29. cemburu menyulut api

3.5K 250 16
                                    

    tring...

  notifikasi yang berasal dari ponselnya, membuat reina terperanjat dalam tidur-tidur ayam yang ia lakukan. tangan kanannya bahkan dengan cepat menyambar ponselnya yang tergeletak sejak tadi di bawah bantal. sebelum menyalakan layarnya, bahkan reina menyempatkan diri untuk berdoa, dengan harapan rafkha yang mengiriminya pesan singkat, memang sejak siang tadi, baik rafkha maupun reina tidak lagi bertemu, apalagi mengirim pesan, bahkan reina mendadak kalut, kalau-kalau gara-gara tamparannya, rafkha meminta mengakhiri hubungan ini.

     semula senyum yang ia ulas, sebagai bentuk pikiran positifnya, namun ketika kenyataan mendatanginya, reina jadi kesal sendiri, ketika pesan masuk itu berasal dari nomor tidak dikenal yang menawarkan pinjaman online. tak ayal, setelahnya reina jadi perang batin, memikirkan kemungkinan yang membuat rafkha malas menghubunginya, mungkin saja pria itu kini sedang di hiburan malam, mencari pelampiasan. biasanyakan begitu dengan pria yang tidak tersalurkan hasratnya. apalagi cap playboy, blum sepenuhnya hilang dari masalalu pria itu, reina cukup tau diri, kalau-kalau pria itu memilih menggandeng wanita baru.

   belum usai lamunannya, ketika ia harus bangkit menemui seseorang yang tiba-tiba mengetuk pintu flatnya , di jam yang sudah menunjuk pukul sebelas malam.

    ''rein.. gue boleh masuk enggak ?.'' sosok mimi muncul diambang pintu reina.

    ''ya.'' jawab reina dengan nada datar. jangan lupakan kalau dia masih jengkel dengan kebodohan mimi tadi siang.

    beda dari hari sebelum-sebelumnya, yang mana reina akan merespon kedatangan mimi dengan senang hati, malam ini reina malah berdiam diri, dan enggan berlama-lama satu ruangan dengan perempuan itu. mimi yang menyadari hal itu,memilih mendekati reina, duduk persis disebelah gadis itu. tangannya bahkan menggenggam punggung tangan reina.

     ''rein.. soal tadi siang , gue minta maaf, gue juga enggak ngerti kenapa tiba-tiba gue mau ditidurin sama itu brengsek, gue bahkan baru sadar ketika gue bangun paginya dalam keadaan naked.'' terang mimi berusaha menjelaskan dengan bahasa jujurnya.

     ''lo dijebak?.''

      ''haruskah gue bilang kalau gue dijebak, sedangkan malam itu gue juga ikut menikmati.''

       ''lo tau enggak, kenapa gue marah?, itu semua karena gue sayang sama lo mi, gue sahabat lo, dan masalah sebesar ini, harusnya enggak lo remehin, lo bisa hamil kapan aja.'' ucap reina lengkap dengan nada khawatirnya.

     ''lo tenang aja, malam itu dia pakai pengaman, dan gue jamin gak ada janin diperut gue.''

    ''terus karena resiko kehamilan itu enggak ada, lo pikir lo enggak berdosa?.'' geram reinayang tak bisa menahan kesalnya pada sikap santai mimi, yang terlalu menganggap ringan masalahnya.

     mimi mengangkat bahunya acuh ''terserah, dosa gue juga  udah menggunung, jalanin aja apa yang gue punya sekarang.''

    ''emang lo pikir dineraka kayak di disneyland, seenggaknya kan lo tobat abis ngelakuin dosa besar, bukan malah berencana nambah dosa!.'' seru reina sedikit gemas.

    mimi tidak lagi merespon, perempuan itu memilih melenggang memasuki kamar reina seenak hatinya, dasar tamu tidak tau malu, salah memang jika ada perkataan 'jangan malu-malu, anggap aja rumah sendiri.' karena lama-kelamaan ya seperti itu, kurang ajar, rumah orang serasa rumah sendiri.

    '' gue tidur duluan ya rein.'' ucap mimi, dan makin membuat emosinya meletup-letup.

    ''enggak ada tidur disini, pulang sono ke habitat lo, gue enggak mau tidur sama lo.'' tolak reina setengah mengusir, dan membangunkan dengan paksa tubuh mimi yang sedang bergelung nyaman di selimutnya.

 Saranghae BosWo Geschichten leben. Entdecke jetzt