Part 36 (End)

2.1K 176 38
                                    

Menjadi yang tertua untuk kedua adiknya, membayangkannya saja begitu sulit. Dulu hampir setiap waktu ia bergantung pada Seulgi. Kemanapun mereka selalu bersama. Bahkan ketika duduk di bangku sekolah, ia memilih mengikuti kelas akselerasi agar bisa satu angkatan dengan sang kakak. Mereka pernah berjanji untuk lulus bersama dan mendaftar di universitas yang sama. Semua itu sudah terwujud, namun ia lupa mengajak kakaknya berjanji akan lulus universitas bersama. Mungkin hidup kakaknya akan lebih panjang jika mereka berdua membuat janji itu.

Kim Seungwan, gadis itu kini hidup dengan tugas barunya sebagai kakak tertua untuk Joy dan Yeri. Kepergian sang kakak cukup membuatnya begitu terpukul. Membuatnya melupakan segala hal termasuk keluarganya sendiri. Seiring berjalannya waktu, ia sadar. Menyibukkan diri bukanlah pilihan tepat untuk melupakan kesedihan. Justru hal itu malah menyakiti orang tua juga kedua adiknya.

Terkadang sering kali ia melihat Ibunya termenung. Tanpa bertanya pun ia sudah tau penyebab Ibunya sering melamun. Wendy tau, Ibunya hanya berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan anak-anaknya. Di balik senyum Ibunya, luka itu belum sepenuhnya membaik.

Tujuan hidupnya sekarang adalah bagaimana menjadi kakak yang baik untuk Joy dan Yeri, menggatikan tugas sang kakak sulung untuk membantu menjaga keluarganya. Sudah cukup kekacauan yang selama ini menimpa keluarganya. Inginnya kembali menjalani hidup yang lebih baik. Ia sadar, pada akhirnya semua juga akan pergi.



Drrt Drrt

"Hall..."

"Kakak! Kenapa lama sekali! Aku menunggumu hampir dua jam berdiri!"

Itu suara Yeri. Seketika Wendy menepuk keningnya. Ia lupa menjemput adik bungsunya. Sudah di pastikan jika nanti Yeri akan marah padanya.

"Maafkan kakak Yerim, kakak lupa jika harus menjemputmu." sesal Wendy. Padahal tadi pagi dirinya yang menawarkan diri untuk menjemput adiknya pulang sekolah.

Terdengar hela nafas di seberang telepon. Adiknya pasti sangat kesal karna menunggu terlalu lama. Wendy mematikan sambungan telponnya lalu bergegas pergi menunju parkiran kampus. Berdiam diri di rooftop kampus membuatnya lupa waktu. Ia harus segera tiba di sekolah Yeri sebelum adiknya mengamuk padanya.

Tak butuh waktu lama, mobil Wendy sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah Yeri. Suasana terlihat sepi, gadis itu mengedarkan pandangannya. Mencari adiknya yang tampaknya tak terlihat. Hingga matanya menangkap sosok gadis yang duduk di halte bus dengan kedua tangan menopang dagunya. Wendy segera menjalankan mobilnya menghampiri Yeri.

Yeri menegakkan tubuhnya saat sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya. Ketika mengetahui seseorang turun dari mobil itu, Yeri kembali memasang wajah kesalnya.

"Yerim, kakak minta maaf." ucap Wendy saat sudah berdiri di hadapan adik bungsunya. Tampaknya Yeri benar-benar marah. Terlihat peluh menetes di wajah sang adik. Wendy jadi merasa bersalah karna sudah membuat adiknya menunggu hingga kelelahan.

"Kita pulang sekarang ya." ucap Wendy lembut. Ia berniat merangkul Yeri, namun adiknya lebih dulu berdiri dan segera masuk mobil. Meninggalkan Wendy yang masih terdiam melihat tingkah adiknya. Ya, ini memang salahnya. Yeri hanya akan diam jika sedang marah.

Wendy duduk di kursi kemudi, ia menoleh menatap sang adik yang duduk dengan menyandarkan kepalanya di kaca mobil. Wendy meraih sehelai tisu, dengan lembut ia mengusap peluh di wajah adiknya. Kegiatannya membuat Yeri sedikit tersentak, ia tersenyum pada adiknya.

"Kau pasti sangat lelah. Maafkan kakak ya." ucap Wendy.

Yeri hanya diam, membiarkan sang kakak mengusap keringat di wajahnya. Ia bisa melihat sang kakak melakukannya dengan penuh kasih sayang. Sudah seperti sifat Ibunya. Kakaknya begitu berubah sekarang. Tentunya lebih perhatian padanya juga pada anggota keluarganya yang lain.

PROMISE 2Where stories live. Discover now