Lost

48 9 31
                                    


Cahaya sinar mentari mulai menyusup masuk melalui celah jendela yang bergaris dan masih tertutup. Pendingin ruangan hari itu sempat membuat tubuh Aera menggigil di tengah malam. Hoseok yang kala itu tertidur sembari menggenggam tangan Aera, merasakan tangan yang ia genggam terasa begitu dingin.

Dengan sigap ia menaikkan selimut Aera hingga menutupi dada ditambah lagi, ia merelakan jaket parkanya untuk membuat Aera tetap merasa hangat. Aera masih merapatkan kedua matanya. Menahan nyeri yang tiba-tiba saja menyeruak masuk hingga persendiannya. Saat terdengar wanitanya melenguh, Hoseok pun terkesiap segera duduk di samping Aera.

“Aera-ya, gwenchana?” Hoseok mengusap pipi Aera yang masih terasa hangat.

Saat gadis itu menarik napas, kedua kelopak matanya pun terbuka. “Hoseok-ie,” gumamnya lemah.

“Aku di sini. Apa yang kau rasakan?” dahi Hoseok berkerut. Ia tahu istrinya sedang tidak sedang dalam keadaan baik. Bahkan gadis itu sesekali meringis menahan nyeri.

“Tubuhku, entah kenapa terasa sakit,” jawabnya dengan jujur. Ini tidak biasanya merasakan seperti ini sebelumnya.

“Tunggu sebentar. Biar aku panggilkan dokter kemari,” sebelum pergi, Hoseok pun mengecup kening Aera. Melihatnya seperti ini sungguh menyayat hatinya hingga terasa perih.

Aera mengangguk samar. Hoseok pun pergi meninggalkan ruangan itu dan bergegas untuk membawa dokter agar segera memeriksa Aera. Atau hanya tidak, untuk memberinya penahan rasa sakit. Hari itu, Hoseok yang berjaga sendiri. Mengingat Seokjin dan yang lain sedang menyelidiki orang-orang yang terlibat dalam insiden pelenyapan Aera. Jadi untuk berjaga dan mencari informasi, mereka pun berbagi tugas.

☆☆☆

Jung Min masih berkutat dengan komputer miliknya. Pria itu sedang berusaha mencari dimana keberadaan Han Ryeon berada. Menatap layar monitor satu per satu dan memperbesar bagian tertentu untuk mencari informasi telah ia lakukan. Seharusnya hari ini ia datang mengunjungi Aera. Akan tetapi, ia masih merasa gelisah dan hidupnya seakan tak tenang jika belum menemukan keberadaan orang yang masih melancarkan aksinya untuk balas dendam. Di sisi lain, Jung Min juga mengalami kesulitan untuk menghubungi Kyu Joong.

Dua hari lalu, mereka masih saling terhubung untuk membahas masalah Han Ryeon yang sedang mengutus kaki tangannya untuk mendapatkan Aera. Bagaimana pun, inti dari penyergapan ini adalah gadis yang sekarang menyandang marga Jung dalam dirinya. Fakta mengejutkan, membuatnya bergeming. Pria itu pun merasa bimbang, apa yang harus ia lakukan sekarang. Di sisi lain kebahagiaan adiknya, namun di sisi lain, meski ia tidak terlalu dekat dengan ayahnya pada akhirnya, akan tetapi dengan mengetahui bagaimana ayahnya tewas, hal itu sempat membuatnya marah. Apakah benar Aera berada di tangan yang tepat.

Tinggal di sebuah keluarga yang sudah menembak kepala ayahnya. Kedua hal itu seakan menjadi penyebab di mana batinnya sekarang sedang bertarung. Pria itu menghela napas berat. Namun, saat ia sedang menyandarkan tubuhnya, netra matanya tertuju pada sebuah kamera. Kamera yang ia sadap dari jarak jauh. Seseorang mengenakan kemeja berwarna putih dengan rompi berwarna abu sedang berjalan mengendap-ngendap ke dalam sebuah ruang koridor rumah sakit.

Sontak ia pun melebarkan mata dan bergegas menarik mantelnya untuk pergi ke rumah sakit. Selama perjalanan, ia hanya berharap bahwa dirinya masih sempat. Menghubungi Hoseok pun percuma, tak ada jawaban dari panggilan tersebut. Dengan cepat ia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Aera, tunggulah aku...

☆☆☆

Kala itu Aera masih berbaring di atas tempat tidurnya. Menanti suaminya akan kembali. Saat ia sedang memandang ke arah jendela, tiba-tiba sebuah pergerakkan melumpuhkannya. Dengan satu tangan, pria itu membekap Aera dengan sapu tangannya. Aera yang kala itu berusaha memberontak untuk menghirup udara bebas, tak mampu melawan karena perbedaan kekuatan yang begitu kentara.

Rasa sesak mulai menyeruak dan menekan paru-parunya. Sebuah aroma yang menusuk seperti obat bius menusuk indra penciumannya. Pria itu pun merasakan pergolakan Aera yang berusaha melepaskan bekapannya. Begitu ia pingsan, pria itu pun membawa Aera keluar dari kamarnya. Seketika itu, Aera tidak dapat mengingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.

Membawa gadis itu melalui pintu darurat cukup melelahkan. Namjoon mau tak mau berjalan dengan cepat menuju parkiran basement dimana mobilnya sudah bertengger di sana. Dengan menekan tombol unlock, pintu mobil itu pun terbuka dengan mudahnya. Lalu dengan perlahan, ia membaringkan Aera tepat di bangku penumpang. Kemudian melajukan mobil tersebut dan membawanya ke suatu tempat persembunyian.

Akan tetapi, dari dalam mobilnya, pria itu mengamati setiap pergerakan pria tersebut dan membuntuti mobil yang kini berjalan di depannya.

☆☆☆

Hoseok dan Young Saeng berjalan beriringan melewati koridor. Bergegas menuju ruang dimana Aera di rawat.

“Jadi semalam ia kedinginan?” tanya Young Saeng mengikuti Hoseok di belakangnya.

“Emm. Sepertinya tubuhnya masih belum stabil.”

“Lalu bagaimana suhu tubuhnya pagi ini?” tanyanya kembali ingin memastikan.
“Menyamai suhu tubuhku. Apakah hal itu dipengaruhi oleh penyakitnya?” tanya Hoseok dengan begitu khawatir. Sungguh, di situasi seperti ini ia bingung harus bersikap seperti apa. Ia hanya berharap istrinya akan baik-baik saja.

Begitu tiba di ruangan Aera, persendian Hoseok terasa lemas. Bahkan sebelum Young Saeng memberinya jawaban. Namun ia tidak ingin cepat-cepat mengambil keputusan. Pria itu beralih menuju toilet, tidak ada eksistensi Aera di sana. Dadanya bergemuruh, hatinya berdesir. Dimana istrinya itu. Pikiran itu kini memenuhi dirinya. Dengan pergerakan yang terburu-buru, ia mencoba mencari ponselnya. Akan tetapi, ia baru sadar, bahwa ponselnya berada di dalam jaket parkanya.

Hoseok mencari ponselnya. 13 panggilan dari Park Jung Min tidak terjawab. Pria itu pun melakukan panggilan kembali. Dering pertama tidak ada jawaban. Dering kedua masih belum ada jawaban. Begitu tiba dering yang keenam, Hoseok pun mendengar jawaban. Sangat singkat namun sanggup meremukkan hatinya.

“Aera di culik. Aku curiga dia adalah Namjoon. Katakan pada Seokjin untuk mencari kaki tangan Han Ryeon. Jika kau tidak ingin Aera mati, lakukan dengan cepat.”

Panggilan pun terputus. Hoseok memejamkan matanya. Berusaha menarik oksigen agar ia tetap terjaga dalam kesadarannya. Tanpa menunggu perintah dua kali, ia pun meminta Seokjin untuk melacak keberadaan Namjoon. Hanya nama itu yang bisa di jadikan petunjuk untuk saat ini. Lalu tak menunggu untuk berpangku tangan, ia pun berlari melewati beberapa koridor dan turun ke bawah menggunakan elevator menuju lantai pertama. Berlari menuju parkiran dan segera mencari Aera yang mungkin masih belum jauh. Degup jantungnya sudah berdetak begitu cepat. Bahkan aliran darahnya sudah mengalir begitu deras. Hanya satu harapan yang bisa ia harapkan. Semoga istrinya baik-baik saja mengingat kondisinya yang begitu memprihatinkan.

☆☆☆

Langkah Aera terhuyung, mengikuti setiap langkah pria yang membawanya ke sebuah ruang yang minim cahaya. Semua perabotan yang ia lihat bernuansa cokelat. Tirai yang tertutup, semuanya menghalangi cahaya yang masuk. Hanya sebuah suara engsel pintu yang terbuka. Ia pun di rebahkan di sebuah ranjang berukuran yang hanya muat digunakan oleh satu orang. Bahkan Aera mencium aroma ruangan begitu pengap. Jelas ia sedang di bawa di suatu tempat yang biasa digunakan untuk menyekap orang.

Tubuhnya masih terkulai lemas. Namun hatinya masih terus memberontak. Ia tidak boleh mati di sini. Ucapan Hoseok beberapa hari ini membuatnya ingin bertahan hidup dan menghabiskan waktu yang ia miliki bersama suaminya itu. Meski samar, Aera masih bisa mendengar suara orang yang menangkapnya.

“Aku sudah menangkapnya sesuai perintah Anda.”

“Emm. Aku akan menjaganya hingga Anda tiba tuan.”

Entah apa yang mereka bicarakan di dalam sana, namun Aera yakin nyawanya dalam bahaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang