Enam

215 36 17
                                    

Hara berdeham canggung. Kedua tangannya meremas masing-masing lututnya gugup. Bagaimana tidak, saat ia membuka mata setengah jam yang lalu, ia menemukan dirinya berada di atas kasur Rafael dengan posisi kurang mengenakkan.

"Biar kujelaska—"

"Tidak usah dijelaskan," potong Hara cepat. Ia menjilat bibirnya frustasi. "Aku ingat dan aku tahu ini salahku. Maaf."

Rafael tersenyum miring. "Tidak perlu minta maaf. Toh aku tidak keberatan jika kau mau memelukku lagi."

Hara melotot. Ia menggelengkan kepalanya cepat. "Jangan salah paham. Saat itu aku hanya sedang di bawah kendali ramuan yng dibuat pasangan gila itu!"

Rafael tergelak. Respon Hara sangat menggemaskan baginya. "Ya, aku percaya denganmu," kata Rafael dengan nada menggoda. Ia mengedipkan sebelah matanya pada Hara.

Gadis itu memutar bola matanya jengah. "Intinya, aku minta maaf dan tolong lupakan semua yang terjadi hari ini."

"Mengapa harus dilupakan?" tanya Rafael dengan tak berdosanya. Dia tidak tahu saja Hara sudah merasa sangat malu hingga berniat menenggelamkan diri di tengah lautan.

"Aku bukan lelaki seperti itu, Nona. Aku akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi hari ini."

Hara sontak berdiri. "Kita tidak melakukan apa-apa!" sentaknya panik.

Rafael mengangkat sebelah alisnya. "Bagaimana kau bisa begitu yakin? Memang kau mengingatnya?"

Hara mengangguk. "T-tentu saja," jawabnya ragu. Ia sendiri sebenarnya tidak yakin apa yang terjadi saat dirinya lepas kendali.

"Maka kau seharusnya ingat betapa agres—"

"RAFAEL!" teriak Hara dengan napas memburu. Matanya berkaca-kaca. Pipinya sangat merah. Hara menutup wajah dengan kedua tangannya.

Rafael terdiam sejenak hingga akhirnya ia berinisiatif untuk menjauhkan tangan Hara dari wajah gadis itu.

"Aku hanya bercanda. Tenanglah, hm?" Rafael mengusap kepala gadis itu.

Perlahan, napas Hara kembali normal. "Kau tidak berbohong kan?"

Rafael terkekeh. "Tentu. Tenanglah, aku tidak akan melakukan itu tanpa persetujuanmu. Aku bukan laki-laki yang suka mengambil keuntungan dari gadis mabuk."

Hara mengusap air mata yang berada di ujung matanya. "Terima kasih," gumamnya.

***

Hara berjalan menelusuri koridor dengan langkah gontai. Jantungnya nyaris berhenti berdetak saat—Ah, sudahlah, Hara tidak ingin mengingatnya kembali.

Gadis itu berbelok ke sebuah ruangan, tempat di mana seluruh kejadian dimulai. Dia berniat mengambil tas dan kembali ke kamarnya.

"Hara!" sapa Moza yang ternyata berada di sana.

Hara menatap gadis itu dengan datar. Ia mengambil tasnya dengan cepat dan berjalan keluar dari ruangan itu.

"Hara! Hara!" teriak Moza sambil mengejarnya.

"Kau marah?" tanya Moza, "maafkan aku."

"Ini semua ide Atlas! Aku hanya ikut saja."

Hara menghentikan langkahnya. Ia menatap Moza dengan kesal. "Kalian berdua benar-benar keterlaluan. Bagaimana jika ternyata Rafael adalah lelaki brengsek? Kau tidak tahu betapa bahayanya ramuan cinta itu?"

"Seteguk saja bisa membuat orang itu kehilangan kendali. Kalian benar-benar gila!" bentak Hara kesal.

Moza menunduk lesu. Ia menarik ujung baju Hara. "Maafkan aku."

Hara menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Lupakan. Jangan ulangi lagi," katanya lalu berjalan meninggalkan Moza.

Sahabat Hara itu tampaknya tidak mudah menyerah. Ia kembali mengejar Hara. "Jadi apakah kau memaafkanku?"

Hara hanya berdeham sebagai respon. Moza bersorak girang. Ia merangkul Hara dengan erat.

"Jadi, sekarang bisa kau ceritakan apa yang terjadi denganmu dan Rafael?"

Hara sontak menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke Moza dengan tatapan jengkel.

"Apa yang kau harapkan? Tidak ada!"

***

"Tidak ada?" tanya Atlas seraya memukul meja di hadapannya.

"Aku sudah membuka kesempatan untukmu dan kau tidak melakukan apa-apa?"

Rafael memijit pangkal hidungnya lelah. "Aku tidak sehina itu untuk memanfaatkan seorang gadis yang sedang tidak bisa berpikir jernih."

"Ta—"

Rafael melemparkan tatapan tajam pada Atlas. "Kuperingatkan padamu. Ini pertama dan terakhir kalinya kau melakukan itu pada Hara. Jika kau berani menyentuhnya lagi, aku benar-benar akan memisahkan kepala dari tubuhmu."

~Bersambung
.
.

Siapa yang kangen aku? /nggak ada/
Oke:)

Maaf ya jarang update. Jadi bulan lalu, aku coba melamar pekerjaan di sebuah penerbitan. Dan puji Tuhan, diterima.

Jadi sekarang lagi sibuk-sibuknya kerja di sana.

Eh boleh dong minta follownya di instagram penerbitan. @ beebookspublisher

Aku usahakan update beberapa chapter lagi sebelum pergantian tahun. Wah nggak terasa udah mau 2021 aja ya.

Mau tanya dong. Apa yang nggak bisa kamu lakukan di 2020 dan kamu harap bisa dilakukan di 2021?

Oke itu aja deh. Sampai jumpa di bab selanjutnya!

.
.
.

~Thanks, God:)

She is My MateWhere stories live. Discover now