13.terbongkar

101K 16.2K 2.8K
                                    

Mata Mozza berbinar ketika ruang ini sudah bersih tidak seperti saat dirinya memijakkan kaki ke ruangan ini, ia terus menyapu lantai yang bahkan tidak ada lagi noda disana.

"Udah selesai deh," gumamnya dan meletakkan sapu ketempat semula.

"Nah, sekarang aku harus ngasih tugas yang diberikan Bu Liza sama mereka, pasti mereka belum siap." Mozza pergi dari ruangan tersebut.

Kakinya melangkah keluar untuk menyusul keberadaan enam cowok, langkah kakinya terhenti ketika baru sadar dirinya tidak mengetahui dimana mereka.

Suara berisik terdengar Mozza mengikuti suara itu berasal dari mana.

"Disini ternyata kalian," ujar Mozza berkacak pinggang menatap mereka yang sedang bermain air.

"Oh, udah siap lo bersihinnya?" tanya Zellan dan diangguki Mozza.

"Jadi, Mozza di suruh datang ke sini untuk beresin rumah?!" Mozza menatap keenam cowok itu kesal.

"Gak ada yang nyuruh lo bersihin, itu kemauan lo sendiri, kan udah dibilang biarin aja." ujar Azaleel sambil bermain pistol air.

"Ck, abis gimana ruangannya kotor banget," Mozza duduk di tepi kolam renang.

"Oh, iya ayo kita ngerjain tugas. Ini aku bawa tugas sama catatan yang harus kalian kerjakan." ujar Mozza.

"Yaudah, kita ngerjainnya di ruang tamu aja," saran Sakhi dan diangguki mereka.

Mereka semua pun beranjak dari duduknya dan bergegas keluar menuju ruang tamu di rumah ini.

"Alhesa ngomong-ngomong ini rumah siapa ya?" bisik Mozza membuat Alhesa tertawa.

"Ini bukan rumah." jawab Alhesa menggelengkan kepalanya.

"Loh, terus apa dong?" tanya Mozza lagi.

"Ini cuman tempat basecamp kita doang." jelas Alhesa dan Mozza terkejut.

"Serius, basecamp doang." Mozza memastikan ucapan Alhesa.

"Iya, basecamp doang emang kenapa?" tanya Alhesa pada Mozza.

"Rumah sebesar ini dijadikan basecamp, biasanya rumah sebesar ini dijadikan tempat tinggal." jelas Mozza dan terus memperhatikan rumah Ziedan dkk, ralat basecamp mereka.

"Yah emang ini tempat tinggal kita ber-enam, maksudnya tempat pelarian." ujar Alhesa, mereka duduk di sofa ruang tamu.

Mozza duduk di sofa single dan mulai membuka tas sekolahnya mengeluarkan buku tugas miliknya agar di catat mereka.

"Ini bukunya," Mozza menaruh bukunya keatas meja.

Mereka hanya menatap buku Mozza, Mozza menatap bingung pada mereka kenapa tidak menyalin buku tugasnya.

"Kenapa diam aja? ayo ditulis." ujar Mozza mereka menatap wajah Mozza bingung.

"Gimana ya? kita gak ada buku," ucap Sakhi dan bersender di sofa.

"Hah? Gak ada buku? gimana sih kalian!" amuk Mozza menatap mereka kesal.

"Jadi kalian sekolah gimana?" tanya Mozza pada mereka berenam.

"Kita kan gak pernah masuk kelas jadi buat apa punya buku apalagi belajar." jawab Zellan santai.

"Benar juga," Mozza membenarkan ucapan Zellan.

"Jadi kalian beneran gak punya buku satu pun?" tanya Mozza lagi pada mereka.

"Ada tapi..." Ringga menggantung kan ucapannya membuat Mozza yang mendengarnya penasaran.

"Tapi apa?" tanya Mozza pada Ringga.

"Tapi kertas nasi, siapa tau bisa buat nulis." jawab Ringga, membuat Mozza kesal.

"Yaudah besok harus ada bukunya, titik." tekan Mozza pada mereka.

"Siap, nona keju." ujar Ringga.

"Ngomong-ngomong toilet dimana ya?" tanya Mozza pada mereka.

"Noh, disana," balas Alhesa membuat Mozza kebingungan.

"Iya disana mana?" tanya Mozza lagi.

"Lo nanti lurus aja, pas udah mentok disana toiletnya," terang Sakhi dan diangguki Mozza.

"Yaudah aku permisi ke toilet dulu ya," pamit Mozza dan diangguki mereka.

Mozza menatap seluruh isi rumah ini, sangat besar sekali rasanya Mozza ingin tinggal disini.

Sayang sekali mereka berenam membuat rumah ini sebagai basecampnya dan lebih disayangkan lagi mereka tidak tau kebersihan.

Mozza menemukan pintu sepertinya itu toilet dan segeramemutar gagang pintunya.

Ia masuk kedalam toilet tersebut dan langsung menyelesaikan urusannya disana, setelah selesai Mozza bergegas keluar dari toilet dan kembali ke ruang tamu.

Suara berisik sangat terdengar ketika Mozza hampir sampai diruang tamu, Mozza melihat tasnya terjatuh ke lantai membuat isi dalam tasnya berserakan semua.

"Kulit yang sedikit gelap membuat ringga sangat manis." ujar Zellan membacakan isi notebook Mozza.

Mozza yang melihatnya langsung merebut notebook di tangan Zellan.

"Telat." ujar Zellan sambil menyunggingkan senyum sinis.

"Kenapa Zellan baca, itu privasi tau!" kesal Mozza.

"Siapa suruh nulis begitu, salahin juga tas lo yang jatuh karna bikin buku stalker lo ikutan jatuh," Zellan meyisir rambutnya dengan jari-jarinya, Mozza memeluk notebook dengan erat agar tidak ada lagi yang bisa membacanya.

"Kayaknya ada yang mau ngelus rambut gue nih," sindir Zellan dan mendekatkan wajahnya ke wajah Mozza, cewek itu langsung memundurkan kepalanya agar tidak terlalu dekat dengan wajah cowok itu.

"Enggak!" elak Mozza membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

Mozza rasanya ingin sekali menghilang dari sini, bisa-bisanya dia ceroboh tidak menutup resleting tasnya.

Kalau saja dia tidak membawa notebooknya pasti tidak akan ada kejadian seperti ini. siapa pun tolong Mozza, Mozza sangat malu sekarang berada di lingkaran mereka.

*****

Isi notebooknya bisa dibaca kembali di chapter 08, kalau kalian lupa.
Malu banget gak sih kalau kalian jadi Mozza.

Jangan lupa votementnya yah teman-teman, see you.

Naylechy

Min, 30 agt 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Kde žijí příběhy. Začni objevovat