku kewalahan dan bingung harus menanggapinya bagaimana. Terutama Crabbe dan Goyle mereka nampak sangat panik saat melihat keadaanku seraya tak berhenti melontarkan banyak sekali pertanyaan.

Oh, ya ampun sebagai seorang introvert, dikelilingi banyak orang seperti ini membuatku ingin pingsan saja.

"Beri dia ruang, teman-teman! Tidakkah kalian melihat dia tampak tak nyaman?" Ujar seorang pria dengan suaranya yang lantang, lalu orang-orang dengan segan memberikan dia jalan.

Tentu saja, siapa lagi lelaki di Slytherin yang bisa membentak semua murid kecuali Draco Malfoy. Ia berjalan mendekat kemudian menyeringai, "Butuh bantuan, hm?" Draco tersenyum dengan penuh rasa kemenangan.

"Yes, please." Balasku singkat.

Ia pun mendelikkan matanya, mengisyaratkan padaku untuk ikut pergi bersamanya. Aku yang menyadari hal itu pun mengangguk dan segera mengekori ke manapun Draco pergi.

***

Tak kusangka cara ini cukup berhasil, hanya dengan jalan menunduk di belakang Draco, aku bisa melewati semua orang dengan mudah. Pasalnya beberapa diantara mereka yang berniat mendekat langsung menerima tatapan tajam dari Draco.

"Terimakasih, Draco. Aku sangat terbantu." Bisikku pelan dari belakangnya.

"Kau tahu, sepertinya kau harus belajar bergantung pada seseorang, jangan terus menghadapi masalah sendirian. Kau hanya akan semakin menderita." Ujarnya yang masih terus berjalan lurus tanpa menengok ke arahku.

"Entahlah, aku tidak terlalu suka melibatkan orang lain ke dalam masalahku. Memangnya siapa yang cukup pantas untuk bisa ku andalkan?"

Terlukis seringaian di wajahnya, "Tentu siapa lagi selain orang tampan yang berjalan di depanmu ini, huh?" Draco mengangkat bahunya sombong.

"Eiiish... Aku sudah gila kalau bergantung pada orang sepertimu!"

Draco menengokkan kepalanya seraya tetap menyeringai, "Tidak apa-apa, aku suka gadis gila." Rayunya sambil mengedipkan sebelah mata.

Oh astaga aku tercengang mendengarnya, aku melangkah lalu kutendang kakinya dengan sekuat tenaga, "Demi Merlin! Siapa yang mengajarimu bicara seperti itu huh?! Eiiish kau benar-benar membuatku ingin muntah!" Aku melangkah lebih cepat lalu pergi meninggalkan Draco yang meringis kesakitan.

DRACO : THE TROUBLEMAKEROnde histórias criam vida. Descubra agora