Sebelas

105 15 11
                                    

"Urusanmu sudah selesai?" tanya Hara.

Saat ini, dirinya sedang berada di taman belakang academy bersama Rafael. Pria itu yang mengajaknya, Hara hanya menurutinya saja.

Rafael mengangguk singkat. "Bisa dibilang begitu," ujarnya.

"Masalah serius?" Hara menaikkan alisnya saat melihat ekspresi Rafael yang tampak kusut.

Rafael menggeleng. "Tidak untuk saat ini."

"Lalu, ada apa dengan wajahmu?"

"Memangnya ada apa di wajahku? Ketampanan? Oh, ayolah, kau tidak perlu memujiku seperti itu." Rafael mengoceh sendiri. Sementara Hara memutar bola matanya malas saat mendengarkan bualan menjijikan dari bibir pria di sebelahnya.

"Simpan kepercayaan diri berlebihanmu itu, Tuan Rafael," ujar Hara sinis, "kau bertemu dengan Luna Ranya? Apa dia baik-baik saja?"

"Tidak, tapi hei ... apa yang bisa terjadi dengan perempuan sinting itu? Jika ada yang terjadi pun itu disebabkan oleh Alpha bodohmu itu."

"Mulutmu itu tidak bisa, ya, tidak berkata kasar sekali saja?" Hara menyatukan alisnya kesal.

Rafael langsung mengatupkan bibirnya. "Tidak sengaja," cicitnya.

"Sepertinya aku sedikit merindukan Redlow Pack," gumam Hara sambil menatap langit biru yang membentang luas.

Rafael tersenyum miring. "Entahlah, aku juga tidak tahu apakah kau memang merindukan Redlow Pack atau laki-laki yang berada di Redlow Pack."

Hara langsung memutar kepalanya, menatap Rafael dengan dahi yang berkerut. "Maksudmu apa?"

Rafael mengangkat bahunya. "Entah," jawabnya lalu membuang muka.

Hara mengembuskan napas kesal. "Terserah."

***

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Festival Sihir yang jarang terjadi di Choco Magic Academy, hari ini akan terlaksanakan. Hara, Rafael, beserta Moza, sudah siap di barisan lomba sayembara kelompok.

"Di mana kekasih gilamu itu?" tanya Rafael tak sabar saat Atlas tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Entahlah, aku berharap ia tidak diculik monster toilet."

Ya, ini sudah satu jam sejak Atlas meminta izin pergi ke toilet. Tak lama kemudian, Atlas muncul dengan wajah pucatnya.

"Kau kenapa?" tanya Rafael bingung.

"Kau tidak apa-apa?" timpal Moza panik. Ia berjalan mendekati Atlas dan membopongnya ke kursi terdekat.

"Sepertinya aku salah makan tadi pagi," lirih Atlas, tampaknya bahkan untuk berbicara saja, ia sudah tidak mampu.

"Aku kan sudah bilang, warna makanan sarapan tadi tampak kurang meyakinkan. Dasar kau saja rakus!" omel Rafael.

"Lalu, ini bagaimana? Sayembara kelompok akan dimulai lima menit lagi," ujar Hara sambil melirik panitia sayembara kelompok yang mulai memanggil nama-nama kelompok yang mengikuti lomba.

"Aku akan menjaga Atlas. Kau dan Rafael saja yang ikut lomba," ujar Hara.

"Hah?" pekik Hara terkejut, "Kau gila? Lagipula ini sayembara kelompok. Minimal 4 orang untuk dapat mengikuti lomba ini."

"Biar aku dan temanku menggantikan mereka."

Suara itu datang dari arah belakang Rafael. Laki-laki itu melotot saat melihat pria bernama Hunter yang hendak dijodohkan Profesor Duke pada Hara. Di sebelahnya, ada laki-laki pirang dengan wajah menyebalkan. Sial, Rafael membenci keduanya. Tetapi, sebenarnya, kapan juga dia tidak pernah membenci seseorang? Terkecuali Hara, dia spesial.

"Tidak!" tolak Rafael cepat dan tegas. Kedua bola matanya semakin melotot.

"Masukkan kembali matamu," tegur Hara dengan sedikit membisik.

Rafael mendengus, lalu menurutinya.

"Lagipula, kalian tidak akan bisa mengikuti lomba jika kekurangan orang bukan? Biarkan kami masuk ke dalam kelompokmu."

Hara menghela napas. Tiba-tiba nama kelompoknya disebut. Hara melirik Hunter dan Rafael bergantian, hingga akhirnya mengangguk dengan pasrah.

Rafael tampak akan protes, buru-buru Hara menyelanya, "Tidak menerima komplain!"

Rafael berdecak sebal. Ia menatap Hunter yang tersenyum penuh kemenangan.

"Kalau begitu, jaga Atlas baik-baik, ya," ujar Hara, lalu menarik Rafael mendekati panitia kelompok sebelum pria itu memukul Hunter.

"Saya akan menjelaskan peraturan dari sayembara ini. Setiap kelompok akan masuk ke hutan barat dan mencari tanaman Geora. Aku yakin kalian semua mengetahuinya, tanaman ini susah dicari. Kelompok yang menemukannya, bisa segera kembali ke tempat ini. Kelompok yang menemukan dan kembali pertama, ia pemenangnya," jelas seorang pria dengan kacamata bulat di kedua matanya.

"Aku tahu ini adalah sayembara, tetapi tetap jaga keselamatan masing-masing. Kita semua tahu, hutan barat adalah hutan liar. Jika kau ada keadaan darurat, segera kirimkan telepati ke kantor pengaduan. Ada pertanyaan?"

Semua tampak diam. Pria berkacamata itu mengangguk puas.

"Semuanya siap? Sayembara dimulai dari tiga, dua, satu!"

Hara, Rafael, Hunter, dan teman Hunter yang bernama Kiko, memasuki hutan barat. Rafael terus menjaga dan menarik Hara di dekatnya. Bukan tanpa sebab. Pertama, karena ia mencium aroma busuk dari Hunter. Jelas sekali, pria itu ingin mendekati gadisnya. Kedua, seperti yang dikatakan pria kacamata bulat itu, hutan barat adalah hutan liar. Tidak ada yang tahu apa yang akan mereka temui di depan sana. Bisa saja bukan tanaman Geora, melainkan vampire yang gila darah.

Saat Hara hendak berjalan menjauhinya, Rafael buru-buru menariknya untuk kembali ke sisinya.

"Tetap di sampingku, maka kau akan aman."

~Bersambung
.
.

Bab selanjutnya mau diupdate kapan? Komen yaa~

...
...

~Thanks, God:)

She is My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang