"Gue selalu lupa nanyain suatu hal sama lo." pikir Sakya dan menjentikkan jarinya.

"Mana? Mana handphone lo?" tanya Sakya dan mengisyaratkan agar Mozza memberikan ponselnya.

"Buat apa?" tanya Mozza sambil mengerutkan keningnya.

Percakapan mereka terjeda ketika waiters Dateng sambil menaruh pesanan mereka di meja.

Mozza dan Sakya tidak lupa mengatakan terima kasih pada waiter tersebut, dan waiters itu pergi ketika menyelesaikan pekerjaannya.

"Mana handphone lo? Gue mau minta nomor handphone lo." jelas Sakya dan mengambil ponselnya didalam tas selempangnya.

"Mozza gak punya." ujar Mozza dan mengaduk minumannya menggunakan sedotan.

"Hah? Serius lo!" Sakya melototkan matanya tidak percaya dengan ucapan Mozza.

"Iya Mozza serius, buat apa juga Mozza bohong." ujar Mozza dan melipat tangannya diatas meja.

"Gila! Zaman sekarang masih ada orang yang gak punya handphone terutama buat anak sebaya lo." Sakya menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Mozza juga enggak butuh dengan handphone," ucap Mozza dan menatap Sakya.

"Anak SD aja punya handphone, masa lo gak punya?" Sakya menatap Mozza dengan terkejut.

"Emang harus punya handphone?" tanya Mozza dan diangguki Sakya.

"Yah harus, kalo lo ada apa-apa dijalan bisa hubungi orang." jelas Sakya dan diangguki Mozza.

"Sebenarnya ibu mau beliin handphone buat Mozza, cuman Mozza gak tega pasti itu mahal." ujarnya dan menundukkan kepalanya.

"Lo tunggu sebentar disini!" Sakya pergi meninggalkan cafe dan Mozza.

"Eh, Sakya mau kemana!" teriak Mozza yang menatap kepergian Sakya.

Mozza menghembuskan nafasnya dan memilih melihat-lihat sekeliling cafe, sesekali dia menyeruput minumannya.

Ia melihat keluar jendela menatap kendaraan yang terjebak macet, Mozza memainkan jari-jemarinya ketika Sakya tidak kunjung datang.

"Eh sorry lama." Sakya langsung duduk ditempatnya kembali.

"Kenapa lama banget, emangnya Sakya habis kemana?" tanya Mozza sambil menatap Sakya kesal.

"Hehe, iya-iya maaf nih hadiah buat lo." balas Sakya dan menyodorkan paper bag yang berisikan ponsel.

"Sakya ngapain beli ini?" tanya Mozza dan menatap kotak ponsel tersebut.

"Buat lo, supaya kita bisa kontakan." ujarnya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Ih, ini pasti mahal!" Mozza meletakkan kotak ponsel tersebut.

"Gak yaelah cuman 10 ribu doang," yakin Sakya agar membuat Mozza percaya.

"Bohong!" tekan Mozza sambil menatap wajah Sakya.

"Enggak, gue gak bohong!" Sakya menggelengkan kepalanya, Mozza menganggukkan kepalanya mempercayai ucapan Sakya.

"Yaudah nanti Mozza ganti." ujar Mozza lagi dan Sakya membekap mulut Mozza membuat cewek itu diam.

"Mending lo diem, kita buka nih handphone." Sakya membuka kotak ponsel tersebut yang terdapat logo apel tergigit dan keluaran terbaru.

"Nah kita sekarang liat kameranya, sini gue potoin." ujar Sakya dan bersiap-siap memotret Mozza.

"Ih, Mozza belum siap tau!" kesal Mozza dan mengerucutkan bibirnya.

"Tapi bagus kok liat nih." Sakya memperlihatkan hasil fotonya pada Mozza.

"Nah, sekarang gue gak bingung lagi buat ngehubungi lo." Sakya tersenyum senang.

"Makasih Sakya, Mozza pasti bakal ganti uang 10 ribunya kok." ujar Mozza dan tersenyum.

"Gausah kali cuman 10 ribu doang gue juga punya!" tolak Sakya dan digelengi Mozza.

"Gak ah, Sakya pasti kekurangan uang nanti walaupun 10 ribu." ujar Mozza dan menyeruput minumannya.

"Apaan cuman 10 ribu doang gue punya." Sakya menggelengkan kepalanya.

"Gak pokoknya Mozza tetap bakal ganti." Mozza melipatkan tangannya didada sambil memasang tampang songong.

"Nih anak batu banget dibilangin, yaudah iya terserah lo mau ganti berapa." kesal Sakya dan memasang wajah jutek.

"Gitu dong Mozza kan jadi sayang, makasih Sakya." Mozza memeluk Sakya dengan erat dan Sakya juga membalas pelukan Mozza.

*****

Jangan lupa menekan tombol bintang, jika kalian pembaca yang baik. Makasih.

See you.
_
~naylechy.

Min, 1 okt 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now