3. They Never Believe Me

62.4K 9K 2K
                                    

Pukul 05.00 pm KST

Hujan mengguyur sepanjang daerah kota Seoul sore itu.

Haechan yang masih pingsan pun perlahan bangun karena terkena rintikan hujan.

"Aarrghhh..." Erangnya tertahan. Perut lelaki itu sakit luar biasa.

Haechan melirik Jam tangannya.
"Ya ampun! Sudah pukul 5!!!"

Haechan segera mengambil tasnya dengan susah payah. Dia mencoba sekuat tenaga untuk bangkit dan berjalan keluar seolah dengan tertatih tatih.

Sekolah sudah sepi. Bahkan hanya tinggal dirinya disini.
Hujan semakin deras saja, entah kenapa jalanan menjadi sangat sepi. Mungkin orang orang tengah berlindung entah dimana.

Haechan sudah sampai di halte, tubuhnya basah kuyup terkena hujan. Wajahnya pucat luar biasa. Tubuh ringkihnya pun tampak lemas dan penuh luka. Haechan sedang menyiapkan mental untuk mendapat hajaran lagi dari sang kakak dirumah.

Dirinya hanya bisa berdiri memtanung, sambil mencoba menetralkan sakit di perutnya.

Namun tiba tiba, seseorang dengan hoodie hitam yang sama basahnya seperti Haechan itu berlari ke arah halte. Mencoba berlindung dari derasnya hujan.

Setelah sampai di halte, lelaki itu duduk. Sepertinya belum menyadari keberadaan Haechan disana.

Dia mengibaskan sedikit rambutnya yang basah.
"Hahh, sial! Kenapa harus hujan? Padahal aku ingin pulang cepat..." Gerutunya pelan.

Lelaki itu mengedarkan pandangannya. Lantas, dia kaget melihat seseorang dengan wajah pucat bagaikan mayat berdiri di sudut halte dengan wajah tertunduk.

"Haechan?" Tanya lelaki itu.

Haechan yang merasa namanya dipanggil pun mendongakkan kepalanya pelan. Lantas menatap orang itu sedikit kaget.

"Jaehyun hyung..." Liriknya pelan. Bahkan tak terdengar.

Jaehyun kaget bukan main mendapati kondisi adiknya itu sangat memprihatinkan.

Haechan tampak lemas. Entah dia habis melakukan apa, Jaehyun pun tak tahu?

"A—ada apa denganmu?" Tanyanya mencoba se biasa mungkin.

Haechan tersenyum kecil dan kembali menunduk.
"Bukan apa apa..." Suara lelaki itu hampir habis.

Jaehyun memberanikan diri mendekat.
"Haechan?"

Tak ada jawaban. Yang didapat Jaehyun adalah tubuh Haechan ambruk seketika di depannya.
Jaehyun panik sejadi jadinya.

"Haechan?! Haechan?! Yakk, Lee Haechan! Kau kenapa?!!!!" Jaehyun  berteriak keras. Mencoba memanggil manggil Haechan, namun tak ada jawaban dari lelaki manis itu.

Jaehyun merogoh ponsel di sakunya, dan menelepon seseorang.
"Ne, Jaemin~ah. Tolong kau jemput aku di halte dekat SOPA. Aku butuh bantuanmu!!"

"........"

"Arraseo, gomawo...."

Jaehyun memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku.
"Haechan, bangunlah!!!" Dia berkali kali menepuk pelan pipi Haechan.

Tubuh Haechan begitu dingin karena hujan.
Mata Haechan perlahan terbuka. Bibirnya yang memutih itu lalu mengucapkan sesuatu.
"Gwaenchana hyung...."

"Apanya?!!! Yakk, kita akan ke rumah sakit!!!"

"Geundae, hyung—"

"Diamlah Lee Haechan!"

From Home || NCT 127 [SUDAH TERBIT]Där berättelser lever. Upptäck nu