Chapter 23

3.3K 334 73
                                    

Please enjoy yorobuuumm~


















Sunmi melangkah angkuh melewati koridor kampusnya lalu memasuki toilet wanita yang sepi. Dia membuka setiap bilik yang tertutup untuk memastikan bahwa ruangan itu benar-benar kosong sebelum beralih ke wastafel dan menatap wajahnya lewat cermin besar di sana.

Tanpa ingin membuang waktu dan khawatir akan ada seseorang yang datang, Sunmi langsung meraih bandul kalung berbentuk lumba-lumba yang tergantung manis di lehernya. Dia memutar ekor si 'lumba-lumba' dan melepasnya, memperlihatkan batang besi tipis dengan ceruk kecil di ujungnya yang menyatu dengan ekor liontin. Dia menyendok bubuk putih yang tersembunyi di dalam badan si 'lumba-lumba' lalu mengarahkan ke lubang hidungnya. Ia mengambil nafas dalam-dalam untuk menghirup bubuk yang ada di atas sendok tersebut sampai habis. Wanita itu memejamkan matanya dalam kedamaian sambil menikmati sensasi yang terjadi di dalam tubuhnya.

"Feels good?"

Sunmi membuka matanya dengan tatapan horror. Dia menoleh dan mendapati Irene berdiri di depan pintu masuk sambil melipat tangannya di dada.

"What are you fucking doing here?" desisnya.

Irene tidak langsung menjawab. Dia justru menghampiri Sunmi dan ikut berdiri di depan wastafel, membuka keran lalu mencuci tangannya. Tidak terpengaruh dengan tatapan tajam Sunmi lewat kaca besar di depannya.

"Apa lo pernah baca Jurnal milik Seulgi?" Irene bertanya sambil mengambil tissue dan mengeringkan tangannya.

Sunmi mendecih lalu bersedekap, "Nggak pernah dan nggak tertarik. Gue yakin isinya cuma hal-hal porno karena nggak ada hal menarik di hidup cewek cengeng itu selain seks."

"Well, lo nggak sepenuhnya salah. She loved sex so much" Irene mengangguk pelan. Lalu dia mengangkat kepalanya, menatap Sunmi dan memberikan senyum simpulnya. "Same as you, right?"

"Itu yang dia tulis?" Sunmi bertanya, ia mencoba menyembunyikan kepanikannya dengan memasang wajah datar.

Irene mengangguk mengiyakan.

"Dan gue rasa lo memaklumi hal itu, atau lo memang suka menjadi objek seksnya dia?" Sunmi memberikan senyum liciknya. Ia mencoba membalik keadaan dan menyerang gadis di depannya itu.

Irene mendengus geli dan menjawab. "Setidaknya dia tidak pernah berusaha menutupi jati dirinya di hadapan publik. Dia hanya memasang topeng malaikatnya pada orang-orang tertentu."

Sunmi tertawa kecil. Dia melangkah lebih dekat pada Irene. Mata tajamnya menatap benci pada Irene. "Seulgi benar. Lo itu bodoh dan juga naif. Lo itu nggak tau tentang kehidupan sosial."

"Perlu lo tau, di mata publik bukanlah suatu hal buruk untuk orang seperti Seulgi meniduri banyak wanita lalu meninggalkan mereka begitu saja, dan ketika mereka membuat keributan tentang perilaku anak-anak 'sendok emas' sepertinya, orang-orang justru akan menyalahkan si wanita dan melabelinya dengan banyak hinaan. Tapi saat gue dan juga orang lain melakukan hal yang sama seperti yang Seulgi lakukan, apakah publik juga akan membela kami?"

"Semua topeng ini gue pakai karena publik memiliki standar ganda pada strata sosial orang-orang. Konglomerat dan Seks adalah idaman. Lalu bagaimana dengan si Jelata dan Seks? Kami hanya punya dua pilihan, murahan atau pelacur. Lo pikir gue senang berpura-pura menjadi seorang wanita suci yang mengharamkan alkohol, seks dan juga obat-obatan di saat hanya ketiga hal itu yang membuat gue bisa hidup sampai detik ini! I want to fucking kill myself every damn day, Bae Irene!! And your perfect lives will never understand!!" maki Sunmi. Dadanya naik turun menandakan emosinya tengah meluap. Ia tidak akan tinggal diam saat orang seperti Irene menghina dirinya di saat mereka tidak tahu apa-apa dengan hal yang harus ia lewati setiap harinya.

CRUEL INTENTIONS ✔Where stories live. Discover now