Part 14

1.2K 176 16
                                    

"Tapi aku tak akan mengulang kesalahan yang sama."

Jennie tersenyum tipis. Meski hatinya masih menyimpan amarah atas ucapan dan sikap Wendy, dirinya masih bisa berpikir jernih untuk tidak menambah masalah dengan tidak berbaikan dengan Wendy.

"Akar mula kemarahanmu juga karna kami. Aku dan keluargaku tetap bersalah." lanjut Jennie.

Wendy masih mencerna ucapan Jennie. Ia memang tidak terlalu dekat dengan gadis bermata kucing itu. Tapi beberapa hal yang Wendy tau tentang Jennie, gadis itu tak mudah memaafkan orang lain.

"Jadi maksudmu..."

"Mari berbaikan." potong Jennie.

Wendy mengerjapkan matanya beberapa kali. Semudah itu Jennie yang notabenenya kasar bersedia memaafkan kesalahannya. Bahkan kemarin saat keluarga Hwang berkali-kali memohon maaf padanya tak pernah ia pedulikan.

Jennie mengulurkan tangannya pada Wendy. Namun gadis di hadapannya itu tak kunjung membalas uluran tangannya.

"Kau ini, tanganku pegal jika kau hanya manatapnya terus." kesal Jennie.

Dengan ragu Wendy meraih uluran tangan Jennie.
"Kau tidak marah padaku?"

"Apa kau ingin aku marah?" Jennie balik bertanya masih dengan wajah kesalnya.

Wendy tersenyum, ia bernafas lega. Jika saja sejak dulu ia bisa mengendalikan emosinya, mungkin semua tak akan serumit ini. Ia menyesali perbuatannya pada keluarga Jennie.

"Demi apa mereka saling melempar senyum?" ucap gadis berponi yang berdiri tak jauh dari tempat duduk dua orang di hadapannya.

"Bisakah aku menamparmu, kurasa kita berada di mimpi yang sama." sahut gadis yang berdiri di sebelahnya.

Plak

"Aww..., apa yang kau lakukan?"

"Untuk memastikan, katamu tadi ini mimpikan?"

Chaeyoung mendengus kesal, ia mengusap lengannya yang baru saja merasakan panas akibat ulah adiknya.

"Tidak dengan memukulku bodoh."

Rasanya ingin sekali Chaeyoung membalas ulah adiknya. Tapi belum sempat ia lakukan, Lisa sudah menariknya lebih dulu untuk segera menjauh dari kantin.

"Kakak berisik sekali. Kak Jennie akan marah jika tau kita menguping." ucap Lisa dengan terus menarik tangan kakaknya.

"Bukankah sejak tadi kita memang menguping."

Lisa membawa sang kakak menuju salah satu bangku taman kampus. Keduanya baru saja menyelesaikan kelas mereka. Niat awal ingin sekedar mengisi perut dengan pergi ke kantin, tapi tidak jadi setelah melihat pemandangan yang membuat mereka hampir tak percaya.

Bagi Chaeyoung dan Lisa tak ada bedanya antara pendidikan di Indonesia maupun di luar negeri. Mereka pun bisa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus baru mereka.

"Apa menurutmu mereka sudah berbaikan?" tanya Chaeyoung setelah keduanya duduk.

"Aku tidak yakin, tapi baguslah jika mereka berdamai. Mungkin akan jadi awal baik untuk hubungan kita dengan keluarga Kim. Kakak tau kan seberapa dekat keluarga kita dengan mereka dulu. Jauh sebelum kita tau Yeri."

Ya, Chaeyoung mengingatnya. Kedua orang tua mereka adalah teman semasa muda kedua orang tua Yeri. Bahkan pertemanan mereka masih terjalin baik meski sudah berkeluarga. Namun siapa sangka hubungan baik itu bisa saja goyah karna kesalahpahaman masing-masing.

'Yahh semoga kami bisa benar-benar berdamai.' Batin Chaeyoung.

"Lalu mengapa kau menarikku kemari? Bukankah tadi kau mengajakku makan siang? Kau tau cacing-cacing di perutku sudah berdemo."

PROMISE 2Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz