23) Comeback

51 6 0
                                    

Suara ketikan di keyboard laptop terdengar samar-samar saling bersautan di ruangan besar bersuhu cukup rendah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara ketikan di keyboard laptop terdengar samar-samar saling bersautan di ruangan besar bersuhu cukup rendah. Rak-rak tinggi menghiasi seisi ruangan, dengan berbagai macam jenis dan judul buku yang sudah tersusun rapi. Terdapat belasan komputer yang disediakan untuk mendukung kepentingan orang-orang yang memiliki akses ke Universitas Bakti Bangsa atau yang sering disebut UBB. Meja-meja bewarna putih turut menghiasi bagian tengah ruangan perpustakan Fakultas Hukum, yang kini hampir dipenuhi oleh mahasiswa. Walaupun terdapat banyak orang, suasana perpustakan tetap kondusif sehingga siapapun yang berada di sana akan memiliki konsentrasi.

Setelah mengetik makalah satu halaman lebih, aku memilih untuk berhenti dan meregangkan otot. Di depanku ada seorang temanku yang masih fokus berkutat dengan makalahnya.

Sudah satu setengah tahun terlewati sejak aku lulus dari SMA. Saat ini, aku sudah memasuki semester 3. Menjadi mahasiswa hukum semester 3, tidak bisa dibilang mudah, menurutku. Ada minggu-minggu ketika aku merasakan senggang, tetapi kemudian akan ada 1-2 minggu yang super sibuk dengan deadline tugas yang berbarengan. Belum lagi rata-rata tugasnya berbentuk essay atau makalah. Seperti yang kulakukan sekarang, aku dan temanku mengerjakan makalah untuk mata kuliah Hukum Agraria di perpustakaan.

Aku membuka ponsel untuk istirahat sejenak, berniat bermain ponsel sekitar 10-15 menit sebelum melanjutkan tugas yang harus dikumpul besok. Ada pesan dari Marcel di grup angkatan, mungkin menyebar info webinar seperti biasanya. Grup angkatan SMA sekarang menjadi sasaran empuk untuk menyebarkan informasi tentang suatu acara yang diadakan oleh universitasnya masing-masing. Tidak heran, kami semua sudah lulus dan tidak memiliki obrolan yang dibutuhkan. Namun, preview pesan dari Marcel membuatku tertarik dan membuka ruang chat angkatan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ah benar, kemarin aku melihat di Instagram, bahwa pertandingan basket akan diadakan lagi tahun ini setelah tahun sebelumnya ditiadakan karena pembatasan sosial. Aku sudah menduganya, melihat bahwa kondisi sekarang sudah membaik, pertambahan kasus Corona tidak sebanyak dulu, mungkin sehari hanya bertambah 0-2 kasus. Tahun lalu, sekolah diadakan secara online di rumah masing-masing, mungkin itu yang menyebabkan tim basket tidak bisa melakukan dana usaha dan butuh bantuan dalam memenuhi sarana latihan basket. Namun, beberapa bulan terakhir, baik sekolah, universitas, hingga tempat kerja, sudah kembali dibuka secara bertahap, termasuk konser musik yang sudah mulai dilakukan secara offline.

Ini artinya, aku bisa melihatnya bermain basket lagi, kan? Setelah hampir 2 tahun aku tidak melihat atau mendengar kabarnya. Oh, ada satu kabar yang kudengar dari Wina beberapa bulan yang lalu tentang Hansel. Katanya, Hansel dan sang pacar sudah memutuskan hubungan. Aku tidak tahu alasannya, begitu juga dengan Wina yang mendapatkan informasi dari teman SMP-nya yang satu sekolah dengan mantan pacar Hansel. Sangat disayangkan, padahal mereka sudah menjalin hubungan sejak SMP dan itu bukanlah waktu yang pendek.

Mengenai donasi, aku sedang memikirkan berapa yang perlu aku sumbangkan.

"Vi, kalo mau donasi buat sarana latihan tim basket, enaknya kirim berapa ya?" tanyaku dengan suara pelan, berhubung kami di perpustakan.

Temanku yang bernama Olivia, menghentikan aktivitas mengetik laptopnya dan menatapku. "Hm, seratus?"

"Seratus?"

"Eh, kebanyakan ya? Kita kan mahasiswa,"

"Gue mau beli album sih,"

Olivia memutar bola matanya malas. "Sialan lo. Lima puluh deh?"

"Hmm, boleh boleh. Thanks," ucapku, lalu fokus ke ponsel untuk membuka aplikasi Gojek.

"Donasi apaan sih?" tanya Olivia penasaran.

"Bulan depan kan ada tanding basket. Mereka perlu bola buat latihan. Bola yang dari sekolah udah jelek kali. Lagian ya, pas gue sekolah, emang banyak yang malah bawa bola pribadi soalnya kurang," jawabku.

"Ohh, iya iya. Wah, sekolah gue juga bakal main nih."

"Mau nonton lo?"

"Enggak, hehe. Gak ada yang gua kenal ngapain nonton." jawabnya, yang mengingatkanku pada Aaron.

Aku pun mengangguk paham. Sebenarnya aku pun sama seperti Olivia, tidak ada yang kukenal. Kecuali Hansel yang hanya kutahu sekadar nama dan rupa, tanpa pernah ada obrolan yang terbentuk. Namanya juga fans, ini sama seperti membeli sebuah tiker konser idola, kan. Tanganku bergerak dan mengetik nominal angka untuk disalurkan ke rekening Hansel.

Tunggu. Aku baru sadar jika aku baru saja mendapat kontak pribadi Hansel.

Tapi untuk apa, aku pun juga tidak berkeperluan untuk menghubunginya. Setelah mengirim uang untuk donasi, aku keluar dari aplikasi tanpa berniat menyimpan nomor ponsel Hansel dan kembali memfokuskan diri pada makalah di depanku ini.

Sebentar lagi, aku akan melihat Hansel bertanding. Alasan itu yang membuatku menjadi bersemangat mengerjakan makalah, merasa tak sabar waktu berjalan sebulan kemudian.

 Alasan itu yang membuatku menjadi bersemangat mengerjakan makalah, merasa tak sabar waktu berjalan sebulan kemudian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Better Better; harutoWhere stories live. Discover now