As You Know

32 8 6
                                    


Begitu tes telah di mulai, masing – masing tim menunjukkan hasil latihan mereka. Rasa gugup mulai menghinggapi diri mereka masing – masing. Rasa takut pun menjadi masalah utama yang menghantui mereka.

Mereka takut jika mereka gagal dalam tes. Aera mulai menggigit bibir bawahnya. Sedangkan Yoongi ia menggigit ibu jarinya. Kentara sekali bahwa mereka cemas. Hoseok sendiri dengan santainya ia ikut bergerak saat musik mengalun.

Benar – benar dancing mechine....

Gumam Aera. Olokannya semata – mata bukan keluar daei bibirnya begitu saja. Tapi kenyataannya yang begitu. Pemuda itu akan ikut bergerak begitu mendengar musik.

Beberapa tim yang telah tampil sekarang bisa bernapas lega. Tapi tidak begitu bagi benak Aera. Perasaan ini sangat aneh. Apa lagi di awali dengan kejadian tadi pagi. Kepalanya terasa berat. Kepala bagian belakangnya seolah di tindih dengan beban ribuan ton.
Beberapa jam telah berlalu. Tiba saatnya giliran Aera, Hoseok dan Yoongi. Aera pun menutup matanya. Kata – kata sang ayah kembali terdengar.

Jika ingin menjadi orang dalam hidup.... jika kau merasa begitu sulit....

Tutup matamu dan bayangkan ayah dan ibu.... maka semuanya akan menjadi mudah....

Begitu musik berdentum, mereka bertiga melakukan gerakan bagian mereka masing – masing. Awalnya Aera merasa gugup dan cemas. Namun setelah melakukannya, pandangan berubah. Tidak sesulit apa yang ia pikirkan.

Mereka bergerak dengan tepat dalam setiap ketukan. Ada gerakan dimana ia harus berkontak mata dengan Jung Hoseok. Tapi di dalam manik mata pemuda itu, Aera merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang tidak dapat ia ungkapkan dengan kata – kata.
Tiba saatnya bagian Yoongi. Ia mengusap wajah Aera perlahan. Jujur jantung gadis itu berdegup dengan cepat. Dua kali lebih bekerja keras dari biasanya. Hingga di bagian akhir, Hoseok membelenggunya dengan melingkarkan tangan kirinya di perut Aera dimana kini gadis itu berdiri berhadapan dengan Yoongi. Menempelkan tangannya seolah bercermin.

Teman – teman mereka bertepuk tangan karena mereka melihat beberapa improvisasi. Meski Hoseok tidak mengatakannya, tapi gadis itu seolah terhubung dengan ikatan yang terjalin di antara keduanya. Bahkan Aera bisa mengimbangi setiap gerakan Hoseok yang selalu berusaha membelenggunya.

Bel pun berbunyi pertanda waktu telah habis. Ujian pun telah usai. Aera mengambil botol minumannya karena ia merasakan tenggorokannya mulai kering.

“Kau luar biasa Aera.” Puji Jungkook dengan senyum.

Aera pun tersenyum. “Terimakasih.”

Yoongi pun menghampiri. “Kau sudah berusaha dengan baik. Aku dan Taehyung harus segera pergi. Namun sebelum itu berikan ponselmu.” Pinta Yoongi dengan lembut.

“U – untuk apa?” kata Aera bingung.

“Berikan saja. Kau akan tahu.”

Aera mengambil ponselnya di dalam tas lalu memberikannya pada Yoongi. Kini ia paham. Mereka saling bertukar nomor.

“Aku akan menghubungimu.” Pemuda itu berdiri lalu beberapa saat kemudian beranjak pergi.

“Aera, tunggulah di sini. Aku akan segera kembali.” Jungkook pun bergegas meninggalkan ruangan itu.

Dalam keheningan, dalam ruang tersebut hanya tersisa Aera dengan Hoseok. Pemuda itu berjalan mendekati Aera. Gadis itu hanya membuang muka. Entah apa yang terjadi namun ia tidak ingin melihat pemuda yang kini sudah berjongkok di depannya.
Emosi Aera masih bergemuruh jika mengingat hal itu. Tapi ia berusaha sebaik mungkin menahannya walaupun itu sangat sakit dan sesak sekali.

Make It RightNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ