Tidak ada yang membuka suara. Hanya detikan jarum jam yang terdengar di ruangan itu sebelum Changkyun mengalihkan atensi ketiganya.

"apa kalian perlu sampai membunuh kedua orang tau ku?" tanya Changkyun dengan nada kecewa. Ia menatap tajam satu persatu manusia yang berada di sana.

"Tapi, kenapa kalian tidak membunuh ku juga? Bukankah lebih mudah jika tidak ada saksi yang mengetahui kebusukan kalian? Kenapa kalian membiarkan ku hidup?" pertanyaan beruntun dilontarkan oleh Changkyun.

Ny. Kim tersenyum ke arah Changkyun.

"Changkyun, lihat dirimu. Kamu bahkan sudah tidak mempunyai apapun. Bagaimana bisa orang seperti mu akan berhasil menjebloskan kami ke penjara?"

Dengan susah payah, ia menahan air mata yang sudah siap jatuh di pelupuk matanya. Ia juga berusaha tersenyum ke 3 wanita disana.

"hahahahaha" tawa Changkyun sebelum ia kembali ke dalam mode serius.

"apakah karena harta? Hah, bahkan kalian lebih kaya daripada keluarga ku. Apa kalian belum puas?" tebak Changkyun yang tidak dijawab apapun.

"baiklah. Lagi pula aku juga tidak bisa hidup berdampingan dengan seorang pembunuh" senyum Changkyun berusaha tenang.

"ini." Changkyun menyerahkan tas ny. Lee.

"saya pamit. Semoga kalian hidup bahagia. Permisi" Changkyun bergegas keluar. Ia mengusap pipinya yang sudah banjir dengan linangan air mata.

Ting

Satu pesan masuk diabaikan oleh Changkyun. Ia tetap melanjutkan laju mobilnya diatas rata-rata.




•~•~•





BRAK

Changkyun membanting pintu kamar dan menguncinya. Ia menekuk lututnya, menyembunyikan wajahnya diantara lutut dan dadanya.

Ia terus memikirkan bagaimana nasib antara dia dengan Jooheon. Changkyun berpikir jika Jooheon juga terlibat dalam persoalan ini. Otaknya terus meyakinkannya untuk berpisah dengan Jooheon.

Sayangnya, hatinya egois. Hati Changkyun tetap ingin berdampingan dengan anak dari seorang pembunuh orang tuanya.

Rasa lelah mulai menghinggap di tubuh Changkyun. Hingga sang empu tidur dalam keadaan meringkuk.













Deringan ponsel mengganggu seorang pemuda dalam tidurnya. Dengan perlahan, ia mengusap pipinya yang tertempel air mata kering disana.

"kau sudah melihatnya?" hanya itu jawaban dari sang penelpon. Setelahnya, sambungan itu terputus oleh orang yang sama.

Changkyun menukikkan alisnya bingung. Ia tidak mengenal suara itu. Dan dari mana dia mendapatkan nomor ponsel Changkyun?

Changkyun membuka satu pesan yang mengirimkan rekaman video. Video dimana kedua orang tuanya tertusuk berkali-kali.

Tidak ada air mata yang mengalir di pipinya. Wajahnya datar. Sangat datar tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

Dilayar handphonenya, Changkyun dapat melihat kedua orang tuanya sudah diambang kesadaran dengan darah membanjiri tubuh mereka. Permintaan tolong mereka pun diabaikan oleh yang lain. Bahkan disana ny. Lee dan tuan Lee hanya asik berdiri.

Changkyun kecewa. Bodyguard yang sudah bertugas hingga Changkyun belum lahirpun hanya diam menyaksikan ajal majikan mereka.

Telapak tangan Changkyun mengepal erat. Rasa marah, kecewa dan sedih tercampur menjadi satu.

Niatannya untuk tetap di samping Jooheon sirna seketika digantikan rasa dendam pada keluarga Lee.

Changkyun tertawa renyah. Lagi pula, untuk apa ia bertahan? Kesepakatan pernikahan ini hanyalah sebatas memenuhi permintaan kedua orang tuanya.

Dan mereka sudah pergi. Jadi tidak ada alasan lagi baginya untuk mempertahankan status rumah tangga mereka.

Dengan sunyi, ia memasukkan beberapa pakaian dan juga barang-barang miliknya ke dalam koper.

Lebih baik ia pergi daripada harus hidup berdampingan bersama musuhnya. Yahh, keluarga Lee beserta pekerja mantan keluarga Im sudah tercatat sebagai musuh bagi Changkyun.

Ia berjalan menuruni tangga. Penghuni rumah disana menatap tanda tanya ke arah majikannya. Dengan bingung, mereka menghampiri Changkyun yang sudah berhenti di tengah-tengah ruangan dan manusia yang berdiri melingkarinya.

Changkyun menatap satu persatu orang disana. "terimakasih telah bekerja untuk keluarga Im dan terimakasih telah menghianati keluarga Im" Changkyun menundukam badannya sebagai ucapan perpisahan.

Pekerja disana terlonjak kaget. Mereka tidak bodoh hanya karena ucapan Changkyun yang tiba-tiba.

"kyun.."

"diam" titah Changkyun pada Jaesong yang bergerak menuju arahnya.

"tap-" ucapannya terhenti kala Changkyun menatapnya tajam dan detik kemudian senyuman menghiasi wajah Changkyun.

Ia berbalik dan mendapati Jooheon sudah ada di belakangnya dengan tatapan bingung.

"lo mau kemana?"

Changkyun hanya tersenyum dan kembali melanjutkan jalannya melewati Jooheon.

Grep

"ini udah malem kyun"

Changkyun melepas genggaman Jooheon di lengannya. Ia mengatur napasnya agar tidak meledakkan amarahnya sekarang. Karena ia yakin, Jooheon termasuk dalam golongan orang-orang yang membunuh kedua orang tuanya.

"gak usah berlaga bego hyung. Gue udah tau semuanya" senyum Changkyun.

Jooheon semakin mengerutkan dahinya bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?

Changkyun terkekeh pelan melihat reaksi bingung Jooheon. Ia tahu, Jooheon hanya berpura-pura tidak mengetahui apapun.

"lo gak tau?" ejek Changkyun dengan senyuman manisnya.

Perlakuan Changkyun sekarang seolah-olah meremehkan Jooheon. Tapi tidak dengan hatinya. Ia berusaha menyembunyikan gejolak aneh di dalan sana.

"kedua orang tua lo adalah pembunuh"

PLAK

"jaga omongan lo!"

Changkyun memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan. Ia menggigit bibirnya sendiri menahan isakan yang hampir lolos di sana.

Jooheon marah pada Changkyun. Bagaimana bisa istinya sendiri berucap aneh tentang kedua orang tuanya?

Tak ingin berlama-lama, Changkyun membalik badannya. Bergegas untuk keluar dari rumah terkutuk ini.

"berhenti!"

Baru beberapa langkah Changkyun menuju pintu, suara Jooheon mengintrupsi dirinya.

"lo ga ingat, rumah ini beserta isinya milik gue! Jadi-"

Tak

Changkyun melepas genggamannya pada koper menyebabkan suara dentuman antara koper dan lantai.

Dengan perlahan, ia membuka mantel yang ia gunakan. Menaruhnya di atas koper dan mengeluarkan handphone dan juga dompetnya dari saku. Menyisakan kaos hitam, celana jeans dan juga sepatu yang melilit tubuhnya.

"untuk ini gue pinjem dulu. Nanti gue ganti" ujarnya tanpa ada rasa emosi sama sekali pada nadanya. Terlalu menyakitkan hingga ia sampai lupa, apa yang harus ia rasakan sekarang.

Changkyun berbalik dan melanjutkan jalannya tanpa tujuan. Ia hanya ingin menjauh dari neraka yang sialnya adalah bekas rumahnya.











TBC

Disini aku tetap kasih karakter Changkyun yang manly dongg 😎

I'm Not A Gay •Jookyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang