12) Tisam

375 43 5
                                    

Aku merebahkan diri di atas kasur dengan buku biologi sebagai bantalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku merebahkan diri di atas kasur dengan buku biologi sebagai bantalan. Setelah setengah jam aku belajar biologi, aku memutuskan untuk bermain ponsel. Lagi pula, untuk seminggu ke depan sudah tidak ada try out lagi.

Kubuka media sosial twitter yang menampilkan berita terbaru, kpop, hingga akun base menfess sekolahku. Akun base tersebut digunakan untuk mengirim pesan atau sering disebut tisam, kepada seseorang tanpa penerima tahu siapa yang mengirim.

Aku tersenyum melihat pesan-pesan yang mereka kirim. Ada yang menyatakaan cinta, mengeluh, marah-marah, menyindir, edukasi, bahkan ada yang memberikan lelucon garing yang tidak mendapat respon oleh orang-orang.

Ah, haruskah aku mengirim juga untuk Hansel? Supaya ia tahu, ada yang mengaguminya meski ia pasti sudah tidak heran lagi melihat seberapa banyak fansnya. Lebih baik mengiriminya pesan bukan, dari pada hanya berdiam diri tanpa melakukan gerakan apa pun.

Aku pun mengetik pesan untuk dikirim ke Hansel melalui base menfess sekolahku. Terserah jika admin base tahu perihal aku mengagumi Hansel, bukankah menjaga rahasia dari pengirim sudah kewajibannya sebagai admin base?

🏀 🏀 🏀 🏀 🏀

Sesuai dugaanku, Wina dan Rina pasti akan membahas tentang tisam yang aku kirim tanpa mereka ketahui.

"HD itu kan Hansel Damaraputra gak sih? Eh, atau HDP?" tanya Rina ketika kami sedang duduk di perpus untuk belajar mandiri. Aku pura-pura sibuk bermain ponsel, seakan tidak tertarik dengan topik mereka.

Wina segera membuka Wnstagram, lalu menunjukan sesuatu ke Rina. "Iya Hansel. Nih liat, disambung kan namanya,"

"Kelas 10 MIPA 2 beneran?"

"Iyaa. Waktu upacara, gue pernah liat dia di barisan MIPA 2,"

Rina mengangukan kepala, lalu menoleh padaku. "Saingan lo nambah tuh," ledek Rina sambil terkekeh.

Aku menghela napas. Lagi-lagi, padahal sudah jelas kukatakan pada mereka bahwa aku hanya mengagumi sekadar fans. "Saingan gimana sih, kan gue ga ngebet pengen dapet Hansel?"

"Jangan-jangan ini lu yang ngirim, ya?" tebak Wina, jarinya menunjuk ke arahku disertai wajahnya yang menyengir. Entah ia hanya becanda atau instingnya kuat, yang jelas cukup membuat jantungku berpacu dengan cepat.

"Haha, enggaklah. Mana berani guaa," kataku.

"Ih, siapa tau kan ya,"

"Gak heran lagi dia dapet tisam gitu. Orang fansnya banyak banget," aku berujar.

Rina memajukan kursinya agar bisa mendekat. "Emang lo ga mau ngelakuin apa kek? Ngasih snack pake sticky notes, atau apalah? Keburu lulus,"

Aku menggeleng. Hansel tidak perlu mengenalku. Melihat Hansel dari jarak jauh saja, itu lebih dari cukup.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Better Better; harutoWhere stories live. Discover now