13) Because of Him

298 35 2
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku mendudukan diri di atas kursi, lalu menatap meja belajar yang berantakan. Pandanganku kosong, lelah usai belajar di sekolah. Aku menurunkan suhu AC menggunakan remot, agar kamarku lebih dingin. Setelah itu kembali bersandar dan menatap kosong langit kamar.


Entah kenapa, hari ini rasanya sesak. Penuh penyesalan, khawatir, kedongkolan, juga ketakutan.


UN sebentar lagi, tetapi aku masih merasa belum siap. Belum lagi UTBK dengan segala materi yang aku pelajari secara mandiri. Melihat teman-teman yang lain begitu giat belajar, tentu saja aku merasa takut dan panik. Tapi entah kenapa aku masih tidak terdorong untuk belajar. Apa lagi, orang tuaku seakan melepasanku, angkat tangan dalam kegiatan belajarku di luar sekolah.


Aku mendecih ketika menyadari bahwa aku sedih tanpa sebab. Tidak ada yang memicu, hari ini berjalan seperti biasa. Beberapa ada yang rajin, ada juga yang masih bermain-main di sekolah. Dan aku masih termasuk golongan yang kedua.


Terkadang aku merasa, aku memiliki masalah mental, kadang merasa sedih tanpa sebab, kadang terlalu senang dalam kurun waktu tertentu. Walaupun aku memiliki gejala yang mirip, tentu aku tidak mau self-diagnosis.

Teman-teman menilaiku, aku adalah orang yang konyol, ceria, bahkan berpotensi menjadi pelawak. Mereka tidak tahu, bahwa itu semua hanyalah topeng agar tidak terlihat menyedihkan. Aku bahkan rela menjadi orang yang bodoh demi melihat tawa teman-temanku. Tapi, tahukah mereka, sangat sulit untuk menceritakan keluh kesahku atau sekadar curhat?


Jati diriku yang sebenarnya, adalah orang yang tertutup dan sulit bergaul dengan orang baru. Tidak semudah itu menceritakan sesuatu ke orang lain, termasuk teman dekat. Karena itu aku sadar, aku harus berubah agar aku memiliki teman banyak, dan yah, berhasil. Tapi tidak dengan sifat tertutupku. Kecuali dalam kasus Hansel, entah kenapa aku bisa agak terbuka. Mungkin karena aku sangat yakin, bahwa perasaanku hanyalah sebagai fans.


Jujur, aku lelah. Bukan karena stress yang dialami siswa tahun terakhir akibat banyaknya ujian. Lebih tepatnya, lelah menjadi diriku. Rasanya aku ingin kembali ke masa lalu, memperbaiki semua kesalahan. Atau jika bisa, aku diciptakan sebagai paku pun tidak masalah.

Aku merasa, semua yang kulakukan selama ini hanyalah semata-mata menuruti kemauan orang tua.


Tidak aja tujuan, tidak ada keinginan.


Seakan aku sedang berjalan teru-menerus tanpa mengetahui arah dan ke mana tujuanku. Hingga akhirnya aku merasa lelah berjalan.


Satu kesalahan yang pasti adalah, aku masuk kelas IPA. Namun, semua sudah terlambat. Aku merasa kosong. Seorang perempuan yang tidak pernah memiliki cita-cita, memilih untuk mencari cita-cita sendiri. Berhasilkah?


Tidak. Aku kehilangan arah. Aku tidak tahu minat dan tujuanku.


Dadaku terasa sesak, tenggorokanku tercekat, ingin meluapkan segala emosi dengan tangisan. Orang bilang, menceritakan masalah ke teman dekat bisa mengangkat beban dan membuat sedikit lega. Tapi seperti yang kubilang, sangat sulit untuk sekadar curhat. Di dunia ini, tidak ada orang yang kupercaya. Lucu ya, padahal aku memiliki banyak teman, teman dekat pun juga ada. Ditambah, baru-baru ini aku menonton drama Korea berjudul The World of Marriage, membuatku lebih waspada dan tidak semudah itu percaya pada orang.


Setiap ada orang yang bertanya, "Ayna besok mau ambil jurusan apa?"

Perlu beberapa waktu untukku menjawab, sebelum akhirnya menjawab tanpa keyakinan, "mungkin Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan UGM."

Setidaknya dengan jawaban itu, mereka tidak lagi memborbardirku dengan pertanyaan.



Sudahlah, tidak ada gunanya aku terus seperti ini. Lebih baik aku menghibur diri, walau aku tahu akan percuma. Keadaan seperti ini akan bertahan berhari-hari, entah sampai kapan, dan aku tidak tahu cara mengatasinya.

Aku membuka aplikasi yang sering kubuka, Twitter. Ada sebuah tweet dari anak kelas lain, yang isinya sebuah video tiktok dengan tulisan "ow ow ada siapa nih".

Terlihat sematan video tiktok dari akun entah milik siapa, tertulis "anak cowok sekolah lain" sebelum menampilkan foto-foto siswa dengan wajah good looking, bahkan ada pemeran Dilan. Hingga akhirnya terlihat foto seorang pemuda yang kukenal.

Aku tertawa melihat Hansel yang masuk tiktok. Ini menunjukan bahwa ia tidak hanya terkenal di kalangan pelajar kota ini, tetapi juga luar kota. Tidak heran, tim basketnya alias Broflakes, sering bertanding ke luar kota dan memenangkan pertandingan, berdasarkan info yang kudapat dari Marcel.

Di video detik-detik terakhir, muncul tulisan, "meanwhile anak cowok sekolahku" dilanjut video kekonyolan seorang siswa berkacamata.

Sudut bibirku terangkat. Berkali-kali aku memutar kembali videonya hingga suara ketukan pintu menginterupsiku.

"Naa, ayo makann," suara ibuku terdengar, dilanjut dengan langkah yang menjauh.

Segera aku mengisikan daya ke ponselku, sebelum berganti pakaian.


Kalian tahu? Perasaanku sekarang menjadi sedikit lega. Iya, walau sedikit, setidaknya mood-ku tidak terlalu buruk seperti tadi.


Sungguh, hanya karena foto Hansel yang tampil sedetik di tiktok tadi?


Ya ampun, perlukah aku melihat fotonya setiap hari agar tidak ada hari buruk seperti ini? Konyol, aku tidak menyangka hal sekecil apa pun tentangnya, bisa membuat mood-ku membaik.

Ya ampun, perlukah aku melihat fotonya setiap hari agar tidak ada hari buruk seperti ini? Konyol, aku tidak menyangka hal sekecil apa pun tentangnya, bisa membuat mood-ku membaik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Better Better; harutoWhere stories live. Discover now