Will You

20 8 7
                                    

Hai.... udah vote keberapa ya ini?...
Aku cuma mau ucapin... thanks buat dukungannya selama ini yah.... you r the reason why I have to write. So, give me a comment...

Bagian mana nih yang kalian suka selama baca 'Make it Right?' Sharing yah.... ok dah happy reading...

Bunga bermekaran di musim seni. Berbagai macam bunga di susun dengan rapi dalam berbagai bentuk. Nuansa putih memenuhi seantaro tempat resepsi hari ini. Tema yang di ambil adalah kebun. Aera ingin agar pernikahan sekali seumur hidupnya ini tidak akan terlupakan dengan konsep outdoor ini.
Masih seperti mimpi. Aera duduk di depan cermin dengan beberapa orang yang sedang berusaha merias wajah dan menata rambutnya. Baju pernikahan berwarna putih dengan sulaman bunga edelweiss di bawahnya membuat gaun itu tampak berkelas.

Baju itu memiliki ekor sepanjang lima meter. Sengaja ia memilih baju pernikahan yang sederhana berlengan panjang sehingga saat ini ketika mengenakannya, ia tampak anggun walaupun tertutup.

Butuh keberanian besar bagi Aera untuk pernikahan ini. Pernikahan yang di impikan setiap wanita. Namun perasaan di dalamnya bukanlah ketulusan. Melainkan ikatan untuk membelenggu seseorang. Bukan sebuah komitmen keduanya yang ingin memiliki satu sama lain.

Aera memejamkan mata. Miris memang menikah dengan orang yang sama sekali tidak mencintaimu. Beberapa menit pikiran Aera tertarik mundur di hari itu.

Setelah insiden penembakan di taman itu, Hoseok tidak membawanya ke rumahnya melainkan ke kediamannya. Hari itu Tuan Jung juga ikut khawatir karena melihat lengan Aera yang bersimbah darah.

Tanpa menunggu aba – aba panjang dari ayahnya, Hoseok membawa Aera ke kamarnya. Yoongi kala itu berdiri di sisi tangga. Ketika melihat Aera yang tak sadarkan diri, ia merasa cemas dan khawatir.

Pemuda itu mengukuti kata hatinya. Ia menyusul ke kamar Hoseok.

“Apa yang terjadi?” Yoongi sangat cemas hari itu.

“Ada yang mengejar kami. Entah aku atau dia sasarannya.
Yoongi pun mengambil kotak P3K yang berada di kamar Hoseok. Pemuda itu mendorong Hoseok agar menyingkir dari sisi Aera. Yoongi membuka jaket milik gadis itu dan melepasnya.

“Keluarlah.” Perintah Yoongi.

Hoseok menghela napas panjang. Meski perasaannya juga berdesir dan juga jengkel di saat bersamaan. Namun ia memilih menyembunyikan perasaannya. Ada sesuatu yang tiba – tiba saja mengganjal dalam pikiran pemuda itu.

Taehyung, untuk pertama kalinya ia melihat Hoseok sekhawatir ini. Perasaan yang tak bisa di tutupi. Taehyung sempat berasumsi namun ia membuang pikiran itu. Tidak mungkin Hoseok menyukai Aera. Kenyataannya ia sangat mencintai Yoo Ra. Gadis yang dulunya sangat di cintai Yoongi.

Ingatan Taehyung sangat tajam. Yoongi memilih untuk tidak bersama Yoo Ra karena ia lebih memilih adiknya. Ia tidak ingin ada perpecahan di dalam keluarga mereka.

Cinta yang di kejar belum tentu juga cinta itu akan terbalazkan dengan perasaan yang sama. Namun Hoseok masih teguh dengan pendiriannya dan keyakinannya. Jika ia menyerah sekarang, maka kemungkinan yang ia harapkan tidak akan pernah terjadi.
Yoongi membersihkan luka Aera dengan perlahan. Beberapa detik kemudian Aera meringis nyeri. Ia merasakan perih di bagian lengannya yang sekarang sedang di obati.

“Ayah sudah mengatur semuanya sesuai keinginan Hoseok. Pesta, tamu, undangan bahkan tempat pernikahan kalian telah siap. Aera, aku tahu perasaan seseorang dapat berubah karena seseorang yang selalu berada di sisinya.”

Yoongi terdiam sejenak untuk menyelesaikan balutan perbannya untuk lengan Aera. Ujung perban itu pun di potong oleh Yoongi. Setelah itu semua selesai.

Keheningan menyelimuti keduanya. Yoongi menatap Aera intens. “Aku tahu, pilihan yang kau ambil semata – mata karena cinta dan sayangmu pada ayahmu terhadap pertunangan ini. Jika kau bersamanya, jagalah adikku. Dia adalah orang yang menyenangkan. Namun ia juga tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya. Orang yang ingin ku lindungi adalah dirinya. Aku meninggalkan Yoo Ra karena aku tidak ingin adikku terluka. Tapi...” yoongi meletakkan tangan kirinya di sebelah kaki Aera sebagai tumpuan dan tangan yang lain menyentuh dagu Aera.
Yoongi ingin gadis itu menatapnya. Perasaan Aera berdesir. Ia tidak menyangka. Pertemuannya dengan Yoongi yang dingin bisa berubah menjadi Yoongi yang sangat lembut. Dingin di luar tapi lembut di dalam.

“Aku lebih terluka jika melihatmu bersamanya. Jika ia tidak bisa mencintaimu, berlarilah padaku. Aku sudah bersumpah pada diriku sendiri untuk melindungimu sebagai ganti ayahmu. Aku tidak ingin kau kesepian.”

Sumpah demi apa pun. Aera langsung merinding. Bibirnya gemetar dan mulai terisak. Kenapa Yoongi bisa sepeduli ini padanya. Mengapa bukan dia saja yang menjadi suaminya. Perasaan Yoongi begitu tulus namun ia tidak bisa membalasnya. Pemuda ini juga sama dengan Jungkook. Sesaat itu Aera merasa bersyukur. Masih banyak orang yang menyayanginya.

Yoongi menghapus air mata Aera. Ia mengecup kening Aera dan menekannya di sana beberapa saat. Yoongi merasakan sakit dan nyeri di dada. Namun ia tahu, ini konsekuensi yang harus ia tanggung.

Hoseok pun hanya bergeming di balik pintu. Kedua tangannya mengepal dan rahangnya mengeras. Untuk pertama kalinya ia mendengar isi hati Yoongi. Ternyata kakaknya begitu menyayanginya. Sikap dingin dan keras kepalanya Yoongi ternyata menyimpan berjuta rahasia yang Hoseok tidak ketahui. Tapi Hoseok juga merasa marah karena Yoongi lagi – lagi mencium Aera tanpa seizinnya. Rahangnya mengeras dan tatapannya tajam.

“Hyung – ah! Berapa kali ku bilang jangan menyentuhnya!”

Lihatlah meski Hoseok mengatakan tidak cinta. Namun jelas saat ini ia cemburu. Yoongi hanya menampilkan smirknya. Lalu mengusap kepala Aera dengan lembut dengan senyum termanisnya.

Aera tahu, Yoongi merasakan sakit. Begitu remuk hingga kau ingin menyerah jika itu Aera. Matanya hanya mengikuti punggung yang sedang beranjak pergi hingga menghilang di balik pintu.

Hoseok pun duduk di sisi ranjang Aera. Kemarahannya berusaha ia tahan. Hingga ia memandang Aera dengan dingin. “Minggu depan kita akan menikah. Besok kita akan mencari cincin kawin dan fitting baju pernikahan.” Lalu ia pun perģi meninggalkan Aera. Meninggalkan gadis itu dalam kesunyian.

Aera mendongak menatap langit – langit. Sepertinya keputusan harus segera di buat. Aera menghela napas berat. Mengingat kedua orang tuanya, memberikan keberanian baginya untuk hal ini.

“Nona – nona sudah selesai.” Guncangan pelan di bahu membuatnya tersadar.

Ia pun berdiri. Rambutnya yang panjang tetap terurai hanya bagian tengahnya saja yang di tata dengan indah. Yoongi yang berdiri di belakang Aera memandang gadis itu dengan bantuan cermin.

Untuk hiasan terakhir, rangkaian mahkota bunga untuk di kepala. Aera menghadap kepada Yoongi yang kini berdiri di sisinya. Yoongi mengambil hiasan kepala itu dan meletakkannya di puncak kepala Aera.

Pemuda itu tersenyum. “Kau cantik sekali.”
Berdiri berdampingan seperti Yoongi yang menjadi mempelai pria.

“Oppa aku...” Aera berusaha mengatakan sesuatu namun lidahnya tercekat. Ia tidak ingin riasannya rusak karena tangis.

“Hoseok juga sangat tampan. Seokjin menunggumu.” Yoongi menepuk bahu Aera dan menyodorkan buket bunga mawar putih kepadanya. “Pergilah.”

Perasaan apa ini. Rasa sedih tiba – tiba saja merasuk dalam relung hati. Meski Yoongi tidak mengatakannya, Aera tahu benar perasaan Yoongi hari ini. Ia hanya mengangguk dan berbalik meninggalkan Yoongi. Seokjin sudah menunggunya di sana.

“Ayo.” Seokjin menuntun Aera untuk keluar dari ruang tersebut. Mereka pun berjalan beriringan.

Dengan erat Aera mengapit lengan Seokjin. Ia pun melangkah ke luar melewati bunga – bunga putih yang bertebaran di rerumputan. Para hadirin pun berdiri. Perasaan gugup kini menyergap gadis itu. Aera takut akan melakukan kesalahan.
Seokjin menuntunnya ke altar pernikahan. Di sana berdiri Hoseok yang sudah terlihat rapi dan gagah dengan balutan tuxedo nya. Pemuda itu terlihat sempurna. Mata Aera juga mencari Jungkook. Tidak ada Jungkook di sana.

Entah berapa banyak hati yang sudah Aera patahkan. Yoongi berjalan di belakang Aera. Setelah sampai, Seokjin meletakkan tangan Aera dan menyerahkannya kepada Hoseok. Wajah Aera berubah datar. Takut karena ia tidak mungkin bersumpah di hadapan Tuhan dengan kebohongan. Tapi di detik berikutnya ia sadar. Aera tulus mencintai Hoseok meski belum banyak.
Hoseok mengulas senyum dan membawa Aera ke altar. Mereka berdua pun bersumpah akan menjaga dan saling mencintai sehidup semati. Tidak peduli dengan bagaimana Hoseok bersumpah, Aera berharap, hatinya akan segera berubah. Setelah selesai seperti biasa. Para hadirin menunggu ciuman kedua mempelai.

Hoseok mencondongkan dirinya untuk berbisik di telinga Aera. “Aku tidak akan menciummu di bibir. Karena aku tidak ingin menyakiti Yoo Ra. Bisa saja aku menyakiti Yoongi hyung, tapi aku tidak akan mengecup di bibir sembarang orang yang tidak aku cintai.”

Kalimat itu begitu menusuk. Aera menelan salivanya kasar. Ingin sekali ia menampar Hoseok sekarang. Namun ia menahan tangannya. Yoongi memandang keduanya jelas jika Hoseok mencium Aera hatinya hancur berkeping – keping. Apa lagi Aera memberikan kissback. Ia mengepalkan tangannya kuat.

Jungkook memilih berjaga di luar untuk pengamanan. Ia juga tidak ingin menghancurkan hatinya melihat gadis yang ia cintai menikah. Namun saat pikiran sedih muncul, Seokjin menepuk pundaknya.

“Apa yang kau lakukan sudah tepat. Dia adikmu. Berbahagialah untuknya. Satu misi terselesaikan.”

Jungkook hanya mengangguk mendengar setiap ucapan hyung nya. Aera hanya terdiam. Terserah Hoseok akan melakukan apa. Gadis itu tidak peduli. Satu hal yang ia inginkan melewati hari yang melelahkan ini. Hoseok pun memilih mengecup kening Aera. Para hadirin mungkin sedikit kecewa namun mereka memakluminya. Mungkin saja mereka merasa malu walaupun itu adalah hal yang wajar.

Pria yang mengenakan kaca mata hitam itu tersenyum tipis. Ia beranjak berdiri lalu mengambil gambar kedua pasangan itu untuk di simpan dalam ponselnya. Pemuda itu berbaur dalam kerumunan untuk menikmati pesta.

Aera duduk karena lelah berdiri menerima tamu. Gadis itu mengeluh. Ternyata datang ke acara pernikahan dengan datang dalam pernikahan sendiri sebagai mempelai tidak sama ya. Lebih melelahkan ketika ia menjadi sorotan daripada menyorot temannya yang menikah. Ia membiarkan Hoseok menyambut tamu yang lain dari kejauhan.

Jelas ini bukan teman – teman Aera. Hanya rekan terdekat dan teman sekampusnya. Aera ingin segera melepas riasannya dan berendam. Lelah sekali. Jujur ia merasa lemas sekarang. Tapi ia menahannya agar tidak ambruk.

“Hai...” pemuda itu menurunkan kacamatanya. Ia tersenyum agar menimbulkan kesan hangat.

Tidak ada siapa pun selain Aera di sini. Aera menoleh ke kanan dan ke kiri. Aera pun gugup karena pemuda itu tampan sekali. “Eoh hai...”

“Selamat atas pernikahanmu.” Pemuda itu mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Aera.

Aera memandang bingung pada pemuda itu. Ngomong – ngomong, siapa dia. Gadis itu berusaha mengingat – ingat. Mungkin saja ia teman ayahnya tapi ia belum pernah melihatnya sebelumnya.

Melihat kebingungan Aera, pemuda itu duduk di kursi yang kosong sembari melipat kacamatanya dan mengaitkannya di kemejanya. Menampilkan sedikit dadanya yang mulus dengan kalung emas yang menghiasi.

“Aku Park Jung Min.” Kata pemuda itu dengan lembut. Ia meraih segelas sampanye yang di bawakan oleh seorang pelayan.

 Ia meraih segelas sampanye yang di bawakan oleh seorang pelayan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


“Aku Youn... “ Aera meralat kata – katanya. “Jung Aera.”

Jung Min menghela napas setelah meminum cairan beralkohol itu. “Aku tahu.” Ia beranjak berdiri. “Kita akan bertemu lagi.” Pemuda itu pun pergi meninggalkan Aera.

Sebuah perkenalan singkat yang membuat Aera penasaran. Bukankah terlalu cepat meninggalkan pesta. Mata Aera mengikuti kemana pemuda itu pergi. Gadis itu mengatupkan bibirnya dan mengedikkan bahu.

Aneh.... gumam nya.

***

Akhirnya hari yang melelahkan terlewat. Di sinilah mereka. Selama perjalanan keduanya hanya terdiam. Hoseok terfokus dengan ponselnya sedangkan Aera, hanya menatap keluar jendela.

Mobil itu berhenti di depan pintu masuk pekarangan rumah. Tuan Jung menghadiahkan rumah itu untuk Aera dan Hoseok. Setelah menikah mereka akan hidup dan tinggal bersama di rumah besar itu.

Tampak luarnya begitu indah. Namun bagai neraka untuk Aera. Begitu sampai, Hoseok langsung keluar dari mobil dan membuka pintu rumah itu. Tidak peduli dengan Aera yang kesulitan dengan gaun panjangnya.

Aera mengerucutkan bibirnya. Merutuki Hoseok karena sebal.

Menyebalkan sekali.....

Aera pun turun menghela napas kesal lalu ikut masuk ke dalam. Awalnya ia berpikir bahwa Hoseok akan meninggalkannya dan memilih bersembunyi di dalam kamarnya sendiri. Ternyata pikiran Aera salah.

Pemuda itu berbalik menatap Aera. “Ada dua kamar di sini. Kamar mu di sebelah sana. Kalau kau pikir kita akan tinggal dan tidur bersama dalam satu kamar, kau salah besar.”

Baiklah ini sudah sangat keterlaluan. “Aku juga tidak mau tidur denganmu! Kau pikir kau siapa! Kau pikir aku takut padamu!”

Hoseok mendekati Aera dan mencondongkan tubuhnya. Keduanya saling menatap dengan tajam. “Aku suamimu dari tiga jam yang lalu. Sebatas kertas. Bukan sungguhan.”

Apa Hoseok tidak tahu bahwa ucapannya sangat menyakitkan. “Baiklah. Hanya sebatas kertas begitu kan? Ok. Aku hanya akan melakukan tugasku sebagai mana mestinya karena aku masih menghormati ayah mertua karena aku tidak ingin dia kecewa. Setelahnya terserah kau saja. Aku tak mau berdebat lama – lama denganmu.”

“Pintar sekali.” Seringai Hoseok yang meniru Yoongi. “Dan jangan berharap aku akan memperlakukanmu sebagai seorang istri.”
Aera menaikkan sebelah alisnya. Benar – benar menyebalkan. Napas Aera naik turun. Hal tak terduga pun ia lakukan. Memegang bahu Hoseok dan menendang perutnya dengan lutut.
Hoseok melebarkan mata dan napasnya pun terhenti sesaat. Ia mengaduh kesakitan. Itu sakit sekali.

Ia pun menatap Aera dengan nanar. “YA! KAU INGIN MEMBUNUHKU!”

“Jika kau tidak bisa menghargaiku sebagai istrimu, maka hargailah aku sebagai seorang wanita. Lain kali jika kau ingin bicara, perhatikan dulu ucapanmu akan menyakitkan atau tidak!” Aera mengucapkannya dengan memunggungi Hoseok. Ia pun beranjak ke dalam kamarnya dengan perasaan marah. Begitu ia sampai di depan pintu, gadis itu masuk ke dalam dan membanting pintunya dengan keras.

Aera bersandar pada pintu yang tidak bersalah yang harus menerima ledakan emosi gadis itu. Baru saja. Baru saja gadis itu sudah bersumpah di hadapan Tuhan agar hidup bahagia, tapi perdebatan sudah terjadi.

Aera pun merosot. Ia tidak mampu menahan tubuhnya lagi. Lututnya lemas seakan tak ada daya lagi untuk berdiri. Mendekap lengannya menahan nyeri yang begitu menyesakkan.

Someday will you love me.....

pertanyaan yang hanya mampu di ungkapkan dalam hati. Sedangkan kehidupan yang bahagia, seakan tersimpan dalam angan.

Make It RightWhere stories live. Discover now