3. They Never Believe Me

Start from the beginning
                                    

Jaehyun dengan teliti dan hati hati memeriksa kondisi Haechan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jaehyun dengan teliti dan hati hati memeriksa kondisi Haechan.
Sedangkan Haechan hanya pasrah saja. Badannya terlalu sulit untuk digerakkan.

Asisten dokter Jaehyun, yaitu Jaemin juga ikut membantu lelaki itu.

"Bagaimana hyung?" Tanya Jaemin.

"Haechan~ah. Jujur, kau berkelahi lagi?" Tanya Jaehyun datar.

Benar, kan?

Haechan pikir Jaehyun mempercayainya dan mengkhawatirkan Haechan. Tapi ternyata salah. Jaehyun sama seperti Taeyong, tak pernah percaya padanya.

"Lee Haechan. Jawab aku!" Ucap Jaehyun sekali lagi.

Haechan hanya diam. Dia ingin berteriak bahwa dia tak berkelahi! Tapi entah kenapa mulutnya terlalu kelu untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Aku akan mengadukanmu pada Taeyong..." Ucap Jaehyun singkat lalu keluar dari ruangan itu diikuti Jaemin.

Haechan hanya bisa menghela nafas, lalu turun dari bangsal rumah sakit dengan perlahan. Dan meninggalkan rumah sakit tempat Jaehyun berkerja dengan langkah yang tertatih tatih.

Pukul 08.00 pm KST.

Haechan membuka pintu rumahnya. Pemandangan biasa yang dia dapatkan setiap hari. Dimana para Hyung nya sedang makan bersama dengan penuh canda tawa.

Tanpa dirinya.

Haechan melangkah pelan. Berniat masuk ke kamarnya, namun suara interupsi Taeil membuat langkahnya terhenti.

"Untuk apa kau kemari, Lee Haechan? Kau tidak berkelahi?" Tanya Taeil dengan nada remeh.

Taeyong juga ikut menatap tajam Haechan. Lalu memutar bola matanya malas.
"Aku sedang tidak mood untuk menghajar mulai malam ini. Jadi tidak ada makanan untukmu." Ucapnya santai sambil melanjutkan makannya.

Sementara Jaehyun?

Dia bersikap biasa saja seolah tak ada yang terjadi tadi sore.

Haechan memilih melanjutkan langkah menuju kamarnya. Dia memilih mandi dan membersihkan diri.

Bagus sekali. Dari kemarin malam dia tak makan. Haechan tak masalah dengan itu, dia juga sudah tak lagi berselera makan karena perutnya sangat sakit.

Setelah membersihkan diri, Haechan memilih belajar. Matanya sudah memeraj dan perih, tapi dia ingat bahwa ada beberapa tugas yang belum dikerjakannya.

Haechan mengabaikan sejenak tubuhnya yang tidak bisa diajak kompromi itu deni mengerjakan tugas.

Perutnya semakin sakit saja. Mungkin karena dia tak makan, tapi biarlah..
Haechan juga tak berani membantah Taeyong. Masih syukur dia bisa tinggal satu atap dengan mereka.

Taeyong masuk ke kamar. Matanya menangkap sosok Haechan yang sedang serius belajar. Taeyong memilih mengabaikan anak itu dan berniat memeriksa pekerjaannya.

Tapi lama lama matanya lelah dan dia mengantuk. Taeyong lalu melirik Haechan sejenak. Lalu dia tidur.

Sudah tengah malam. Pasti semua Hyung nya sudah tidur. Tiba tiba Haechan mengerang pelan. Perutnya sakit luar biasa.

"Aku lapar sekali..." Desis nya.

Haechan mencoba bangkit perlahan, namun seperti sengatan listrik, rasa sakit itu kian menjadi membuatnya merosot ke lantai. Kursi sedikit berdenyit menimbulkan suara.

Haechan menggigit bibirnya kuat kuat. Tidak, jangan sampai Taeyong bangun. Hal itu tak boleh terjadi. Taeyong adalah orang yang sangat sensitif jika menyangkut tidurnya. Suara sekecil apapun bisa membuatnya terbangun meski lelaki itu tidur begitu lelap.

Haechan menetralkan nafasnya. Lalu perlahan, dia bangkit kembali. Perutnya sangat sakit. Bahkan Haechan tak sadar jika airmatanya keluar.

Haechan perlahan melangkah meninggalkan kamar. Dan menutup pintu setelah mungkin agar tak menimbulkan suara.

Sementara itu, dia dalam kamar tampak Taeyong masih tertegun dengan apa yang dilihatnya tadi.

Haechan tampak menahan sakit, bahkan dia sampai menangis.
"Apa yang terjadi dengan anak itu?" Gumamnya pelan.

Haechan melangkah ke dapur. Persetan dengan siapapun yang akan menghajarnya, dia tetap harus mengisi perutnya.

Keadaan dapur begitu gelap. Karena semua penghuni rumah sudah tidur di kamarnya.

Haechan kembali tersentak saat rasa sakit itu muncul lagi. Bahkan punggungnya sampai membentur meja makan.

"Ahhhh... Hiks, kenapa sakit sekali?" Bisiknya pelan sambil menangis.

Haechan mencoba bangkit dan berpegangan pada meja makan. Lelaki itu mencoba untuk mengambil roti.

Keadaan begitu gelap, tapi beruntung Haechan berhasil mendapatkan rotinya.

Dia segera melahap roti itu. Benar saja, dia sangat lapar.

Namun tiba tiba lampu menyala. Membuat Haechan tersentak dan hampir tersedak roti.

Tampaklah Taeil yang menatapnya dengan ekspresi kaget.
Haechan menunduk takut. Diabtertangkap basah melanggar hukuman Taeyong.

"Mian Hyung. Aku sangat lapar, tolong jangan adukan aku pada Taeyong hyung..." Lirih Haechan takut.

Taeil tersadar dari lamunannya. Dia segera mengambil gelas dan mengisinya dengan air, sementara Haechan masih diam di tempat.

"Cepat kembali ke kamarmu..." Ucap Taeil lalu meninggalkan Haechan.

Haechan bersyukur karena Taeil tak memarahinya. Dia lalu melanjutkan makannya dengan perlahan.

Sementara Taeil kembali ke kamarnya dengan wajah melamun. Kebetulan Yuta yang satu kamar dengan Taeil baru saja keluar dari kamar mandi.

"Eoh, hyung... Ada apa?" Tanya Yuta bingung.

"Aku tidak tahu..."

"Eoh?"

"Tadi aku ingin mengambil air di dapur. Lalu aku melihat seseorang sedang berjalan dengan sempoyongan di dapur. Dia terjatuh dan punggungnya menabrak meja makan. Dia menahan tangisnya. Lalu aku menghidupkan lampu dan ternyata orang itu adalah Haechan. Sepertinya anak itu kelaparan dan mencoba mengambil roti di meja." Ucap Taeil.

"Lalu? Apa yang istimewa?" Tanya Yuta acuh. Jika ini menyangkut Haechan, maka dia malas meladeni nya.

"Sudahlah, jangan dibahas..." Taeil segera meminum air yang harus saja dia bawa dan kembali tidur.

_________

Udah jam 23.14 disini, tapi mata author masih melek, jadi.. Ya... Begitulah!

Voment juseyo👌

Lop u all💚💚💚

From Home || NCT 127 [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now