SIAPA?

17 2 9
                                    

"Tak kenal maka tak sayang, udah kenal maka?"

•••

Nael POV.

"Bundaaaaaa!"

"Emaaaaakkkk!!"

"Uuuummmmiiiiii!!!"

"Toloooonggg!!"

Karina yang mendengar anaknya minta tolong segera berlari tergesa-gesa menuju asal suara, menghiraukan masker wajahnya yang kini sudah retak tak berbentuk.

"Sabar naaak! Ibumu sedang meluncur ke arena!!!" Karina menaiki tangga dengan cepat, dua tangga sekaligus hingga terdengar suara

'Krek'

Dasternya sobek hingga lutut. Namun baginya hal itu mempermudah berlari.

Ia jadi teringat dulu waktu kecil ikut lomba 17-an, waktu itu ia meminjam gamis sang ibu sebab pakaiannya kotor semua, karena ia suka berlari-lari ia memilih lomba yang ada larinya. Ia merobek gamis ibunya sampai atas lutut, berlari kencang sambil memamerkan giginya yang ompong dan akhirnya ia berhasil memenangkan lomba memasukkan pisang ke dalam mulut. Karina kecil sangat senang waktu itu, karena nanti saat sampai di rumah ia tidak perlu makan, udah kenyang.

"Emaaaak cepett!! Ini urgenttttt"

Karina tersadar, lalu menepuk dahinya keras.

"Wahid naaak! Ayam kemping"

Wanita itu menuju kamar El dan langsung membuka pintunya keras.

'Brak!'

"Ada apa? Apanya yang sakit?? Hati? Jantung? Usus besar? Usus kecil? Anus? Kamu sembelit? Ayo jawab kok malah diam sih?"

"Bunda ngapain sih?" Tanya El heran.

"Lah? Kok malah ngapain sih El, tadi yang teriak-teriak siapa? Malem-malem ganggu tetangga mau ngepet tuh, nanti lilinnya mati kau kena santet" gemas Karina.

"Astaghfirullah bun, gitu banget sama anak sendiri. Ini bantuin, dari zaman masih teka sampe sekarang pun aku nggak bisa masukin ini"

Karina menghela napas, berusaha sabar. Ia bingung dengan sikap absurd putra sulungnya itu.

"Masker retak, daster sobek, tenaga terkuras, lari-lari dari lantai satu ke kamar kamu. Bunda pikir kamu kenapa-napa astaghfirullah taunya gini doang? Ya Allah sabarkanlah hati seorang ibu di dunia ini, aamiin"

"Makanya bun, jadi orangtua jangan lebay gitu kan jadinya"

Karina kesal, ia menyubit lengan putranya keras.

"Bandel banget jadi anak, huuuh"

"Ih iya bun maap deh. Cepeeet bun bantu masukin"

"Ya tinggal masukin dilubangnya itu"

"Kecil bun nggak kelihatan, mau masukin sesat mulu"

"Sini bunda aja. Emangnya mau buat jahit apa?"

"Mau jahit sempak!"

"Ck! Yang bener deh El"

"Emang bener bun, noh sempaknya bolong gara-gara digigit nyamuk"

"Sempak kenapa bisa bolong?"

"Ya nggak tau lah bun, dikira detektif upin ipin apa?"

"Pakai aja yang lain El, repot-repot jahit segala. Kurang kerjaan banget kamu"

"Maunya yang itu bun, warna merah biar tambah seksi"

"Ngomong sama kamu nggak ada manfaatnya, nih jadi! Bunda mau ke bawah, awas kalau teriak-teriak lagi, bunda coret namamu dari kartu keluarga!"

LARA [On Going]Where stories live. Discover now