16) Confusion

81 12 6
                                    

"Gak tertarik masuk STAN?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak tertarik masuk STAN?"

"Kalo teknik tambang?"

Aku menghela napas, lelah dengan tawaran ayahku. Lebih tepatnya, keinginan ayahku. "Aku bisanya tuh jurusan Soshum. Aku ga pinter itung-itungan, Yah. Tau sendiri nilai matematikaku dari dulu gimana,"

"Yaudah terserah kamu mau di mana. Jangan lupa berdoa biar masuk UI," ayah menyebutkan salah satu niversitas yang terkenal dan terbaik tanpa adanya perundingan bersamaku.

Aku tertawa dalam hati. Bahkan beliau pun tidak menanyakan universitas mana yang aku inginkan. Ayahku tidak tahu dan sepertinya tidak berniat menanyaiku, padahal yang kuinginkan adalah UGM, aku hanya menertawakan sifat beliau yang masih sampai sekarang.

Seafood buatan ibu yang tadinya tampak enak, kini tidak menggugah seleraku lagi. Tanganku hanya mengaduk pelan makanan yang ada di piringku, sesekali menyuapnya dengan suapan kecil. Topik ini selalu berhasil membuat mood-ku tidak baik.

"Perpajakan soshum, kan? Kenapa ga coba situ aja. Prospek kerjanya bagus,"

Astaga.

Beliau menyarankanku jurusan padahal ia tidak tahu bagaimana kemampuan dan bakatku. Setidaknya, sarankan yang sesuai dengan kemampuanku.

"Aku belum belajar ekonomi, Yah. Mana itu itung-itungan, aku kan gabisa itung-itungan," balasku, sebisa mungkin menahan nada suara agar tidak meninggi.

"Ya kan tinggal belajar,"

Aku menghela napas, berusaha menahan segala emosi yang muncul. Kedua tanganku memegang erat sendok dan garpu. Sungguh, aku tidak tahan lagi berada di sini. Dengan terpaksa, aku buru-buru menghabiskan makananku hingga mulutku penuh walaupun aku sudah tidak berselera lagi.

"Aku udah selesai, mau ke kamar, besok ada try out," kataku dan langsung beranjak pergi menuju kamar tanpa menunggu respon dari kedua orangtuaku.

Di kamar, aku mendudukan diri di depan meja belajar sambil menegak minum dari botol yang ada di kamarku. Mulai sekarang, aku harus memikirkan bagaimana hidupku ke depannya, meski rasanya aku ingin sekali semua terjadi begitu saja seperti air yang mengalir tanpa ada perencanaan. Namun, itu mustahil. Semua di hidup ini setidaknya ada rencana bagaimana kita akan menjalaninya.

Aku mengambil kertas baru yang masih kosong dan sebuah bolpen, bersiap untuk memilih rencana mengambil pendidikan selanjutnya. Ini bukan hal yang mudah bagi orang yang membiarkan hidup berjalan sebagaimana mestinya, seperti aku. Selama ini, aku tidak pernah memikirkan rencana hidupku. Jika ada suatu pilihan, pasti ayahku yang memutuskannya. Kali ini, aku ingin lepas dari pilihan ayahku dan mulai menentukan pilihan sendiri.

Tanganku bergerak untuk menuliskan beberapa kata. Aku menulis jurusan yang sesuai bakat dan minatku. Baru 30 detik berjalan, aku sudah merasakan kebingungan lagi.

Bakat? Bakatku hanyalah melukis yang bahkan tidak bisa dibilang sangat bagus, dan juga aku tidak bisa menggambar manusia. Mustahil untuk masuk DKV walau ada rasa tertarik.

Sedangkan minat, aku hanya memiliki minat pada makanan dan idola kesukaanku. Astaga, ternyata selama ini aku hanya menganggap hidup itu sebuah permainan biasa tanpa memikirkan betapa pentingnya hidup itu. Maksudku, setidaknya aku harus peduli sedikit dengan perjalanan hidupku. Yah, tetapi semua sudah terlanjur berlalu.

Aku mengesampingkan minat dan lebih fokus ke jurusan sesuai bakatku. Tersisa sedikit, seperti psikologi, sosiologi, hukum, antropologi, sastra Indonesia, bahasa dan kebudayaan Korea, dan lain-lain. Setidaknya hari ini aku sudah menuliskan jurusan sesuai bakat, tinggal memperhitungkan berapa peluang masukku ke jurusan tersebut. Aku melipat kertas itu dan memasukannya ke tempat pensil. Masalah menghitung peluang nanti saja, kini aku harus fokus ke try out besok.

Ah, tapi untuk apa? Nilai UN tidak menentukan untuk masuk ke sebuah universitas.

Dan akhirnya aku memilih untuk membaca cepat materi matematika yang akan diujikan besok dalam USBN, kemudian fokus untuk belajar SBM.

Walau aku masih belum memiliki rencana untuk ke depan, setidaknya ada satu hal yang pasti. Yaitu aku akan melakukan ujian SBM Soshum.

 Yaitu aku akan melakukan ujian SBM Soshum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haii, aku kembali lagii.

Mungkin udah pada lupa sama cerita ini wkwkw karena pernah hiatus hampir setahun, dan disitu aku kehilangan banyak pembaca. Tapi gapapa, alasanku nulis bukan untuk cari pembaca, tapi untuk menyalurkan emosi yang terpendam, anjayyy.

Dan kabar baiknya, aku berencana untuk rajin update cerita ini mungkin seminggu 3 kali, atau mungkin tiap hari? Hehe

Maunya sih tiap hari biar cepet kelar, tapi kita liat kondisi ke depannya gimana, apakah memungkinkan untuk update tiap hari.

Anyway, makasii buat yang udah baca sampe chapter ini! <3
Selamat yaa, udah baca sejauh ini dan mungkin sekitar 13 part lagi bakal selesai.

Lov y'all! <3

Better Better; harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang