"Yaudah bunda urusan aja kerjaan bunda, biar devina dianter feby aja ke kampus".

"Kok kamu gitu sih dev".

"Gitu gimana bun? Yaudah yuk feb anter gue sekarang". Feby pun mendoring kursi roda devina dan berjalan meninggalkan friska yang masih mematung disana.

Mereka berdua memesan taxi dan segera menuju kampus. Padahal kondisi devina belum cukup membaik untuk melakukan aktivitas. Dia masih membutuhkan istirahat agar staminanya kembali pulih.

Sesampainya di kampus, devina mencari - cari keberadaan angga dan rio. Dia masih mengenakan baju tidur berwarna biru donker dan rambut yang diurai acak -  acakan.

"Dev, lo yakin mau masuk kampus pake pakaian kek gini. Gue yang malu lu dilihatin orang kek gini njir". Bisik feby yang sedari tadi melihat orang - orang yang memperhatikan mereka.

"Bodoamat. Lu telfon rio deh. Dimana tu orang. Jangan bilang gue sama elu. Bilangnya gue udah pulang. Dan lo nyusul dia kesini". Ujar devina sambil berjalan bersama feby menuju ke kelasnya.

"Ga diangkat dev".

"Coba terus sampe diangkat".

Sesampainya di depan kelas devina, dia bertemu arsatya yang kebetulan papasan disana.

"Loh, dev. Lo... kok.". Ujar arsatya terkejut melihat devina dengan kondisi seperti itu.

"Kak ian mana?". Tanya devina tanpa basa - basi.

"Eh, dev lo ngapain kesini. Emang udah sembuh?". Tanya wikan yang baru saja keluar dari kelasnya.

"Tau bang angga sama rio gak kesini?".

"Oh iya tadi dia nanya ke gue kelasnya andrian dimana".

Tanpa basa - basi devina pun segera berjalan menuju ke kelasnya andrian. Sesampainya disana devina tak melihat keberadaan andrian maupun angga dan rio.

"Eh, devina. Lo...". Ujar irisa terkejut melihat devina berpenampilan seperti itu.

"Ngapain lo. Tunangan lo mana?". Ujar devina dengan ketus.

"Kok lo gitu sih dev.. gue..".

"Gak usah basa - basi. Mana si andrian!".

"Dev, lo sabar dulu napa. Kasihan anak orang lo bentak - bentak". Ujar feby dengan suara lirih.

"Dev, dev. Mending sekarang gue anter lo pulang yuk". Rayu arsatya yang tidak tega melihat kondisi devina saat ini.

"Lo gak usah ikut campur napa sih kak!".
Baru kali ini arsatya dan wikan melihat devina benar - benar tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik.

"Eh, bryan lo mau kemana?". Arsatya menarik tangan bryan yang terlihat buru - buru sekali.

"Andrian mau gelud bro. Loh... devina. Lo ngapain kesini". Bryan pun terkejut melihat devina disana.

"Andrian mau berantem sama bang angga? Iya? Dimana dia sekarang. Jawab!!"

Semua yang ada disana hening. Tak ada yang melontarkan sepatah kata pun melihat devina yang nampak sangat emosi.

"Kok pada diem. Kak bryan jawab dimana bang angga sekarang!!".

"Ikut gue sekarang". Bryan pun pasrah dan akhirnya merekapun mengikuti bryan dari belakang.

Sesampainya di rooftop kampus ternyata mereka sudah babak belur dan ada marsel, arsen, william juga iskak yang melerai mereka namun angga masih tetap memukuli andrian seperti orang kesetanan.

"Bang angga cukup!!!!". Teriak devina membuat mereka menoleh ke sumber suara dan angga pun berhenti memukuli andrian yang sudah tak berdaya dan tergeletak disana.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now