04.rusak

142K 21K 1.7K
                                    

"Assalamualaikum ibu." Mozza menghampiri ibunya dan mecium tangan sang ibu.

"Wa'alaikumsalam nak kamu mau makan?" tanya ibu Mozza bernama Rena pada anaknya sambil membolak-balikkan gorengan yang dimasaknya.

"Nanti aja Bu, sini biar aku bantu." Mozza mengambil  sendok menggoreng dan mulai memasukkan pisang kedalam kuali.

"Ibu hari ini jualannya lumayankan?"

"Alhamdulillah"

"Tadi gimana sekolahnya bagus gak?" tanya Rena menduduki bangku yang disediakan untuk pelanggan.

"Bagus Bu, aku juga tadi dapat teman mereka baik banget sama aku." bohong Mozza.

"Oh ya, bagus dong."

"Ibu aku mau kedalam dulu mau ganti baju." ujarnya dan mematikan kompor.

Ia masuk kedalam rumah sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

Memasuki kamar miliknya dan bergegas mengganti baju untuk kembali membantu ibunya berjualan.

Mozza memandang bingkai foto keluarganya, dan menatap ayahnya yang sudah tidak bisa ia lihat lagi.

Dan dia bangkit dari duduknya ketika ibunya memanggil dirinya.

"Iya Bu ada apa?"

"Tolong kamu layanin pelanggan disana." Rena sedang menuangkan air panas kedalam gelas.

"Iya Bu." Mozza bergegas menuju meja yang dimaksud ibunya, matanya melotot ketika melihat siapa pelanggannya.

"Kalian?" Mozza menunjuk orang didepannya.

"Kalian ngapain disini?" Mozza melihat mereka satu persatu.

"Ya mau makan masa mau mancing!" ujar cowok yang selalu membawa headphonenya.

"Oh yaudah kalian mau pesan apa?"

"Gorengan aja sama es teh manis 6." ujar cowok berambut gondrong sambil tersenyum.

"Yaudah aku ambil dulu ya." Mozza pergi dan mengambil gorengan yang berada di steling makanan.

Dan kembali ke meja cowok-cowok itu sambil membawa gorengan dan ibunya membawa es teh manis.

"Kalian sekolah di Medani juga?" tanya Bu Rena kepada enam cowok itu.

"Iya Bu." jawab cowok yang memakai kalung.

"Berarti sama dong kayak anak ibu dia baru aja masuk disana." ujar Rena lagi.

"Iya kami satu kelas Bu," ucap cowok yang memakai Hoodie.

"Berarti temenan dong sama Mozza?" tanya Rena lagi pada mereka.

"Gak tau Bu." ujar mereka serempak.

"Oh belum kenal ya, yaudah Mozza sini ini teman sekelas kamu kan duduk sini biar kalian bisa kenal." ujar Rena dan mendorong Mozza untuk duduk.

"Eh ibu aku mau beli keperluan buat warung."

"Udah gausah, biar ibu aja kamu disini aja," ucap Rena dan pergi dengan senyum di bibirnya.

Mozza menatap mereka dengan canggung sambil menundukkan kepalanya.

"Lo baru pindah disini?" tanya cowok berambut gondrong sambil memakan pisang goreng ditangannya.

"Iya." jawab Mozza.

"Pantesan baru liat nih Warkop ternyata baru buka." ujar cowok yang memakai Hoodie sambil manggut-manggut kepala.

"Iya baru 2 hari yang lalu buka." Mozza meremas jari-jari nya dibawah meja.

"Yaudah kami bakal sering main disini." ujar cowok memakai kacamata.

"Hah." Mozza terkejut dengan ucapan cowok berkacamata itu, apa tidak salah dengar berarti mereka pasti sering jumpa dong.

"Kenapa? gak boleh?" tanya cowok yang memakai kalung.

"Hah, ya boleh kok bagus-bagus." ujar Mozza sambil mengacungkan jempolnya dan kembali menurunkan jempolnya ketika dia ditatap aneh oleh mereka.

Tiba-tiba terdengar suara gaduh didepan gerbang rumah Mozza, mereka menatap kearah luar dan ternyata.

"Woy ternyata anak Medani disini semua nih." ujar cowok memakai bandana di gang sempit tadi.

'mati kita bisa hancur nih warkop' batin Mozza mulai was-was ketika anak sekolah sebelah datang ke Warkop miliknya sambil membawa senjata mereka.

"Ngapain lo disini?" tanya Ziedan pada cowok yang memakai bandana mungkin dia ketuanya.

"Santai lah gue disini mau ngopi." ujarnya sambil tertawa.

"Mending lo pergi dari pada nanti bikin rusuh." ujar cowok yang selalu membawa headphone.

"Enggak bisa gitu dong bre, gue manusia gue juga butuh makan emang lo doang yang bisa makan gue juga bisa," ucapnya dan memakan gorengan dimeja milik Ziedan dkk. wah nyari mati nih orang...

"Lo mending pergi dari sini sekarang juga," tekan cowok berkacamata yang sudah mencampakkan komik miliknya ke meja.

"Apa hak lo ngusir gue, hah." tantangnya sambil memikul kapaknya ke bahu.

"Dia yang punya warung gak keberatan, yekan?" cowok itu menaikkan satu alisnya sambil menatap Mozzaa yang menganggukkan kepala.

"Lo gak usah cari masalah, lo bawa sana teman-teman sampah lo itu." ujar Ziedan sambil meminum es teh manisnya.

"Tarik ucapan lo, anjing!" kesalnya.

"Kenapa lo gak senang, anak Prakasa taunya cuman bisa nyari ribut doang yah." sindir cowok berhoodie sambil tersenyum sinis.

"Maksud lo apa."

Tukk

Cowok berbandana itu melempar kapaknya, dan menancap ke meja yang ditempati Ziedan dkk.

"Mejanya rusak!" pekik Mozza sambil melotot kearah cowok berbandana itu.

"Kamu," tunjuk Mozza kearah cowok berbandana itu.

Mozza mengambil sapu didekat pintu dan mengarahkan kearah cowok itu.

"Pergi gak dari sini, pergi gak." ujar Mozza dan terus-menerus memukul cowok itu.

"Aduh iya-iya gue pergi," adunya sambil mengusap-ngusap badannya yang terkena pukulan oleh Mozza.

"Awas ya lo pada, urusan kita belum selesai." ujarnya sambil menunjuk keenam cowok Medani.

"Udah sana!" teriak Mozza sambil mengarahkan gagang sapu kecowok itu.

"Eh, iya-iya jangan marah-marah nanti cepat tua." ujarnya sambil berlari meninggalkan warung milik Mozza beserta anak buahnya.

"Ih..." kesal Mozza melempar sapunya kearah segerombolan cowok Prakasa itu.

Mozza mengambil sapunya dan berbalik, matanya melihat kearah enam cowok didepannya yang juga melihatnya.

"M-maaf, kalian lanjut makan aja aku permisi dulu." ujarnya dan melenggang masuk kerumah.

"Selain ngerepotin ternyata lo galak juga ya," gumam cowok yang sudah mengeluarkan kamera dari tasnya.

****

Jangan lupa tinggalkan jejak, ketika sudah selesai membaca.

See you, dan terima kasih.

28, Mei 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now