Chapter 18

2.1K 294 61
                                    

"Irene?!! Lo kenapa?!" Wendy berseru khawatir begitu melihat kondisi Irene di depan pintu apartemennya. Mata Irene yang biasanya sangat indah kini memerah dan bengkak, juga ada bekas air mata yang mengering di sekitar pipinya, bibirnya pucat dan rambutnya kusut. Sangat berantakan. Itulah dua kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Irene saat ini.

"Wendy.." Irene terisak, dia memeluk sahabatnya itu dengan erat. Ditumpahkan segala kesakitannya melalui tangisan itu. Wendy yang kebingungan dengan kondisi gadis itu hanya mampu mengelus punggung Irene dengan lembut.

"Ayo masuk dulu, Rene."

Wendy merangkul sahabatnya itu dan membawanya masuk ke dalam apartemennya. Dia mendudukkan Irene di sofa dan meninggalkannya sejenak untuk mengambilkan air. Wanita itu membiarkan sahabatnya menenangkan dirinya dahulu.

Selepas kepergian Seulgi, gadis itu terus menangis. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk mengurangi rasa sakit di dadanya. Dia benar-benar hancur, Seulgi meremukkannya hingga tak bersisa dan tetap sendiri dalam kondisinya yang seperti itu bukanlah keputusan yang tepat. Jadi dia memutuskan untuk pergi dan menemui Wendy, setidaknya dengan bersama wanita itu, Irene bisa menghindari dirinya melakukan hal-hal buruk yang sempat terpikirkan olehnya untuk dilakukan.

"Lo kenapa, Rene?" tanya Wendy melembut. Dia sudah melihat sahabatnya itu lebih tenang jadi dia memutuskan untuk mulai mengajaknya berbicara.

"Gara-gara pacar baru lo itu ya?" tanyanya dan diangguki oleh Irene dengan lemah.

"Gue bahkan belum ketemu sama dia tapi dia udah bikin lo berantakan kayak gini, dia ngapain lo Rene?" nada marah mulai muncul dari ucapan wanita itu. Dia benar-benar akan menghajar kekasih gadis itu jika ia sampai melakukan hal buruk pada sahabatnya.

Irene menatap Wendy untuk beberapa detik, sebelum ia menceritakan semuanya. Tentang Seulgi, tentang apa yang ia dan kakak tirinya lakukan dan tentang pengakuan wanita itu. Tidak ada satu pun yang Irene lewatkan untuk ia ceritakan pada Wendy.

Persetan jika sekarang Wendy akan memandangnya seperti gadis murahan, karena memang sudah seperti itu dirinya sekarang. Dia memberikan segalanya pada Seulgi tanpa ia tahu itu semua hanya bualan. Hanya pertaruhan. Dia merasa harga dirinya telah rusak diinjak-injak oleh Seulgi juga Sunmi.

"Bangsat! Lo tunggu di sini. Biar gue abisin dia." Wendy sudah berdiri dengan kedua tangan yang terkepal. Dia tidak lagi ingin menghajar Seulgi tapi sekarang dia lebih ingin membunuh wanita itu.

Irene langsung meraih lengan Wendy untuk menahannya. "Nggak Wen, jangan. Gue tau siapa Seulgi, lo niat ngehajar dia, yang ada lo yang abis di tangan dia."

Ya, Irene memang tidak lagi tahu bagaimana Seulgi yang sebenarnya namun satu hal yang ia tahu, Wanita monolid itu tidak akan membiarkan dirinya kalah dalam sebuah perkelahian. Seulgi punya dasar bela diri tapi Wendy, wanita itu jarang berkelahi, dia tidak bisa mengalahkan Seulgi jika hanya mengandalkan amarahnya saja.

Seulgi bukanlah lawan yang sepadan untuknya.

"Kalo gitu kita proses jalur hukum." Wendy kembali duduk, tangannya meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja kopi. Dia punya banyak kenalan aparat hukum, dia yakin mereka bisa memenjarakan Seulgi dengan mudah.

Tapi Irene justru mendengus geli. Gadis itu menaikan kedua kakinya ke atas sofa lalu memeluknya, dia meringkuk di hadapan Wendy sambil menyandarkan kepalanya dan menghela nafas panjang. Wendy mengerutkan dahi pada tingkah Irene, sahabatnya itu terlihat seperti tidak memiliki dorongan untuk membalas perbuatan wanita brengsek itu.

"Lo tau Kang Enterprise?" tanya Irene tiba-tiba. Wendy mengangguk, siapa yang tidak tahu perusahan besar berskala internasional itu. Dan sebagai seorang pengacara, wanita itu sering mendengarnya, dan dari banyak berita yang ia dengar hampir semua tuntutan yang dilayangkan pada perusahaan itu maupun ke pemimpinnya tidak pernah ada yang berhasil lolos sampai ke persidangan, seakan kasusnya menguap begitu saja, hilang bersamaan dengan kabar si penuntut.

CRUEL INTENTIONS ✔Where stories live. Discover now