Hurt part 1

37 10 28
                                    


Aera pulang dengan terhuyung lemas. Kejadian hari ini membuatnya sulit berpikir jernih. Setiap perkataan Hoseok terngiang dalam telinganya. Hatinya serasa remuk dan hancur. Ibarat sebuah kaca yang telah pecah, mustahil untuk di rangkai kembali.

Dengan bantuan Jungkook ia tiba di kamarnya. Kembali dalam ruang yang putih dan senyap. Dimana keheningan menyelimuti. Aera duduk di sisi ranjang tepat di depan cermin yang besar. Tingginya hampir setinggi tubuh Jungkook. Tatapannya masih kosong.

Jungkook mengusap bahu Aera perlahan. “Beristirahatlah. Semua baik – baik saja. Lupakan apa yang terjadi hari ini, Aera – ya.” Dengan penuh perhatian ia berusaha meyakinkan Aera yang terdiam.

Seulas senyum tipis mengembang dari ke dua sudut bibirnya. “Oppa, kapan kau akan mengajari cara menembak?”

“Setelah kondisimu pulih.” Potong Seokjin yang bersandar di pintu dengan kedua tangan terlipat. Perlahan pemuda itu melangkah mendekati Aera. Ia berlutut di hadapan Aera dengan khawatir. “Apa yang terjadi padamu hari ini?”

Jelas Aera sedang dalam kondisi yang tidak baik. Wajahnya yang pucat juga tubuhnya yang lemas, tidak mampu menutupi kondisinya sekarang.

“Dia pingsan hyung. Anemia. Terlebih lagi ini adalah bulannya.” Meski Jungkook tidak menjelaskan secara eksplisit namun Seokjin memahaminya.

Seokjin hanya mengangguk. Aera masih tertunduk dengan mata terpejam. Tubuhnya terasa lemas sekali dan sakit di bagian perut. Wajahnya yang terlihat kesakitan membuat mereka merasa iba. Sehingga Seokjin tidaak ingin memperpanjang ini.

Yang Aera butuh kan saat ini adalah beristirahat. Mungkin dengan istirahat sejenak, kondisinya akan membaik. Seokjin membantu gadis itu untuk berbaring. Memposisikan kakinya agar lurus simetris, sehingga peredaran darah akan kembali lancar. Pelajaran dasar yang ia pelajari saat ikut menjadi tim palang merah sepertinya berguna sekarang.

Jungkook membantu kakanya untuk menarik selimut Aera agar gadis itu tidak kedinginan.

“Setelah kau bangun, akan ku buatkan sup rumput laut untukmu.” Seokjin tersenyum kepada Aera.

Aera benar – benar merasakan bagaimana di lindungi oleh seseorang. Pengawalnya yang menjaganya seakan menjadi sosok seorang kakak baginya. “Gomawo oppa” gadis itu tersenyum.
Jungkook keluar ruangan lebih dulu dengan langkah limbung. Setelah itu di susul oleh Seokjin.

“Apa yang terjadi hari ini, biarlah Aera yang akan menyelesaikannya sendiri. Akan lebih baik jika kita tidak ikut campur.” Ucapan Seokjin terdengar bijak di telinga Jungkook.

“Aku mengerti. Mungkin ini akan menjadi sulit. Tapi...” Jungkook menghela napas berat. Ia tidak tahu bagaimana harus berkata. Seolah kata – katanya sudah habis untuk di ucapkan.

Seokjin menepuk pundak Jungkook pelan. “Aku sudah lama hidup bersamamu Jungkook – ah. Sorot matamu tidak bisa menipuku. Aku tahu kau menyukainya.”

“Tapi dia tidak mencintaiku.”

“Bahkan ada orang lain yang mencintainya yaitu Yoongi. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Hoseok sebagai tunangannya. Tapi yang jelas, biarkan Aera sendiri yang memutuskan. Kau tahu kan ini masalah hati. Masalah perasaan yang tulus.”

Jungkook terkekeh dengan kakaknya yang satu ini. “Terkadang jika mengenai hati, setiap ucapanmu terdengar bijaksana hyung.”

“Haish.... itu karena aku lebih lama hidup darimu. Segala macam perasaan seseorang aku sudah mengetahuinya.” Ucap Seokjin dengan tertawa.

“Apa kau punya banyak gadis? Apa kau sedang menjadi play boy sekarang?”

“Aku lebih suka di panggil worldwide handsome man.” Seokjin dengan bangganya memuji dirinya sendiri.

Make It RightWhere stories live. Discover now