Julia! Lim!

316 57 1
                                    

Aku menyiagakan kuda-kudaku, namun bukan untuk mengindari pistolnya, melainkan karena aku mendengar ada suara beberapa langkah kaki terseok yang tengah menuruni tangga.

"GRAAARRRR"

"HUH! GOD DAMMIT!!! UHUK..."

Staf gendut itu menjengit kaget mendengar suara itu, suara auman yang terus menghantuinya selama ini, suara yang terus berusaha disangkal dalam logikanya, suara yang tidak mau ia percayai meski telah disaksikannya sendiri.

"CLOSE THE DOOR KID!!! CLOSE THE FUCKING DOOR!!!" (TUTUP PINTUNYA BOCAH!! TUTUP PINTUNYA!!)

Ia berusaha bangkit namun tidak bisa, pukulan yang aku layangkan padanya cukup untuk melumpuhkan otot-otot berlemaknya itu. Aku tetap diam, aku tidak mengubris ucapannya itu. Hingga ketika suara itu semakin mendekat, staf gendut itu akhirnya melepaskan bidikannya dariku kemudian berganti membidik kearah pintu. Sepertinya ia akan menembak Pretni yang muncul, aku melihat tangannya bergemetar takut.

Saat itu juga aku langsung menendang tangannya dan membuat pistol itu jatuh kelantai. Dengan cepat aku mengambil pistol itu, dan berlari bersembunyi dibalik tembok dekat pintu agar tidak terlihat oleh pretni-pretni yang akan datang itu. Dan benar dugaanku, yang pertama mereka lihat adalah staf gendut yang tengah terkapar itu. Dengan begitu buas, mereka langsung menyambar dan mulai mencabik-cabik lemak-lemak dibadannya .

"GAAAHHHHHHHHH YOU BASTARD KIDDD!!! GAAAAAHHHHHHHH!!!!" jerit staf gemuk itu.

Satu, dua, tiga Pretni sudah masuk kedalam kamar, mereka tidak menyadari kehadiranku yang bersembunyi dibalik tembok. Memanfaatkan hal itu, aku segera menyelinap mengambil kunci kamarku yang tergantung di pintu, kemudian keluar dan mengunci mereka semua dari luar. Aku menghela nafas panjang, hampir saja aku mati. Dari luar aku masih bisa mendengar jeritan staf itu dan suara tulang-tulang yang dipatahkan. Namun aku tidak perduli, ia pantas mendapatkan semua itu.

.......

Aku kembali melanjutkan perjalananku, kini aku memiliki pistol. Jujur aku tidak pernah menggunakan pistol, tetapi benda ini akan berguna, mungkin Lim bisa menggunakannya. Aku menaiki tangga dan berbelok ke kanan kearah Generator-Compressor Platform.

Namun sebelumnya aku menyempatkan diri berhenti melirik kearah dermaga Living Platform, melihat apakah ada kapal yang bisa digunakan. Bila ada kapal yang bisa digunakan, maka rencanaku adalah membawa kapal itu bersama Lim dan Julia, memutar terlebih dahulu ke dermaga Production Platform untuk menjemput Gagan dan laki-laki Arab itu, baru kemudian kami akan menuju kapal kilang minyak miliknya. Tetapi bila tidak ada kapal yang bisa digunakan, maka aku akan mengajak Lim dan Julia langsung menuju ke *Production Platform, sempurna...*Semua kemungkinan sudah kuperhitungkan. Aku yakin... kami semua akan selamat.

Aku kembali berjalan menembus kegelapan. Di lantai Living Platform aku melihat senterku tergeletak. Aku sempat mengambil dan mencoba menyalakan lampunya, namun tidak bisa. Jelas saja senter itu pasti rusak karena kugunakan untuk menghajar Pretni tadi berkali-kali. Sial, lagi-lagi aku harus berselimut dengan kegelapan.

Aku mempercepat langkah dengan tetap menyiagakan indraku. Aku melirik ke kanan dan kekiri, tidak ada siapa-siapa, apakah tidak orang lain yang selamat? Sebenarnya aku ingin sekali menjelajah Living Platform ini, membuka semua kamar satu persatu, berharap ada seseorang yang selamat. Tetapi aku sudah berjanji pada Lim, mungkin nanti saja setelah menjemput Lim dan Julia.

Ngomong-ngomong... Sudah berapa lama waktu berlalu? Kurasa sudah lebih dari satu jam berlalu sejak aku meninggalkan Well-head. Kemudian aku berlari, kuharap Lim dan Julia baik-baik saja...

Iblis Kaki TerbalikWhere stories live. Discover now