18. Taeyong Hyung

63.2K 8.7K 728
                                    

Malam itu, Hujan deras turun mengguyur jalanan kota Seoul.

Haechan tengah sendirian di rumah. Meringkuk ketakutan disudut kamarnya ketika badai datang.

Sejak kecil, Haechan memang sangat takut dengan petir.

Haechan mencoba berjalan  keluar dari kamar hanya sekedar untuk mengambil minum.

Ceklek!

Tepat saat Haechan ingin meneguk air yang ada di hadapannya, seseorang baru saja masuk ke dalam rumah dengan setelan kantornya yang basah.

Lelaki itu menghampiri Haechan di kamar. Haechan sedikit memicingkan mata menatap lelaki itu yang tampak pucat dan lesu.

"Hyung sakit?" Tanya Haechan.

"Kehujanan." Setelah mengucapkan 1 kata itu, lelaki itu pergi ke kamarnya begitu saja.

Haechan hanya bisa menghela nafas pelan dan menyusul lelaki itu ke kamar.

Saat Haechan membuka pintu kamarnya, lelaki itu sudah tidur terlelap dengan setelan kantor yang masih melekat di tubuhnya. Bahkan sepatunya tak dia buka. Tetapi ada yang aneh, dia menggigil.

Haechan mendekat ke arah kakak lelaki yang dia takuti itu dan memberanikan diri menyentuh keningnya.

"Panas sekali..." Gumam Haechan pelan.

Haechan ingat, jika sebentar saja Taeyong kehujanan, maka dia akan langsung demam hari itu juga.

Ya, Taeyong.

Haechan tak tega melihat Taeyong yang tertidur seperti itu. Meski rasa bencinya perlahan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, Haechan masih memiliki hati nurani.

Haechan perlahan melepaskan sepatu Taeyong. Mencoba tak membuat suara sekecil apapun karena lelaki itu sangat sensitif meski saat tidur.

Haechan membuka Jas kantor Taeyong. Taeyong semakin tampak menggigil kedinginan. Haechan lalu pergi ke dapur untuk mengambil ember kecil berisi air hangat dan sebuah handuk.

Dia bawa ember itu ke kamarnya. Lalu Haechan duduk di sebelah kasur Taeyong dan membasahi handuk itu dengan air hangat.

Haechan lalu memeras handuk itu dan meletakkannya perlahan diatas kening Taeyong. Taeyong sedikit bergerak ketika handuk itu diletakkan. Lalu dia kembali tenang.

Haechan mengambil air putih dan meletakkannya dia atas nakas Taeyong. Haechan berniat menjaga hyung nya itu saat tertidur.

Haechan duduk di sebelah kasur Taeyong. Menatap lekat sang kakak yang sosoknya begitu dia rindukan.

Haechan dengan pelan menyingkirkan beberapa helai rambut Taeyong yang menutupi wajahnya.

Meski bukan kakak tertua, Haechan menghormati Taeyong melebihi Taeil. Kenapa? Karena Taeyong adalah idolanya sejak kecil. Namun semua itu hancur.

Sesekali dia mengganti handuk yang ada di kening Taeyong. Atau menaikkan selimut Taeyong sama ke leher lelaki itu.

Haechan benar benar menjaganya dengan sepenuh hati. Begitu khawatir akan kesehatan Taeyong saat ini. Tanpa memikirkan kanker stadium akhir yang dia derita.

Haechan tak pernah melakukan kemoterapi. Entah kenapa, bukan masalah biaya. Tentu dia bisa membayar biaya kemoterapi dengan mudah. Tetapi dia tak siap jika reaksi yang dia rasakan akan berbahaya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
From Home || NCT 127 [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now