28) Basket Player

66 5 14
                                    

Suara suporter terdengar, beradu dengan suara peluit yang nyaring

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara suporter terdengar, beradu dengan suara peluit yang nyaring. Locker room yang bersuhu rendah diisi tak lebih dari 20 orang. Terdapat pelatih, asisten pelatih, manager, dan tentunya pemain basket yang siap bertanding. Berbagai aktivitas dilakukan seperti pemanasan, bermain ponsel, mengobrol, memberi arahan, dan ada juga yang berpose memamerkan otot di depan cermin. Barang-barang terlihat berantakan, kecuali barang berharga seperti ponsel dan dompet yang sebagian sudah dimasukan ke dalam storage box untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan.

Sang kapten bernomor punggung 21, memilih untuk bermain ponsel, melihat linimasa di sosial media guna mengurangi ketegangan yang ia rasakan sebelum bertanding. Kali ini, ia dan timnya akan bertanding melawan SMA 101, lagi. Tahun lalu, tim basket SMAKTA menang melawan SMA 101. Namun, tahun ini akan banyak wajah baru yang masih belum diketahui bagaimana kekuatannya, berhubung tim SMAKTA belum sempat sparing dengan SMA 101. Pemuda yang kerap dipanggil Hansel itu tentu tidak bisa meremehkan lawan. Bisa saja lawan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Tak lama, ia meregangkan otot, berharap pikirannya juga ikut segar. Ia tidak boleh ragu dengan timnya. Hansel yakin, latihannya selama ini tidak sia-sia walau pernah ada masa ketika latihan menjadi jarang dilakukan karena pembatasan sosial. Ia yakin, tim basket tahun ini memiliki kerja sama yang baik. Menjadi anggota dari tim Broflakes, pernah menjabat sebagai kapten basket SMAKTA tahun lalu, dan sekarang merupakan kapten dari tim yang maju ke sebuah pertandingan, tentu pemuda itu paham bagaimana mengatur kerja sebuah tim. Jangan lupakan gelar MVP yang ia bawa 2 tahun lalu di danceandbasketleague, yang pada saat itu ia masih kelas 10. Dalam 2 tahun ini, harusnya ia berkembang. Hansel berharap, usaha latihannya selama 2 tahun ini tidak sia-sia.

Suara ketukan pintu terdengar, disusul seorang wanita pertengahan dua puluhan dengan cocard dan ht di tangannya, menandakan bahwa wanita tersebut adalah bagian dari pihak acara. "Permisi, yuk silakan baris, siap-siap masuk lapangan."

Suasana menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Debaran jantung Hansel tidak bisa dipungkiri lagi, berdetak lebih cepat dari biasanya. Pemain basket pun bersiap-siap, kemudian menyimpan barang yang tidak diperlukan di lapangan, lalu meregangkan otot. Tak lupa, sang pelatih memberi arahan dan juga semangat.

Mereka keluar dari locker room menuju sebuah lorong yang menghubungkan langsung ke arah lapangan. Di lorong tersebut, sudah terdapat tim dance SMAKTA yang berbaris di sebelah kiri lengkap dengan properti dance.

"Kapten di belakang," suara Justin terdengar ketika Hansel tanpa sadar terus berjalan.

"Eh iya sorry."

Dari yang terdengar suara MC, pertandingan sebelumnya masih berada di kuarter 4 yang sudah berjalan selama 6 menit. Mungkin masih tersisa 15 menit lagi sebelum SMAKTA memasuki lapangan.

"Pemanasan dulu yuk." Hansel bertepuk tangan untuk meminta atensi dari tim basketnya.

Menit selanjutnya, tim basket SMAKTA sudah sibuk berlari bolak-balik dari ujung lorong ke lorong lain untuk melatih otot kaki. 10 menit kemudian, mereka berhenti pemanasan dan dilanjut untuk berdoa bersama tim dance. Momen yang cukup mendebarkan bagi mereka.

Better Better; harutoWhere stories live. Discover now