Tak Pernah Senyaman Ini

344 44 42
                                    

Nyama? Nyaman aja nggak cukup.

-Devani Puspita Jayachandra-

Vani sedang tidur sehabis pulang sekolah. Tidurnya cukup tenang, hingga tak lama kemudian ketenangannya terganggu oleh memori masa lalunya yang datang saling berlomba. Seperti sedang memutarkan sebuah film yang diputar silih berganti. Hingga sepotong memorinya memperlihatkan sebuah peristiwa di sebuah kelas.

"Vani, hari ini jadikan ke rumah gue?" tanya Anton.

Vani masih membereskan alat tulisnya yang bertebaran diatas mejanya, "Ngapain?"

"Ya ketemu sama nenek gue lah. Kan lo udah janji kemarin," balas Anton.

"Okey."

Setelah selesai beberes, Vani dan Anton pergi keluar menuju parkiran sekolah. Setelah itu, motor yang dikendarai oleh Vani dan Anton melesat pergi meninggalkan area sekolah.

Ditengah perjalanan tak ada yang mau membuka topik pembicaraan. Anton fokus menyetir, sedangkan Vani tak berminat mengganggu konsentrasinya Anton. Hingga tiga empat menit berlalu, akhirnya Vani dan Anton sampai di sebuah rumah yang cukup sederhana, meskipun tidak sebesar rumahnya Vani.

"Rumah lo sepi amat. Ortu lo kemana?" tanya Vani yang tak bisa membendung rasa penasarannya.

"Nanti gue ceritain. Sekarang ketemu sama nenek gue dulu, ya?" Anton membalas sembari tersenyum hangat.

Vani tak bisa menolak. Hingga akhirnya mereka berdua sampailah di ruang keluarga. Anton meninggalkan Vani duduk sendirian. Hingga tak lama kemudian Anton kembali bersama seorang wanita yang sudah tua.

"Ini Nek, yang aku ceritain tadi malam," ujar Anton sembari memapah neneknya untuk duduk disamping Vani. Buru-buru Vani menghampiri si nenek, kemudian mengecup punggung tangannya.

"Saya Vani Nek. Temannya Anton."

Si nenek terkekeh, kemudian tersenyum hangat kepada Vani. "Saya Ayudia. Panggil saya nek Ayu. Kalian beneran cuma teman?" tanya nenek menggoda Anton.

Anton shock seketika. Buru-buru Anton menyela, agar neneknya tidak bertanya semakin jauh.

"Nenek nih apa-apaan. Beneran, aku sama Vani cuma teman,"

"Tapi kamu tidak pernah bawa teman cewekmu lho, kesini." Neneknya ternyata masih gencar untuk menggoda Anton. Sedangkan Vani hanya diam saja.

"Aish, nenek nih. Nggak seru. Oh iya Van, mau minum apa?"

"Em, yang nggak ribet. Air putih aja," balas Vani

"Okey. Sebentar ya. Nenek tolong temenin Vani ya," pinta Anton kepada neneknya.

"Pastinya. Sudah sana ambilkan minum, sekalian sama snacknya," balas si nenek sembari mengibas-ibaskan tangannya, bermaksud mengusir Anton.

Anton memutar bola matanya malas, "Iya , iya."

Setelah Anton menghilang, si nenek kembali lagi melihat ke arah Vani. Tersenyum sangat manis, kemudian menggenggam tangan mungilnya Vani.

"Nenek tahu, Vani anak yang baik. Nenek minta tolong sama Vani, temani Anton ya. Selama ini Anton merasa kesepian," kata nenek.

"Memangnya Anton kenapa nek?" tanya Vani yang masih belum paham dengan jalur pembicaraan si nenek.

"Sejak kecil, Anton ditinggal pergi sama orang tuanya. Makanya dia sering kesepian. Sebenarnya dia mempunyai saudara kandung. Hanya saja, mereka tak pernah bertemu."

I Love You My Pawang [REVISI]Where stories live. Discover now