Part.13

37 24 3
                                    

Gisel pun sampai di depan kelasnya dan ketika dia membuka pintu Gisel sangat terkejut

"Astagaaa, ini kelas kok kotor banget sih, perasaan kemarin pulang cepat, tapi kok kotor banget sih?." Sungut Gisel dengan wajah kesal sambil berjalan masuk kedalam kelas

Sambil berjalan ke tempat duduknya, Gisel terus bersungut-sungut karena keadaan kelas yang begitu kotor
"Aduh, ini yang satu kelompok sama gue juga belum datang lagi." Sungut Gisel sambil menaruh tasnya di kursi

Gisel pun langsung mengambil sapu yang berada di bagian belakang dan langsung menyapu mulai dari deretan pertama

Beberapa menit mendatang, Gisel menyapu dengan begitu serius  sampai-sampai ia tidak menyadari kalau ada yang datang

"Astaga!!." Pekik Gisel yang terkejut ketika menyadari ada orang yang datang dan berdiri tepat dibelakangnya. Untuk menetralkan kembali emosinya yang mulai naik, Gisel mengelus pelan dadanya sembari menutup matanya sejenak dan menarik nafas panjang

Kini mata Gisel menatap orang yang membuatnya terkejut dengan tatapan tajam, setajam silet. Canda silet
"Heh, lo bisa nggak sih? kalau masuk itu ngeluarin suaranya dikit, biar gue bisa tau kalau ada orang yang datang, atau jangan-jangan pita suara lo itu udah putus?, makanya lo nggak bisa bersuara sedikit pun." Omel Gisel, apalagi ketika ia tahu kalau  orang yang sudah membuat dia kaget adalah Revan, musuh bebuyutannya.

"Lo kalo ngomong biasa aja, nggak usah kayak nyamuk kelaparan."

"Apa lo bilang nyamuk kelaparan?, heh manusia kulkas gue itu cuman mau ingetin lo, supaya lain kali masuk itu bersuara jangan kayak orang bisu, kalau tadi jantung gue copot gimana?, lo mau tanggung jawab?." Gisel kembali mengomelinya

"Bukan urusan gue!!"

"Yeee, dibilangin masih ngeyel aja."

"Makannya kalo nyapu itu jangan terlalu serius." kini Revan menyalahkan Gisel

"Ngeyel aja lo terus, mending sekarang lo keluar. Jangan ganggu gue mau kerja."

"Nggak ada yang gangguin lo, mana sini sapunya." Ucap Revan sembari menyodorkan tangannya, maminta sapu yang dipegang Gisel

"Udah deh nggak usah sok care, mending lo keluar sekarang nggak usah gangguin gue, dan inget gue nggak butuh bantuan lo."

"Yakin lo?, nggak mau dibantuin?"

"Lo dengar baik-baik ya, apa yang gue omongin tadi adalah pernyataan, bukan untuk ditawar-menawar." Tegas Gisel

"Ya bagus, it means gue bisa bebas dari tanggung jawab gue." Ucap Revan dan langsung pergi

Mendengar ucapan Revan barusan, Gisel langsung menahan kepergian Revan
"Eh eh..tunggu dulu. Maksud lo apa tadi?, tanggung jawab?, tanggung jawab apa?." Cecar Gisel

"Gue kan juga piket, tapi karena lo nya nggak mau ya udah."

"Yee..enak aja lo, nih ambil sapunya." Sergah Gisel sembari menyodorkan sapu pada Revan

"Sorry gue nggak bisa bantu, karna ucapan lo tadi itu adalah sebuah  pernyataan." Tutur Revan dan langsung pergi

"Issh nyebelin banget sih, awas aja lo, gue laporin ke guru."Guman Gisel, kesal

Emosinya yang memuncak tiba-tiba mereda, ketika kedua teman satu kelompok piket dengannya datang

"Hai Gisel sorry ya kita telat." Ucap kedua teman kelasnya yang baru datang

"Iya nggak paapa kok,nanti kalian nyapu aja di deretan sebelah gue udah nyapu tadi di bagian sini ." Pinta Gisel sembari menunjuk bagian-bagian yang sudah ia sapu

RevGis Where stories live. Discover now