Let's Get Divorce

39 8 34
                                    

Jujur, pertemuannya dengan kakaknya membuatnya syok. Bagaimana tidak. Dengan jelas Jung Min mengatakan bahwa ia menginginkan nyawanya. Aera merasa gusar karena ia dalam bahaya.

Ia menggigit jarinya karena cemas. Aera mulai bingung langkah apa yang harus ia ambil. Tidak mungkin ia mengatakan ini pada Seokjin. Apa lagi Jungkook, jelas bukan pilihan. Taehyung dan Yoongi, tidak mereka terlalu baik. Aera tidak ingin mengorbankan orang yang ia sayang.

Hari ini dia ada janji temu dengan dokternya. Ia tidak sabar ingin mengetahui sejauh mana anemianya. Selama ini ia hanya merasakan lelah namun kemarin entah mengapa ia juga merasa sesak. Miris sekali. Di dalam rumah itu ketika ia sakit, ia tidak bisa meminta tolong bantuan Hoseok yang jelas – jelas ia adalah suaminya.

Sudah jam sembilan. Seharusnya dokter itu sudah datang. Aera menunggu dengan sabar. Kali ini ia pergi tanpa sepengetahuan Hoseok. Pagi ini kebetulan Hoseok juga sudah pergi. Kemana lagi jika tidak ke tempat Yoo Ra.

Dua menit kemudian seorang suster memanggil Aera. Gadis itu hanya mengangguk patuh dan masuk ke dalam ruangan.
Aera pun duduk di sana dengan tenang. Bau khas desinfektan menguar ke penjuru ruangan. Aera terkejut saat pemuda itu berbalik.

“Oppa.”

“Ternyata kau Aera. Lama tidak bertemu.” Dokter itu tersenyum hingga menenggelamkan kedua matanya yang begitu sipit.

“Kapan kau kembali?” tanya Aera.

Young Saeng tersenyum. “Satu bulan lalu. Aku baru menyelesaikan tugasku. Menghadiri beberapa konferensi ikatan dokter baru kembali ke mari.”

“Dokter ini hasil lab nyonya Jung.” Perawat itu memberikan sebuah dokumen dimana di dalamnya terselip hasil lab Aera.

Dari data tersebut, tiba – tiba saja Young Saeng menyipit. “Aera. Di sini jumlah hemoglobinmu rendah sekali. Apa kau sedang mengalami menstruasi?”

Aera menggeleng. “Tidak. Hanya saja akhir – akhir ini aku sering kelelahan. Sebelum menikah, aku pernah opname sekali dan melakukan transfusi darah. Apa ada yang aneh?”

Young Saeng terdiam. Ia berharap pikirannya salah namun ia harus memastikan. “Apa kau merasa sesak?”

“Kemarin aku sempat sesak napas. Karena suatu masalah.” Jawab Aera jujur namun tetap menutupi masalah rumah tangganya.

“Berapa lama kau merasakan bahwa anemia mu mungkin tidak seperti biasanya?” Heo Young Saeng menunggu jawaban Aera. Ia takut dugaannya benar. Ada sesuatu yang salah dalam proses produksi hemoglobinnya.

Aera berusaha mengingat – ingat. Ia merasakan tubuhnya terasa lebih lelah setahun setelah ia bertunangan dengan Hoseok. “Dua tahun yang lalu.”

“Apa kau terkadang merasakan tubuhmu nyeri atau sakit?” Young Saeng melipat kedua tangannya di dada. Pertanyaan terakhir yang menentukan pemeriksaan Aera selanjutnya.

Aera mengangguk pelan. Tangannya mulai panas dingin. Jujur ia merasa takut. Bahkan ia meremas tangannya.
Pemuda itu menghela napas berat. Lalu melanjutkan, “Rawat inaplah malam ini. Aku akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.” Akhirnya Young Saeng memutuskan agar Aera di rawat satu hari, hari ini.

Aera pun merasa gusar. Selama ini ia belum pernah harus di rawat di rumah sakit. Seandainya di rawat pun, itu karena ia kelelahan karena anemianya sehingga ia harus transfusi darah.

“Saeng – ie sebenarnya apa yang kau curigai dari penyakitku?” desak Aera. Ia mau mendengarkan meski itu hal buruk sekalipun.

Pemuda itu butuh beberapa detik untuk menjawab. Ia tidak ingin jawabannya akan membuat pasien stres karena memikirkan penyakitnya. “Aku akan mencoba mengetes sumsum tulang belakangmu dengan mengambil sampel dari sana.” Katanya dengan berhati – hati.

Make It RightWhere stories live. Discover now