Confused

36 9 11
                                    


Beberapa saat sebelum kejadian.....

Suara air yang mengalir dari kran memecah kesunyian. Lampu yang berwarna kuning dengan aroma citrus menguar ke seisi ruangan. Terdapat sebuah cermin besar berukuran persegi panjang yang terpasang di sana.

Yoongi yang baru tiba ia mencuci tangannya. Ia menunduk sembari menghela napas berat. Kedua tangannya bertumpu di pinggiran wastafel yang masih mengalir. Entah mengapa hatinya tiba – tiba berdesir.

Pemuda itu merasa gugup dengan dirinya sendiri. Beberapa malam yang terlewat hanya ada bayangan itu yang menghantui. Beberapa minggu berlalu namun terasa sesuatu yang aneh. Dengan kecerdasannya dan kemampuannya yang sangat ahli menganalisis situasi, ia berusaha memikirkan beberapa kemungkinan.

Ia ingat benar hari itu ia pernah bertemu Seojun. Tapi dimana. Perasaan yang mengganjal dengan pikiran yang tidak tenang selalu mengusik ke dalam pikirannya. Satu hari sebelum ia bertemu Aera, ia teringat bahwa pemuda itu bermarga Kim. Bagaimana bisa ia bermarga Jeon. Memang ia tidak pernah bertemu secara langsung namun, kebersamaan Seokjin di malam itu membuatnya teringat.

Sebelum pria yang sekarang mendampingi Aera membawa gadis itu kabur, ia melihat Seokjin memberikan sebuah pistol padanya. Walaupun jauh ia bisa membaca ucapan Seokjin dari gerak bibirnya saja.

“Bawalah Aera pergi Jung! Sekarang!” Seokjin memerintahkan Jungkook untuk membawa Aera.

Namun beberapa detik sebelum mereka melarikan diri, Jungkook menoleh kepada kakaknya itu. “Jaga dirimu hyung.”

Yoongi melihat wajah Jungkook saat ia berpesan pada Seokjin. Barulah ia teringat siapa pemuda itu. Saat mereka bertemu di dalam kelas, ia memperhatikan Jungkook karena wajah itu sangat familier dalam ingatannya.

Hari itu semalaman Yoongi seakan di buat tidak bisa tidur. Saat perkenalan nama mereka berubah. Tidak mungkin ia bertanya kepada Taehyung karena adiknya tidak bersamanya hari itu. Malam itu, Tuan Jung hanya memerintah Yoongi ke kediaman Tuan Youn Ji Young dengan membawa beberapa orang.

Sebelum kejadian itu, Tuan Jung sudah menyelidiki akan adanya pemberontakan yang sudah di curigai oleh Tuan Jung dan Tuan Youn. Namun kapan pastinya mereka akan di serang, mereka tidak pernah tahu.

Barulah ingatan itu memaksa Yoongi untuk mencari tahu. Awalnya ia menggunakan cara biasa untuk menerobos identitas Jeon Seojun dan Min Yuri namun usahanya gagal. Tapi Yoongi tidak mati akal. Di antar  ketiga putranya yang memiliki kecerdasan yang sangat istimewa adalah Jung Yoongi lalu Jung Hoseok. Tapi ia juga tidak pernah menganggap remeh Jung Taehyung.

Dalam beberapa hal, membawa Taehyung dalam misi juga membuat peruntungan mereka bertambah. Dengan cara yang lebih rumit namun dengan hasil maksimal ia mencoba untuk mengakses identitas yang sengaja di kunci dengan sistem tingkat tinggi. Butuh lima belas menit untuk dirinya membobol sistem tersebut. Dan dugaannya ternyata benar.

Pria yang ia lihat di malam itu adalah adik Kim Seokjin, Kim Jungkook. Dan gadis yang sedang di lindungi Jungkook adalah Youn Aera. Perasaan Yoongi begitu tenang setelah menemukan hal tersebut. Tak di sangka Seokjin akan membanya ke Gwangju.

Satu hal yang tak pernah luput dari kehendak Tuhan, bahwa mereka di pertemukan di kampus itu. Tuan Jung memerintahkannya untuk mencari Youn Aera. Namun sepertinya, dari jarak jauh Seokjin melindunginya. Gadis yang selama ini masih di incar ternyata masih di dalam negeri.

Ada rasa lega dan juga cemas di waktu bersamaan. Lega karena tugasnya mencari Aera telah selesai namun cemas karena hal lain. Tiba – tiba saja rasa bersalah bergelayut dalam dada. Ia menyukai gadis itu. Gadis yang menjadi tunangan Jung Hoseok. Entah sejak kapan, Aera seakan masuk mengisi hatinya padahal ia dulu mencintai Yoo Ra.

Tapi cinta itu seakan sirna tak bersisa dengan senyum Aera yang banyak menyimpan luka. Yoongi menarik napas berat dan mendongak. Menatap bayangannya dalam cermin yang begitu jernih. Wajahnya yang dingin seakan menyimpan kegusaran yang begitu besar.

Saat ia masih larut dalam kenangan itu, ia mendengar suara langkah kaki yang masuk ke dalam toilet. Dari cermin, ia bisa melihat bayangan yang baru saja datang itu. Sosok itu pun terkejut melihat Yoongi yang ada di sana.

Jung Yoongi.... gumam Seokjin yang melihat Yoongi.

“Lama tidak bertemu, Kim Seokjin.” Jawab Yoongi datang.

“Jadi dugaanku benar. Keluarga Jung yang bersekolah bersama Jungkook adalah kau.” Seokjin kini melangkah mendekati Yoongi.

“Benar. Dan kau tahu tugas rahasiaku kan.” Jawab Yoongi memposisikan dirinya untuk berdiri tegak menatap Seokjin.

“Jadi Jung Hoseok juga ada di sini?” Seokjin lagi – lagi betanya.

Yoongi mengangguk. Lalu keduanya kembali ke dalam pesta. Seokjin tidak begitu khawatir karena akan ada banyak orang yang menjaga Aera. Namun saat ia melihat sosok Aera yang terfokus akan sesuatu, ia melihat adiknya daei sana bersama gadis yang ia sukai dulu. Sikap Hoseok yang seperti itu tanpa sadar menyulut emosi Yoongi.

Bukan hanya Aera yang melihat mereka berciuman tapi juga dirinya. Mungkin Aera tidak merasakan apapun karena ia sama sekali seumur hidup bertemu dengan adiknya Jung Hoseok. Namun tetap saja sikap adiknya itu membuatnya kesal. Bagaimana ia bisa melakukan hal seperti itu di depan mata tunangannya secara terang – terangan.

Hati Yoongi seakan terdorong untuk melindungi Aera. Menebus kesalahan itu dan memeluk Aera secara diam – diam. Yoongi pun juga merasa gugup tapi Yoongi sudah yakin dengan perasaannya. Dalam hatinya hanya terukir nama Youn Aera. Mungkin setelah ini akan terjadi perselisihan di antara keduanya namun ia tidak peduli.

Melihat kecantikan Aera dari dekat membuat Yoongi mengikuti naluri sebagai laki – laki. Akhirnya ia mencium bibir gadis itu dengan perlahan. Sensasi yang luar biasa mengalir dalam dirinya. Tapi ia tidak peduli dengan hal itu. Yang ada hanya bagaimana cara memilikinya.

***

Aera mendekap tubuhnya dan mengusap kedua lengannya pelan. Bayangan barusan berkelebat dalam pikirannya. Ia menghela napas pelan dan hanya bisa mondar – mandir di dalam kamarnya.

Hatinya berdebar. Tanpa sadar wajahnya bersemu merah. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran besarnya. Menatap langit – langit kamar sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Mengingat kejadian hari ini membuatnya malu sekaligus tertekan. Bagaimana ini. Bagaimana jika tunangannya mengetahui hal ini. Mungkin saja ia akan marah. Namun siapa yang tahu.

Aera kini merasa bimbang. Dia tidak pernah mempermainkan perasaan seseorang. Tapi ia juga merasa bersalah akan hal ini. Ia merutuki dirinya sendiri. Betapa bodohnya gadis itu. Begitu larut dalam ucapan Yoongi yang begitu menghipnotis. Aera menarik napas berat dan berbaring miring.

Menjadikan tangan kanannya sebagai bantal dan menatap lampu tidur.

Apa yang harus ku lakukan sekarang...

Padahal besok ia masih harus berangkat kuliah. Wajah yang seperti apa yang harus ia tunjukkan di depan Yoongi. Jelas itu membuatnya kembali bersemu. Ia menendang ranjangnya karena malu. Hal bodoh yang sangat memalukan. Bagaimana ia harus melewati harinya besok.

Aera menggembungkan pipinya lalu menghembuskan napasnya dengan malas. Apa yang terjadi hari ini, jelas di luar kendalinya. Dia menarik selimutnya dan memutuskan untuk menghanyutkan dirinya dalam tidur. Pikirannya sudah penuh dengan Yoongi kali ini.

***

Sang surya sudah mulai menampakkan dirinya. Mentari pagi pertama yang ia nikmati di negaranya sendiri. Kini kedua tangannya sudah menyentuh tirai dan menyibakkannya terbuka.

Sinar yang tipis memasuki ruangan. Pemuda itu sengaja membuka sedikit jendelanya. Menciptakan celah sempit untuk di lewati udara. Sirkulasi udara juga dibutuhkan dalam ruang tersebut.

Pemuda itu duduk di depan layar laptopnya. Rahangnya mengeras begitu mendapatkan sebuah informasi. Jelas tempatnya berada sekarang ini adalah salah sasaran. Mau tak mau untuk melancarkan balas dendamnya ia harus melakukan perjalanan jarak jauh malam ini.

Jika ia menggunakan kendaraan umum, peralatan yang sudah ia siapkan sangat jelas tidak dapat ia bawa. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Sudah lama ia tidak berada di sini. Semuanya tidak tampak berubah. Semuanya masih terawat karena ibunya selalu menyuruh seseorang untuk merawat rumah tersebut.
Selang setengah jam ia baru menemukan sebuah petunjuk. Sesuatu yang akan menuntunnya satu langkah lebih dekat pada tujuannya. Ia menarik jaket kulitnya yang berwarna hitam beserta tas berukuran sedang.

Di dalam sana terdapat berbagai jenis senjata dan keperluan lainnya. Satu pistol ia ambil dan ia letakkan di bawah kursinya. Pemuda itu menyalakan mmesin dan mobil itu melaju dengan mulus.

***

Pria itu memainkan pemotong cerutu di tangannya. Berayun di kursi putarnya di balik meja kerjanya. Ia mendengus kasar kala seseorang masuk ke dalam ruangannya.
“Apa kau berhasil membujuknya? Kata pria itu dengan luka bekas sayatan di pipi kirinya.

Namun Namjoon hanya bisa terdiam dengan tatapan datar. Ia hanya bisa pasrah akan kegagalan yang ia lakukan. Memaksa Park Jung Min tidaklah mudah. Bahkan pemuda itu lebih kejam dari dirinya.

Pria itu beranjak dari kursinya dan menahan tubuh Namjoon dengan tangan kirinya. Namjoon merasa  Sesuatu akan pria itu lakukan terhadap tangan kanannya. Napas pemuda itu naik turun saat melihat benda itu dimainkan oleh majikannya. Sebuah alat pemotong cerutu.

“Kau harus menerima hukuman.” Kata pria itu berbisik di telinga Namjoon.

Deru napas Namjoon semakin memburu. Detak jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Ia memejamkan matanya. Dalam sekejap rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Begitu nyeri dan perih. Satu buku jarinya telah di potong. Rahangnya mengeras karena emosi.

Tapi ia seperti seekor anjing yang di rantai lehernya. Tak mungkin bisa lari sehingga hanya kematian yang akan menjadi jalan terakhir dan menjadi pilihan terbaik. Setelah itu, pria itu melepaskan Namjoon dan menyuruhnya pergi.
Pria itu menenggak minuman beralkohol yang berada di atas mejanya. Memainkan pistol yang berada dalam jubahnya dan menyeringai.

***

Seperti biasa, Aera dan Jungkook pergi bersama – sama. Hari itu begitu aneh bagi Aera. Entah mengapa ia merasa tidak enak badan.

Meraka sedang berada di belakang gedung kelas mereka. Rerumputan hijau tumbuh dengan subur. Aera semakin merasa pening. Padahal sebelumnberangkat ia baik – baik saja. Tapi kali ini wajah Aera menjadi pucat.

“Aera – ya, gwenchanayo?” semburat wajah Jungkook berubah khawatir. Padahal pagi ini ia baik – baik saja. Tapi kenapa ia pucat sekali. Jungkook pun merasa cemas dan segera membantu memapah Aera menuju ruang kesehatan.

“Entahlah. Kepalaku tiba – tiba terasa sakit.” Keringat dingin mulai keluar di sekujur tubuhnya. Bahkan untuk melangkahkan kaki pun terasa berat seakan ada batu besar yang terikat di sana. Perlahan Aera melihat sekelilingnya berputar. Ia pun ambruk dalam dekapan Jungkook.

Seketika itu Jungkook pun langsung panik. Sebelah tangannya menepuk pipi Aera dengan pelan.

“Ya sadarlah Aera!”

Wajah Jungkook yang tadinya cemas kini berubah ketakutan. Pemuda itu mengangkat tubuh gadis itu dengan segera. Ia berjalan melewati koridor sehingga banyak para mahasiswa yang memandangnya. Namun di tengah jalan ia bertemu dengan seseorang yang ia lihat kemarin di pesta.

Pemuda itu ikut menghampiri Jungkook dengan tatapan cemas.
“Apa yang terjadi?”

“Aku tidak tahu.”

Begitu sampai di depan pintu, Hoseok membuka pintu tersebut. Jungkook merebahkan Aera di tempat tidur yang hanya bisa menampung satu orang. Dokter yang bertugas di sana pun segera memeriksa Aera. Ia menyuruh Hoseok dan Jungkook keluar untuk memberinya sedikit ruang dalam pemeriksaan.

Jungkook pun menyibakkan rambutnya frustrasi. Kenapa tiba – tiba saja Aera pingsan. Padahal ia juga sudah sarapan. Pemuda itu pun semakin tak tenang. Namun Hoseok hanya memandangnya dengan tenang. Saat – saat seperti ini, ia memang harus tenang.
Melihat keributan yang terjadi Taehyung menyeret kakaknya yang tertidur di ruang latihan. “HYUNG - AH YURI PINGSAN!” ia memekik begitu mengetahuinya.

Yoongi yang baru memejamkan mata langsung berlari ke ruang kesehatan. Ia mendapati Jungkook dan Hoseok di sana. Hoseok membuang muka saat melihat Yoongi. Namun Yoongi buru – buru mengalihkan pandangannya kepada Jungkook.

“Apa yang terjadi?” Yoongi menepuk bahu Jungkook dimana pemuda itu menghadap pintu.

“Entahlah hyung. Tiba – tiba saja ia pingsan.”
Taehyung, Yoongi, Jungkook dan Hoseok hanya bisa menunggu dari luar. Mereka berharap bahwa gadis itu baik – baik saja. Yoongi menggigit ibu jarinya karena cemas.

Tepat dua puluh menit kemudian dokter itu keluar dari ruangan.
“Bagaimana keadaannya dokter?” tanya Yoongi yang tampak khawatir.

“Dia hanya anemia biasa. Tidak perlu di khawatirkan. Hal ini sangat wajar bagi wanita yang sedang datang bulan. Jadi tak perlu cemas.”

Begitu mendengar diagnosa dokter, mereka pun bernapas lega. Yoongi yang hendak masuk ke dalam di tahan oleh Hoseok.
Tatapan yang di layangkan untuknya sangat tidak bersahabat. Sejak di pesta, keduanya tidak terlibat percakapan seperti biasanya. Keduanya hanya terdiam satu sama lain dengan pandangan dingin. Hoseok pun masuk ke dalam di ikuti Yoongi.

“Jika ingin mengatakan sesuatu, katakan saja.” kata Yoongi dengan entengnya. Seperti biasa ucapannya yang langsung pada intinya membuat Hoseok jengah.

“Hyung – ah, kau tahu dia siapa?” tanya Hoseok pada akhirnya.

“Eoh!, Min yuri. Ada masalah bagimu?” jawabnya dingin.

“Tidak mungkin. Gadis ini Youn Aera.” Hoseok menjawab dengan sakartis.

“Lalu apa ada masalah? Aku tidak peduli dia siapa. Bagiku dia adalah dia.” Yoongi duduk sembari menyilangkan kedua kakinya.
Hoseok mendengus kasar dan beranjak mendekati Aera. Pasti ada satu hal yang bisa menjelaskan ini. Matanya tertuju pada kalung yang dikenakan gadis itu. Satu tangannya menyentuh liontin yang terpasang di sana.

Liontin yang berbentuk oval dengan ukiran di belakangnya. Degup jantungnya semakin tak menentu. Keputusan bodoh yang ia buat membuatnya menyesal. Ternyata dugaannya benar. Di sana tertulis huruf inisial namanya.

“Dugaanku benar. Dia Youn Aera.” Ia menatap Yoongi tajam.

“Dia tunanganmu? Aku tahu itu.” Yoongi berdiri. Pemuda itu melangkah semakin menyapu jarak antara dirinya dan juga adiknya itu. “Bukankah kau memutuskan mencintai Yoo Ra? Kau pikir Aera buta? Dari sana ia melihat semuanya. Bagaimana kau memberikan satu ciuman di bibir Yoo Ra.”

“Apa kau cemburu?” tantang Hoseok. Pertanyaan yang sangat ingin Hoseok tanyakan setelah sekian lama.

“Kita tumbuh bersama. Mustahil jika aku tidak mencintainya. Tapi itu sudah berubah. Aku ingin Aera.”

Jawaban itu seolah membuat dunia Hoseok runtuh. Bukankah harusnya ia senang. Tapi kenapa jawaban itu membuatnya nyeri. Ada apa ini. Apa sebenarnya yang terjadi pada hatinya. Perasaannya seolah berdesir. Ia merasakan lututnya seakan rapuh. Bahkan rahangnya mengeras karena menahan emosi yang bergejolak di dalam dadanya.

Kedua tangannya terkepal. Ia menarik kerah Yoongi seakan ingin memukulnya. Yoongi hanya menyeringai.

“Kenapa kau begitu marah?. Bukankah harusnya kau senang bisa memiliki Yoo Ra? Dengan begitu ia akan bahagia bersamaku.”

“Hyung – ah!” Hoseok berteriak. Matanya memandang Yoongi dengan tajam. “Berhenti menyentuhnya atau berusaha memilikinya. Yoo Ra mencintaimu. Jika aku tidak bisa memiliki hatinya, maka kau juga tidak boleh memiliki Aera yang sudah menjadi tunanganku.”

Setiap ucapan Hoseok terdapat penekanan yang bertujuan untuk mengintimidasi. Tapi Yoongi, ia bersikap seolah ucapan adiknya hanya sebuah gertakan. Yoongi mengambil sesuatu dari balik bajunya. Menodongkan benda itu tepat di perut Hoseok.

Yoongi pun menyeringai. “Kita bukan anak – anak. Bersikaplah dewasa Hoseok – ah!. Jika kau tidak bisa mengambil keputusan, tak ada satu wanitapun yang bisa kau bahagiakan. Justru sebaliknya. Berada di sisimu adalah hal yang menyakitkan.”

“OPPA HENTIKAN!” Dengan susah payah Aera menarik kesadarannya. Tak ada satu kata pun yang terlewat. Telinganya masih berfungsi dengan baik. Air mata mengalir membasahi pipi. Hatinya begitu sesak dan nyeri sekarang. Selama beberapa tahun ia menunggu bertemu tunangannya. Tapi apa yang barusan ia dengar seolah menyayat hatinya. Begitu ngilu dan perih.

Penantiannya seakan sia – sia. Dalam setiap doanya, meskipun kecil, ia berharap bahwa tunangannya begitu mencintainya sehingga memutuskan untuk membangun sebuah ikatan dengannya.

Tapi semua seolah cermin yang kian retak secara perlahan. Hatinya seakan remuk mendengar itu. Terlebih ingatannya tertarik saat Hoseok mencium Yoo Ra. Wanita lain yang hadir sebelum suatu hubungan di mulai.

“Jika kau mencintai Yoo Ra, kenapa kau harus bertunangan denganku Jung Hoseok. Bahkan selama ini aku selalu berharap bahwa ketakutanku adalah salah. Tapi seakan aku baru saja mengalami mimpi buruk. Ku pikir...” aera mulai terisak. Tiba – tiba ia teringat akan kedua orang tuanya. Apakah mereka kecewa sekarang. Apakah mereka juga turut bersedih.

Mengapa kehidupannya seakan di permainkan. “Apakah dunia kalian seperti ini? Seperti duniaku yang hanya penuh dengan lumuran darah.”

Ternyata tidak ada cinta yang tulus di dunia ini.... batin Aera seakan menjerit. Tenggelam dalam palung yang paling dalam tanpa oksigen di sana. Nyeri, sesak dan kecewa bercampur menjadi satu menjadi sebuah kepedihan.

“Aera, kau baik - baik saja?”

Sontak Hoseok dan Yoongi mengalihkan pandangannya pada Jungkook. Kedua mata Jungkook membulat sempurna saat melihat Yoongi memegang sebuah senjata. Taehyung pun terbelalak melihat kekacauan ini.

“Kalian, apa yang terjadi?” Taehyung berusaha memahami situasi. Melihat kedua kakaknya yang saling mengintimidasi membuatnya takut. Separahnya mereka bertengkar, tapi tidak sampai separah ini. Bahkan wajah keduanya terlihat sangat serius. Ia menelan salivanya kasar. Lidahnya terasa kelu.

Namun perlahan semuanya menjadi gelap. Aera merasakan napasnya semakin sesak. Dunia seakan meninggalkannya. Sedetik kemudian, ia pun pingsan. Tubuh gadis itu hendak terjatuh dan membentur lantai. Namun Yoongi berlari lebih cepat sehingga tubuh Aera menindih tubuhnya.

“Hyung – ah!” Taehyung mendekat dan berusaha membantu.

Tapi Hoseok menghentikan tangan Taehyung. Dengan sigap ia mengangkat tubuh Aera yang terkulai lemas kembali ke tempat semula. Gadis itu mengalami syok berat karena pikiran buruknya menjadi kenyataan. Hoseok pun semakin bimbang akan yang terjadi pada dirinya. Ia tidak menyangka Aera berpikir sejauh itu. Masih berpikir baik akan dirinya. Tapi ya Tuhan, apa yang baru saja ia lakukan. Ia menjadi pemuda paling jahat sekarang.

Taehyung membantu Yoongi untuk bangun. Langkah Jungkook terhuyung lemas. Kenapa kejadiannya semakin serumit ini. Tangan kanannya meraih pistol milik Yoongi. Sebuah revolver untuk penembak jitu. Sangat mirip dengan milik Seokjin yang selalu ia gunakan kemanapun. Hanya serinya saja yang berbeda.






Kira kira beginilah mereka klo jadi mafia yah...

Kira kira beginilah mereka klo jadi mafia yah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mas Yoon emang yang selalu bikin oleng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mas Yoon emang yang selalu bikin oleng...
Aera kan jadi sulit menentukan....😃😃😃
But happy reading guys

Make It RightWhere stories live. Discover now