Tiga

286 54 50
                                    

Rafael berjalan menelusuri koridor dengan percaya diri. Dirinya sadar menjadi pusat perhatian saat ini. Semua tatapan kaum hawa tertuju padanya.

"Rafael!" seru seseorang.

Rafael menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan mendapati Atlas yang mengejarnya dengan sapu sihir.

"Ingin menyombongkan kemampuan, huh?" pikir Rafael.

"Kau dicari Profesor Duke di ruangannya," kata Atlas saat berhasil mengejarnya.

"Siapa lagi Duke itu?" tanya Rafael bingung.

"Jangan memanggil namanya tanpa embel-embel profesor, bodoh!"

Rafael melotot. "Kau memanggilku apa? Bod—"

"Dia terkenal dengan kekejamannya. Sekali saja kau menyinggungnya, maka kau tidak akan bisa naik ke level selanjutnya," potong Atlas memberikan penjelasan.

Rafael berdecak. "Aku tidak peduli dengan level, aku punya tujuanku sendiri di sini."

***

Rafael masuk ke dalam ruangan Profesor Duke dengan wajah masam. Padahal dirinya berniat menempeli Hara lagi, tetapi ia malah dipanggil oleh pria tua bangka itu.

"Permisi," ujar Rafael ogah-ogahan.

"Silahkan duduk," kata Profesor Duke mempersilahkan.

"Ada apa ya, Prof?" tanya Rafael langsung.

Profesor Duke melepas kacamatanya. Ia memijat pangkal hidungnya yang sudah dipenuhi kerutan itu.

"Tentang gadis bernama Hara."

Wajah Rafael yang awalnya malas langsung berubah menjadi cerah saat mendengar nama gadisnya dipanggil. Ia mendekatkan wajahnya, mendengarkan kata perkata yang keluar dari bibir Profesor Duke dengan serius.

"Kata kepala sekolah, kau mengenalnya."

Rafael mengangguk cepat.

"Apa dia sudah punya kekasih? Aku ingin menjodohkannya dengan cucuku."

Sontak mata Rafael membulat sempurna. Ia menatap lelaki tua di hadapannya dengan tatapan tak setuju.

"Gadis itu cantik dan cukup pintar. Cocok dengan Hunter yang tampan."

Rafael langsung mencatat nama cucu Profesor Duke di otaknya. Ia akan memasukkan Hunter ke dalam daftar hitamnya.

"Setahuku, Hara bahkan sudah memiliki tiga anak," celetuknya tentu berbohong. Ia tidak akan membiarkan Hara memiliki anak selain dengannya.

Profesor Duke sontak menatap Rafael dengan terkejut. "Kau berbohong?" tanyanya.

Rafael menggeleng dengan wajah yang sangat serius. "Aku berani bersumpah atas nama Hunter."

Profesor Duke tampak percaya. "Aku tidak menyangka Hara memiliki anak dengan wajahnya yang masih muda," katanya sedikit kecewa.

Rafael berdiri dari kursinya. Ia menepuk bahu Profesor Duke beberapa kali. "Sabar ya, Prof. Cucumu pasti akan mendapat gadis yang lebih baik dari Hara."

"Tapi sayangnya tidak ada gadis yang lebih baik dari gadisku," lanjut Rafael dalam hati.

Profesor Duke kembali memakai kacamatanya. "Terima kasih, Rafael. Kau boleh pergi sekarang."

She is My Mateحيث تعيش القصص. اكتشف الآن