Chapter 5

3.4K 351 21
                                    

Chapter 4 memang sengaja nggak Dire-publish ya, tapi tidak akan memengaruhi cerita kok :)



Please enjoy yorobummmm~










"Kak Sunmiiii" panggilan melengking Jisoo membuat Sunmi yang sedang bersantai sambil membaca majalah mendesah kesal. Ia ingin menikmati waktu senggangnya dengan damai, namun dengan kehadiran Jisoo maka ia tidak akan mendapat ketenangan itu. Jisoo terlalu berisik baginya. Tapi ia teringat bahwa di depan gadis itu dirinya harus menjadi sosok malaikat, jadi ia melupakan rasa kesalnya dan mengubah ekspresinya dalam waktu seperkian detik.

"Hai sayang" Ia balik menyapa lalu menepuk bagian sofa yang kosong di sebelahnya. Dirinya mengisyaratkan gadis muda itu untuk mendudukinya.

"Kenapa baju kamu basah?" tanyanya ketika menyadari baju yang Jisoo kenakan ada banyak bekas jejak air.

"Iya.. kecipratan air karena aku habis menemani Seulgi mandi" jawab Jisoo. "Seulgi bilang dia tidak bisa menggosok punggungnya karena tangannya tidak sampai, jadi aku bantu." tambahnya. Mendengar hal itu Sunmi pun berusaha menahan tawanya. Itu pasti hanya akal-akalan Seulgi karena setau dia, adik tirinya itu punya scrub khusus untuk membersihkan punggung di kamar mandinya.

"Thank you Jichu" ucap Seulgi saat menyusul gadis itu ke ruang televisi. Dia menggusak rambut si gadis muda sambil memberikan kedipan penuh arti pada Sunmi.

Benarkan apa yang dipikirkannya?

Seulgi pun duduk di sofa single. Dia menyalakan televisi lalu mengangkat kakinya ke atas meja dan menikmati siaran yang ditayangkan di layar datar itu.

"Seulgi, kata Mami tidak boleh meletakan kaki diatas meja. Itu tidak sopan" tegur Jisoo.

Seulgi menoleh dan tersenyum manis. "Tidak sopan kalau sedang ada tamu, kalau hanya ada anggota keluarga saja itu tidak apa-apa." balasnya lalu kembali menikmati tontonannya. Jisoo mengernyitkan dahi, dia beralih pada Sunmi dengan tatapan bingung.

"Benar yang Seulgi bilang kak?" tanyanya.

Sunmi mengangguk sambil mengelus rambut Jisoo.

"Benar kok, kakak juga sering lakuin itu tapi kalau hanya ada Seulgi di rumah." Jawabnya dan seperti biasa Jisoo segera percaya. Si Monolid menoleh ke arah dua perempuan itu dan menggelengkan kepalanya. Dia mendengus geli melihat kepolosan Jisoo.

Sunmi akhirnya kembali membaca majalahnya bersama dengan Jisoo. Sesekali ia akan menjelaskan hal yang ditanyakan oleh gadis itu. Satu alasan mengapa Jisoo tidak menyadari bahwa dirinya sedang dipermainkan, itu karena baik Sunmi maupun Seulgi sangat pintar bermain peran. Jika hanya memerhatikan secara sekilas dua kakak beradik itu terlihat sangat menyayangi Jisoo, mereka tidak lelah menjawab setiap pertanyaan yang diajukan si gadis dan di saat-saat tertentu penjelasan mereka berada di konteks yang benar. Tapi sayangnya, niat jahat mereka terlalu besar untuk gadis lugu itu.

"Ini kan Kak Irene" tunjuk Jisoo pada foto seorang gadis cantik yang ada di salah satu halaman.

"Jisoo kenal?" Sunmi bertanya yang langsung diangguki dengan cepat oleh gadis di sampingnya.

"Kak Irene itu anaknya teman Papi. Dia sering berkunjung ke rumah kalau tidak sibuk. Dia sangat baik padaku, seperti kak Sunmi dan Seulgi" jelasnya tanpa mengalihkan pandangan pada halaman majalah tersebut. Tanpa ia sadari, penuturannya itu membuat Seulgi dan Sunmi harus berusaha sekuat tenaga menahan tawa mereka agar tidak meledak saat itu juga.

Baik seperti Sunmi dan Seulgi? pfffft

"Kak.. aku mengantuk" Jisoo menguap. Ia menatap wanita yang lebih tua darinya itu dengan matanya yang sudah sayu. Sunmi melihat jam dinding yang menunjuk ke angka satu, memang sudah masuk jam tidur siang gadis itu, pikirnya.

"Tidur di pangkuan kakak sini" Ia menepuk-nepuk pahanya dan membuat Jisoo tersenyum senang. Tanpa banyak kata dia segera merebahkan kepalanya di paha Sunmi dan mengangkat kakinya ke atas sofa. Sapuan lembut tangan Sunmi di kepalanya dan suhu ruangan yang sejuk membuat mata Jisoo mulai berat hingga akhirnya menutup sempurna.

Seulgi melirik Jisoo yang dengan cepat terlelap dengan posisi seperti itu. Dia menurunkan kakinya dari atas meja lalu memundurkan tubuhnya ke belakang. Ia merentangkan tangannya pada Sunmi untuk merebut majalah yang sedang dibaca gadis itu. Sang kakak tiri mendecak sebal tapi tidak berniat untuk mempermasalahkannya karena menegur Seulgi untuk hal sopan santun adalah pekerjaan sia-sia.

"Ini cewek yang kalian omongin tadi?" tanya Seulgi saat melihat foto gadis yang sempat menjadi bahan perbincangan mereka.

"Iya" jawab Sunmi singkat. Kini dia yang beralih menonton tv, membiarkan Seulgi membaca majalahnya. Kapan lagi kan melihat seorang Kang Seulgi mau membaca sesuatu selain majalah porno.

"Gila! Hahahaha"

Sunmi menatap heran ke arah Seulgi yang tiba-tiba tertawa sendiri saat membaca majalahnya. Seingatnya tidak ada hal yang lucu di dalamnya karena isinya hanya hasil interview seorang Irene Bae, model pendatang baru yang terkenal karena paras cantik bak dewi Aphrodite, itu yang tertulis di sana.

"Lo kenapa?" tanyanya bingung.

"Ini hahaha" Seulgi terus tertawa sambil menunjuk-nunjuk satu bagian pada majalah itu.

"Apa sih?" Sunmi dibuat semakin penasaran. Dia ingin mendekati Seulgi tapi ada Jisoo yang tertidur di pangkuannya. Bahkan dengan tawa berisik Seulgi, gadis muda itu tidak terganggu sama sekali. Sepertinya ia telalu sering bermain dengan si Monolid hingga tertular kebiasaan hibernasinya itu.

"Ini cewek, masa dia bilang kalau dia nggak suka dengan kehidupan serba bebas yang sekarang dilakukan oleh para remaja. Dia berpikir kalau itu sama aja dengan menentang aturan Tuhan." beritahu Seulgi masih dengan tawa gelinya.

"Emangnya ada yang salah?" Sunmi kembali bertanya. Dia juga sudah membaca bagian itu, tapi dia tidak mempermasalahkannya seperti Seulgi.

Yang lebih muda terkekeh pelan. "Kedengeran munafik nggak sih menurut lo? Liat aja nanti, kalau dia udah nemuin sosok yang bisa bikin dia bertekuk lutut, pasti apa aja yang diminta orang itu bakal dikasih. Bahkan tubuhnya juga bakal rela dia obral kalau udah cinta. Dia ngomong kayak gini karena belum nemu sosok yang tepat aja, yang bisa munculin sisi murahannya dia." jelasnya dengan mata yang masih menatap lekat pada tulisan yang menjadi sumber tawanya itu.

"Kenapa nggak lo aja yang nyoba buat jadi sosok itu? Untuk buktiin apa dia sesuci omongannya." kata-kata Sunmi berhasil membuat kekehan Seulgi lenyap. Dia memandang Sunmi dengan tatapan aneh.

Sejurus, dia paham dengan arti dari kata-kata itu. Ia menutup majalah tersebut lalu melemparnya ke meja kopi. Kini fokusnya berpindah pada sang kakak tiri.

"Apa taruhannya?" tanyanya, menantang.

Sudut bibir Sunmi tertarik ke atas. Balik menantang.

"Kalo lo kalah, mobil kesayangan lo itu jadi punya gue."

Seulgi terdiam sejenak. Sunmi sering mengajaknya bertaruh namun ini kali pertama ia meminta mobilnya sebagai hadiah. Jika dia serius, maka hadiah dari Sunmi pasti sesuatu yang lebih besar dari kendaraan miliknya tersebut.

"Terus kalo gue yang menang?" Ia menaikan satu alisnya, menunggu jawaban Sunmi. Dirinya dapat melihat kilatan menggoda juga kepercayaan diri dari mata gadis itu.

"I'll give you something you've been obsessing about ever since our parents got married"

Seulgi tersenyum lebar.

"Deal!" setujunya. Dia bersumpah tidak akan kalah dalam pertaruhan ini.





TBC



























Jadi ya gengs.. semalem itu kan aku mau update kayak biasa, sekitar jam setengah 12

Terus pas aku mau ambil minum, eh printer di rumah aku nyala sendiri doong wkwkwk

Laptop gapake aku shutdown langsung aku tutup gitu aja dan aku tinggal tidur. Gajadi update.

Panique 😂

CRUEL INTENTIONS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang