3. It's Love?

27 6 1
                                    

Jungkook berdecak puas kali ini. Di sampingnya, Yunji tengah menghela napas pasrah berulang kali—sudah tidak habis pikir dengan kelakuan si Jeon yang sialnya harus dia sukai itu.

Bagaimana tidak? Sumber kekesalannya muncul kala Jungkook yang meminta agar dimasukan ke dalam kelompok yang sama dengannya saat guru Kang membagikan kelompok yang beranggotakan dua orang itu.

Interupsi dari Jungkook bahkan datang dengan sangat cepat, hingga mampu mendahului Jira yang sudah melotot kesal di tempatnya—ingin sekali protes. Padahal dia ingin sekelompok dengan Yunji namun Jungkook menghancurkan keinginannya. Jungkook benar-benar menghancurkan keinginannya agar bersama Yunji.

Juga, guru Kang yang berpesan agar tugasnya dikumpulkan setelah jam istirahat berlangsung membuat Yunji benar-benar dilanda stres mendadak. Jika saja dia satu kelompok dengan Jira, maka sudah dipastikan tugasnya akan selesai dengan cepat. Mereka berdua bisa berdiskusi dan bertukar pikiran—Jira itu pintar dan enak dijadikan teman diskusi. Bukannya dia meragukan Jungkook, hanya saja, lima puluh soal dalam bentuk esai yang diberi guru Kang itu memang terasa sangat memberatkan. Mereka tak ada persiapan sama sekali. Bahkan tak memprediksi hal ini akan terjadi hari ini.

Sekarang, keduanya bahkan hampir sama sekali tidak memindahkan atensi walau sedetikpun dari buku tebal di depan mereka. Sementara itu, makanan yang dibawa Jungkook beberapa menit lalu sudah tidak dihiraukan.

Jungkook masih saja meniti Yunji yang sejak tadi menolak dibantu dengan alasan takut bahwa Jungkook hanya akan asal-asalan membuat jawaban. Jadilah, gadis Min itu hanya mengerjakannya seorang diri dan mengabaikan Jungkook yang masih setia menatap serius padanya.

"Ji, apa tidak lebih baik kau mengisi perutmu dulu? Aku akan mengerjakannya selama kau makan. Itu bisa menghemat waktu dan kau tidak perlu berpikir aku akan mengerjakannya secara asal-asalan saja. Aku serius." Jungkook berusaha meyakinkan meski sedikit tak yakin dengan ucapannya.

Yunji menolak. Netranya masih terpaku pada objek di depannya, juga tangan yang lincah membolak-balikan lembaran buku yang dibacanya. Gadis itu dengan gesit menulis apapun jawaban yang dirasa pas di atas kertas putih milik kelompok mereka.

Yunji mendesah kasar. Gadis itu menggerutu sembari mengusap kasar wajahnya. "Ah, aku bisa gila!"

"Untuk itu, biarkan aku membantumu, Min Yunji." Jungkook menarik buku dari tangan Yunji yang langsung menuai tatapan protes. Dengan cepat, keduanya terlibat tarik-menarik. "Biarkan aku yang mengerjakannya. Kau makanlah dulu."

"Tidak. Waktu istirahat akan berakhir dan kita masih mempunyai lima belas soal yang belum selesai. Aku akan mengerjakannya secara cepat. Kemarikan buku itu."

Jungkook menggeleng keras kepala. Dia lantas beranjak dan membawa buku itu menjauh dari Yunji. Menduduki tempat paling belakang milik salah satu temannya yang sedang kosong. Selain tak suka penolakan, Jungkook juga tak suka saat dia harus diremehkan. Apalagi oleh Yunji. Harga dirinya bisa jatuh.

"Jungkook!" Yunji bergegas mendekat padanya. Sumpah demi apapun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memulai perdebatan dengan Jungkook yang pasti akan berakhir dengan dia sebagai pihak yang kalah.

"Tidak. Makanlah atau kita benar-benar tidak akan selesai sesuai deadline yang sudah diberikan!" ancam Jungkook.

Yunji menghela napas. Pasrah saja. Pun, dia kembali ke tempatnya dan meraih roti isi yang dibelikan Jungkook tadi dan kembali bergegas mendekat kembali pada Jungkook. Dia menyerah dan membiarkan pria itu berbuat sesukanya. Lagi pun, perutnya memang benar-benar sudah berdemo sejak tadi. Asam lambungnya bisa naik jika begini. Juga, dia perlu menguji Jungkook juga.

Gadis itu sempat meniti teman-temannya yang lain masih sangat fokus pada buku mereka. Sekarang kelas ini terlihat seperti sedang lomba mendadak. Dia bahkan bisa melihat tangan Jira yang bergerak sangat lincah di atas buku.

PULVERATRICIOUS [REVISI]Where stories live. Discover now