Kris terbangun dengan keadaan tidak berpakaian dan dipenuhi kissmarks seluruh tubuhnya sangat sakit hingga ia kembali berbaring matanya tertuju ke atas nakas terlihat uang pecahan ratusan ribu berserakan membuat air matanya luruh kemudian ia menyeka air matanya kasar dan tersenyum "Ayolah Kris ini satu satunya cara agar kau bisa membiayai semuanya" Kris berujar untuk dirinya sendiri dan bangkit perlahan menuju kamar mandi dengan susah payah.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bisik bisik terdengar sambil memandang kearahnya ia sangat jelas mendengar gunjingan yang tertuju untuknya namun ia menulikan diri menuju ruang kelas dan duduk didepan sendiri satu persatu mahasiswa masuk dan hampir memenuhi ruang kelas. Kuliah hari ini usai lebih cepat makanan dan minuman terabaikan ia ingin berhenti dan mencari pekerjaan halal hingga hp nya bergetar dan segera ia menjawab panggilan itu "Pelanggan baru?" "....." "Bule?" "....." "Hmm baiklah beri dia alamatku, terima kasih Lu".
Pria jangkung itu memerintahkan anak buahnya menunggu diluar saja dan ia segera mengetuk pintu itu pelan, pintu itu terbuka pelan menampilkan sosok cantik sedikit lebih rendah darinya "Kris" pria itu mengangguk dan ia terperangah sesaat melihat sosok itu, diluar ekspektasinya sangat cantik dan mulus "Silakan masuk tuan Adam" pria itu masuk dan Kris beedebar ia terpesona.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Adam memandang Apartemen mungil itu kecil tapi hangat dan sangat nyaman untuk ditinggali bersih dan wangi "Kau memiliki apartemen yang nyaman" Kris menghampirinya dan menyodorkan minuman alkohol dan ia segera menenggaknya "Kita melakukannya disini atau...." ucapannya terhenti saat adam mencium dan melumat bibirnya pelan "Nghhhh ttthhuan" selanjutnya hanya lenguhan lenguhan dan sesekali terdengar hingga keluar dari apartemen membuat mereka yang berjaga menelan air liur mebayangkan yang tidak tidak.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kris terdiam dipintu gerbang memandang limosin hitam terparkir tepat diseberang hingga seseorang menyinggung bahunya kasar ia sudah memejamkan mata siap untuk terjatuh namun tidak dan membuka matanya pria tinggi besar beberapa malam lalu yang membuat hatinya bergetar menahan tubuhnya dan memandangnya tersenyum ramah "Tuan Adam?" "Kris, aku ingin mengajakmu makan siang diluar" Kris hanya mengangguk patuh dan ia merasakan tangan besar itu menggenggam tangannya erat.
Kris masih terperangan itu restoran mahal yang pernah ia datangi bersama orang tuanya dulu sekali sebelum ia diusir dan dicoret dari daftar keluarga.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Disinilah pertama kali aku melihatmu, bertahun tahun lalu dan aku akhirnya menemukanmu" Kris memandangnya heran "Benarkah tuan?" Adam mengangguk "Aku terkejut saat berdiri dihadapanmu malam itu aku pikir foto yang mereka perlihatkan itu foto palsu dan hingg kita bertemu kembali" Kris bangkit "Tuan aku harus pulang" Adam memegang tangannya "Duduklah" Kris menelan ludahnya suara Adam menandakan perintah dan ia kembali duduk.
Kris menceritakan semuanya dari saat ia divonis pria carrier dan ia juga mengaku lebih menyukai pria hingga ia disusir dan diseret kejalanan tanpa ampun.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Adam memandang wajah yang mulai dihiasi air mata itu dan mendudukkannya dipangkuannya memeluknya erat saat ini ia dirumah Kris setelah makan siang "Setelah ini aku tidak ingin ada lagi air mata diwajah cantikmu Kris" mendengar itu Kris mempererat pelukannya dan menangis hingga jatuh tertidur.
Suara dentingan pelan terdengar didapur kecil Kris ia merindukan sosok tinggi itu dan pelukannya ia berharap lebih dan ia tidak meminta itu menjadi nyata ia yang hina bersanding dengan pria terhormat, ia melangkah gontai ke arah kelasnya dan hinaan mereka masih terdengar jelas sepanjang kelas dan ia menulikan telinganya ia tidak mau berurusan dengan mereka.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ia menghempaskan tubuhnya pelan diatas kursi ia merasa lemas akhir akhir ini dan membaringkan kepalanya berbantal tangan "Ugh pusing" keluhnya pelan dan matanya tertutup pelan dan ia jatuh tertidur, lamat lamat ia mendengar suara memanggil namanya namun ia tidak bisa membuka matanya ia mendengar suara itu menjauh hingga menghilang dari pendengarannya.