SAY-18

1.3K 170 97
                                    

Terkadang sebuah perpisahan menjadi tolak ukur untuk mengintropeksi diri sendiri. Dia sudah melepaskan nya. Tidak, Eunha lah yang melepaskan nya.

Ini keinginannya, Ya seharusnya memang begitu.

Semua yang selama ini dia pikir sebagai beban yang tidak dia inginnya tapi memaksa harus di iyakan, membuatnya menganggap Eunha sebagai petaka baru di dalam hidupnya.

Menerima kehadiran perempuan itu dalam keterpaksaan selalu menimbulkan rasa muak yang memberontak. Perlahan, dan entah kapan dia mulai terbiasa dengan beban menjaga perempuan satu itu.

" Pak Jungkook, besok kita jadi pergi makan siang bareng?"

" Jadi, besok aku tunggu diparkiran" Habis membalas dengan cepat pesan Yulhoo barusan, Jungkook mematikan hp nya.

Dia berdiri dari duduknya, berniat untuk mengambil baju namun matanya malah menangkap kotak bludru hitam yang selama ini dia simpan jauh-jauh. Bahkan membukanya pun jarang.

Dan sekarang Jungkook membuka itu, yang didalam nya ada sebuah cincin yang berukir J & E

Jungkook mendengus menatap cincin yang kini dia pegang, namun kemudian dia masukan dalam sakunya. ia pikir setelah semua ini terjadi maka dunia nya kembali seperti awal.

Kembali pada porosnya yang tenang, tidak ada tuntuntan harus menjaga, tidak ada suara berisik yang terus mengoceh mengingat kan nya ini itu seperti speaker rusak. Tidak ada keharusan untuk menikahi perempuan yang tidak disukai.

Ya bahkan dia tidak menyukai Eunha. Wanita itu bukan tipe nya, sedikit pun bukan tipe nya. Terlalu berisik begitu mengganggu itu saja sudah masuk daftar hitam kriteria nya.

Dan tepat empat tahun lalu, perempuan itu datang ke dalam keluarga. Mengambil perhatian ratu utama yang sangat Jungkook hormati. Bahkan dari pada melihat mama nya menangis dia rela mengganti nyawanya.

*
*

" Yul, kamu di panggil bos ke ruangan nya" Teman satu divisinya itu menyenggol bahunya pelan, dengan lirikan menyuruhnya agar cepat.

Beberapa orang sudah tahu dia memiliki hubungan dengan atasnya itu, termasuk sekretaris Jungkook.

" Ngapain?" Tanyanya seraya meletakan hasil print diatas meja nya.

" Gak tahu, buruan sana."

Yulhoo mengangguk ragu, dia melirik ke sekelilingnya. Harap-harap tidak ada yang memperhatikan langkahnya. Jujur, setelah sempat menjadi bahan gunjingan. Kehidupannya terasa tidak selepas dulu, lagi.

Ini kan, yang dia harapankan? O-oh tentu kan, dia ingin mencintai pria itu hingga menghilangkan sisi malaikat di hatinya. Di cap sebagai perebut pun tak masalah, ini resiko kan.

" Bapak panggil saya?" Ujarnya setelah disuruh masuk kedalam ruangan pemilik perusahaan tempat dia bekerja ini.

Atau lebih tepatnya, ruangan kekasihnya. Mungkin?

" Duduk."

Matanya melirik menerka-nerka apa yang akan dikatakan Jungkook, ya memang sekaku itu rasanya. Walaupun hubungan ini sudah resmi, tapi.. akhir-akhir ini malah Yulhoo semakin merasa asing dengan pria yang kini sudah menjadi kekasihnya.

Jungkook dan kesibukannya, memang satu paket. Mungkin dia yang terlalu perasa, hingga sering merasa kecewa saat Jungkook bisa menghilang dalam urusan kerjanya selama beberapa minggu.

" Mama mau ketemu kamu"

Mendadak perutnya terasa ngilu, " O-oh, Kapan?"

" Nanti malam, kamu ada waktu kan?"

Expect a sunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora