Part 3

1.6K 226 17
                                    

Jisoo terlihat bersandar di pintu mobilnya. Sesekali ia melirik jam di pergelangan tangannya. Menatap sekeliling halaman kampus yang cukup luas, berharap melihat seseorang yang sedari tadi ia tunggu.

'Joy juga kuliah disana Kak. Kurasa dia seangkatan dengan Lisa, hanya beda jurusan.'

Semalam Wendy memberitahu perihal Joy yang melanjutkan pendidikannya di Korea. Ia tentu terkejut, mengapa Wendy tidak memberitahunya dari awal.

Setelah tadi dirinya mengantar Lisa, ia tidak langsung pulang. Mengingat hari ini jadwal kuliahnya sedang kosong, Jisoo memutuskan untuk menunggu Joy. Tentu setelah Lisa benar-benar masuk. Sebelumnya Jisoo sudah mengirim pesan pada Joy. Putri ketiga Kim itu bilang jika kelasnya akan selesai pukul 09:00 KST.

Dari kejauhan, Jisoo sudah menebak jika gadis yang sedang melambaikan tangan ke arahnya adalah gadis yang sedari tadi ia tunggu. Jisoo tersenyum melihat Joy yang sedikit berlari menghampirinya.

"Kak." ucap Joy langsung menubruk tubuh Jisoo. Sudah lama mereka tak bertemu. Dan Jisoo baru tahu jika Joy sudah enam bulan tinggal di Korea.

"Mengapa tidak memberitahuku jika kau kuliah di sini?" tanya Jisoo seraya melepas lebih dulu pelukannya.

Joy hanya nyengir menampilkan deretan gigi putihnya.

"Tadinya aku akan memberitahumu jika sudah lulus. Ternyata kak Wendy tidak bisa di ajak kompromi."

Jisoo membulatkan matanya.
"Kau ini, jadi kau berniat memberitahuku tiga sampai empat tahun lagi?"

Joy sedikit menjauh saat gadis yang sudah ia anggap seperti kakaknya itu akan menyentil keningnya. Ia rasa sentilan Jisoo akan lebih sakit dari Wendy.

"Jadi mengapa memilih kedokteran?"

Saat ini keduanya sedang duduk di Toserba tak jauh dari kampus Joy. Jisoo terdiam mendengar pertanyaan Joy. Apa harus ia mengatakan jika alasannya adalah...

"Aku... ingin sesuatu yang lebih menantang."

Joy mengernyitkan keningnya.

"Jika seperti itu mengapa kau tidak sekolah tentara saja."

Jisoo mendelik. Joy tak beda jauh dengan adik Jisoo yang lain, sering membuatnya kesal. Ah dirinya jadi rindu kedekatannya dengan Jennie, Chaeyoung dan Lisa. Meski mereka sudah terlihat berbaikan, tapi tetap saja ada sedikit rasa canggung. Bahkan dengan Jennie, mereka masih saling diam.

"Lalu kau sendiri?"

Joy menghentikan kegiatannya menikmati satu cup coklat hangat. Menatap pemandangan luar melalui jendela kaca.

"Aku suka melukis. Yeri... ingin melihatku jadi seniman hebat."

Tentu saja Joy berada di tempat itu demi permintaan adiknya. Tak ada yang Joy inginkan selain membuat adiknya bangga padanya. Ia tidak ingin mengecewakan Yeri.

Rasanya sungguh berat saat dirinya mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Sudah pasti ia akan jauh dari keluarganya. Namun mengingat bagaimana antusiasnya Yeri saat ia berkata ingin menjadi pelukis profesional yang di kenal dunia. Saat itu Yeri sangat berharap impian sang Kakak terwujud.

'Tak beda jauh denganku.'
Batin Jisoo.

Jisoo menggenggam tangan Joy yang terbebas di atas meja.
"Kau tau, berlarut dalam kesedihan tidak akan menyelesaikan masalah. Masa depanmu masih panjang, kau juga perlu memikirkan itu. Dan Yeri, dia pasti sangat bangga padamu."

Joy menatap Jisoo, kemudian tersenyum. Dulu mereka begitu canggung untuk sekedar mengobrol berdua. Tapi sekarang keduanya terlihat sangat dekat.

"Seulgi? Apakah dia baik-baik saja?"

PROMISE 2Where stories live. Discover now