Kembali lagi

336 38 41
                                    

Maaf jika gue pernah ngasih janji tapi gue sendiri yang ingkari. Jika lo lupa, gue juga masih manusia. Lo kira gue malaikat?

-Devani Puspita Jayachandra-

Seperti dimalam-malam sebelumnya, kali ini Vani bermimpi berisi sepotong kisah dimasa lalunya, lagi. Tentang dirinya, yang telah menjadi teman dekatnya Anton.

Saat itu Vani sedang duduk di sebuah bangku taman, yang sering Vani dan Anton kunjungi. Setiba ditaman itu, Anton masih saja diam, tak membuka suaranya sedikitpun. Vani yang merasa janggal hanya bisa menunggu. Menunggu Anton untuk bicara terlebih dahulu.

Sudah sekian kalinya Anton menghela napasnya dengan berat. Seperti beban hidupnya semakin bertambah. Setelah ditinggal pergi orang tuanya, dipisahkan dari adik kandungnya, dan kini masalah apa lagi yang melanda dirinya?

"Dia pergi," lirih Anton dilanjutkan dengan mendongakkan kepalanya ke atas.

"Dia? Dia siapa?" tanya Vani lembut tapi juga bingung. Sungguh, Vani merasakan sesuatu yang meresahkan hatinya.

Anton menundukkan kepalanya kembali, "Nenek, nenek gue meninggal." suara Anton terdengar seperti perpaduan dari bergetar, tercekat, dan putus asa.

Vani terkejut, kedua bola matanya membola dengan sempurna. Napasnya juga tercekat. Sungguh, ini berita sangat mengguncangkan hatinya.

"Ka-kapan?"

"Minggu lalu. Saat lo demam tinggi," jawab lirih Anton.

Ingatan Vani kembali di satu minggu yang lalu. Saat itu Vani sedang demam tinggi, full satu minggu penuh. Bahkan dirinya tak bisa keluar dari kamar. Saat itu Vani hanya bisa mengabari Anton lewat WhatsApp saja.

Kedua sudut mata Anton berair. Dengan pelan, Vani menarik tubuh tegar Anton yang saat itu terlihat sedang rapuh. Menarik ke dalam dekapan hangatnya.

"Maaf. Gue nggak ada disamping lo, saat lo sedih. Padahal gue udah dipercaya sama nenek lo," ujar Vani lirih sembari menepuk punggung Anton.

Anton diam, meresapi rasa hangat yang diberikan oleh Vani. Memeluk balik tubuh kecil Vani, sehingga pelukan itu semakin erat.

Vani tahu, dia hanya diam dan selalu di sampingnya Anton saja, itu sudah cukup menghibur. Tak perlu mengeluarkan beberapa rangkaian kalimat untuk menghibur Anton. Tiba-tiba terdengar suara tangisan tersedu-sedu dari kepala yang bertengger dipundak kirinya Vani.

"Nangis sekarang. Dengan begitu, lo bakal kuat nantinya. Menangislah, jangan lo pendam. Cowok juga butuh menangis agar terlihat seperti manusia," Vani berkata dengan tangan yang masih mengelus punggungnya Anton.

"Gue rasa, gue nggak diharapkan lagi didunia ini. Orang tua gue meninggal, nenek gue juga ikut ninggalin gue. Bahkan adik kandung gue, dibawa pergi ninggalin gue sendiri. Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi," Anton mengeluarkan keluh kesahnya, masih dengan menangis tersedu-sedu dan mendekap erat tubuh Vani.

"Lo masih diharapkan didunia ini. Lo masih punya gue. Gue bakal tetap ada disamping lo. Pegang janji gue," ucap Vani menenangkan.

Anton melepaskan dekapannya, menunduk guna melihat wajah cantiknya Vani. Menatap dengan raut yang sedikt tak percaya. Vani yang mengerti arti tatapan dari Anton, segera memegang kedua tangannya Anton dengan erat.

"Gue janji Anton," ucap Vani menenangkan. Dengan perlahan Vani menghapus jejak air mata Anton dengan kedua ibu jarinya. "Jika lo mau, lo bisa jadi kakak gue. Berhubung gue juga anak tunggal. Udah lama banget, gue pengen punya kakak cowok. Dan juga, kebutuhan lo biar orang tua gue yang tanggung"

I Love You My Pawang [REVISI]Where stories live. Discover now