Part 2

1.8K 215 23
                                    

Seorang gadis terlihat beberapa kali mengusap kedua lengannya. Salju mungkin hal yang baru baginya. Mengingat di negaranya tak ada musim salju.

"Dingin sekali." gumam gadis itu.

"Sooyoung!"

Gadis itu menoleh, menatap seorang gadis yang tak lain adalah teman satu kampusnya.

"Sudah berapa kali ku bilang, panggil aku Joy." ucap gadis yang tak lain adalah Joy dengan kesal. Sedangkan temannya itu hanya tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Jadi, ada apa kau memanggilku Jung Yerin?"

Kedua gadis itu kini sedang berada di halte depan kampus mereka.

"Kau belum terbiasa, pakailah." ucap Yerin seraya memakaikan mantel untuk sahabat barunya itu.

Joy sedikit terkejut. Tapi detik berikutnya ia tersenyum. Dari awal mereka berkenalan, Yerin sangat baik padanya.

"Kau tidak lihat aku sudah memakai pakaian hangat?"

Yerin menatap Joy sejenak.
"Tapi kau masih kedinginan. Kau orang baru Kim Sooyoung, di negaramu tidak ada salju."

"Heyy, meski begitu bukan berarti aku tak pernah melihat salju."

Yerin tidak menggubris. Sahabatnya itu memang mudah sekali tersinggung.

Jung Yerin sudah lama tinggal dan menetap di Korea. Meski begitu dirinya dulu lahir di Indonesia. Orang tuanya memutuskan untuk pindah saat gadis itu duduk di bangku sekolah dasar.

Joy dan Yerin berteman sejak awal mereka memasuki bangku kuliah. Joy tidak banyak bergaul dengan teman-teman satu kampusnya yang lain. Hanya Yerin yang terlihat dekat dengannya.

"Bagaimana jika aku menraktirmu ramyeon?" ajak Joy yang tentu langsung di angguki dengan semangat oleh Yerin. Mereka bergegas masuk bus yang sudah berhenti di halte tempat mereka menunggu. Hanya dekat dengan satu orang. Tak apa, Joy bersyukur Yerin begitu baik padanya.

......

"Apa kau betah tinggal di sini?" tanya Yerin seraya meniup ramyeonnya yang terlihat mengepul uap panas.

"Tidak begitu buruk." ucap Joy seraya mengaduk ramyeon miliknya.

Joy memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Itu lah impiannya sejak awal. Ia ingin di terima di universitas terbaik di Korea. Joy sempat ingin mengagalkan rencananya itu, mengingat keluarganya sedang tidak baik-baik saja.

Karna satu nama, Joy akhirnya pergi untuk mewujudkan impiannya.

"Kakak harus sukses, sedikitpun tidak boleh gagal."

Ucapan itu yang selalu Joy ingat. Wajah damai adiknya, harapan sang adik yang ingin melihat kakak-kakaknya berhasil. Seandainya adiknya itu ada di sampingnya. Bersama-sama meraih apa yang sejak dulu di impikan.

"Mengapa kau tidak tinggal di rumahku saja, bukankah aku sudah menawarimu."

Memang benar, teman Joy itu sempat mengajak Joy untuk tinggal di rumahnya. Mengingat Joy hanya tinggal seorang diri di apartemen. Tentu tak terbayang rasanya tinggal di negara orang hanya seorang diri.

"Terima kasih Jung Yerin. Aku baik-baik saja tinggal sendiri di apartemen. Lagi pula rumahmu tak jauh dari apartemenku."

Joy hanya tidak enak jika nanti malah merepotkan keluarga Yerin. Karna sejak awal Joy sudah banyak meminta bantuan Yerin.

"Ya setidaknya menginaplah saat kakakku tidak pulang. Aku sendirian di rumah."

Yerin hanya tinggal berdua dengan Kakaknya di Seoul. Sedangkan orang tua mereka tinggal di Jeju.

PROMISE 2Onde as histórias ganham vida. Descobre agora